Hati-hati! 4 Hal Ini Tingkatkan Risiko Terpapar COVID-19 Meski Sudah Vaksin - detikHealth - Opsiin

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Hati-hati! 4 Hal Ini Tingkatkan Risiko Terpapar COVID-19 Meski Sudah Vaksin - detikHealth

Share This

 

Hati-hati! 4 Hal Ini Tingkatkan Risiko Terpapar COVID-19 Meski Sudah Vaksin

Ayunda Septiani - detikHealth
Pemerintah Kota Tangerang melalui Dinas Kesehetan menggelar Bulan Vaksin COVID-19. Vaksinasi digelar di 1.017 RW se-Kota Tangerang selama sebulan.
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Dua minggu setelah mendapatkan suntikan kedua vaksin COVID-19, efek perlindungan vaksin akan mencapai pada puncaknya. Tidak ada jaminan 100 persen kebal, risiko terpapar dan terinfeksi akan tetap ada.

Jika kamu sudah mendapatkan dosis lengkap vaksin COVID-19 dan tetap terpapar COVID-19, maka tubuh kamu telah mengalami perubahan. Infeksi bisa terjadi pada orang yang tidak divaksin, tetapi mereka memiliki beberapa perbedaan.

Satu studi telah menemukan bahwa orang yang sudah divaksinasi 58 persen lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami demam dibandingkan dengan orang yang tidak divaksinasi.

Orang yang divaksinasi juga lebih kecil kemungkinannya untuk dirawat di rumah sakit dibandingkan orang yang tidak divaksinasi jika mereka mengembangkan COVID-19.

Selain itu, mereka juga cenderung memiliki gejala yang lebih sedikit selama tahap awal penyakit dan cenderung tidak mengembangkan COVID-19 yang lama.

Namun, apa sih yang menimbulkan risiko orang terpapar COVID-19 setelah vaksinasi?

Di Inggris, penelitian telah menemukan bahwa 0,2 persen dari orang yang positif COVID-19 setelah divaksinasi sepenuhnya. Tetapi tidak semua orang memiliki risiko yang sama.

1. Jenis vaksin

Pertama adalah jenis vaksin yang diterima dan pengurangan risiko relatif yang ditawarkan setiap jenis vaksin COVID-19. Pengurangan risiko relatif adalah ukuran seberapa banyak vaksin mengurangi risiko seseorang terkena COVID-19 dibandingkan dengan seseorang yang tidak divaksinasi.

Uji klinis menemukan bahwa vaksin Moderna mengurangi risiko seseorang terkena gejala COVID-19 sebesar 94 persen, sedangkan pada vaksin Pfizer mengurangi risiko ini hingga 95 persen.

Adapun pada vaksin Johnson & Johnson dan AstraZeneca mengurangi risiko ini masing-masing sekitar 66 persen dan 70 persen, walaupun perlindungan yang ditawarkan oleh vaksin AstraZeneca tampaknya meningkat menjadi 81 persen jika jarak yang lebih panjang dibiarkan antara dosis.

2. Waktu sejak vaksinasi

Lamanya waktu setelah vaksinasi juga penting dan merupakan salah satu alasan mengapa perdebatan soal imunisasi booster semakin meningkat.

Penelitian awal, yang masih dalam pracetak dan belum ditinjau oleh rekan sejawat, menunjukkan bahwa perlindungan vaksin Pfizer berkurang selama enam bulan setelah vaksinasi. Hal yang sama juga terjadi pada vaksin lainnya.

Hasil lain dari Israel juga menunjukkan bahwa inilah masalahnya. Terlalu dini untuk mengetahui apa yang terjadi pada kemanjuran vaksin setelah enam bulan pada vaksinasi ganda, namun kemungkinan akan berkurang lebih jauh.

3 Adanya varian virus

Faktor penting lainnya adalah varian virus. Pengurangan risiko di atas sebagian besar dihitung dengan menguji vaksin terhadap bentuk asli virus Corona.

Tetapi ketika menghadapi varian alfa, data dari Public Health England menunjukkan bahwa dua dosis vaksin Pfizer sedikit kurang protektif, mengurangi risiko terkena gejala COVID-19 sebesar 93 persen.

Terhadap varian COVID-19 Delta, tingkat perlindungan turun lebih jauh, menjadi 88 persen. Studi COVID Symptom Study mendukung semua ini.

Datanya menunjukkan dalam dua hingga empat minggu setelah menerima dosis Pfizer kedua, sekitar 87 persen lebih kecil kemungkinannya untuk merasakan gejala COVID-19 saat menghadapi delta. Setelah empat sampai lima bulan, angka itu turun menjadi 77 persen.

4 Sistem kekebalan

Perlu untuk diingat bahwa angka di atas mengacu pada pengurangan risiko rata-rata di seluruh populasi. Risiko pada diri sendiri akan bergantung pada tingkat kekebalan dan faktor spesifik orang lain, seperti seberapa terpapar dengan virus.

Seiring bertambahnya usia, kebugaran, kekebalan tubuh biasanya juga ikut berkurang. Kondisi medis jangka panjang juga dapat mengganggu respons terhadap vaksinasi.

Oleh karena itu, orang yang lebih tua atau orang dengan sistem kekebalan yang rendah mungkin memiliki tingkat perlindungan yang disebabkan oleh vaksin terhadap COVID-19 yang lebih rendah, atau mungkin melihat perlindungan mereka berkurang lebih cepat.

Penting juga untuk diingat bahwa yang paling rentan secara klinis adalah mereka yang menerima vaksin terlebih dahulu, mungkin lebih dari delapan bulan yang lalu, yang dapat meningkatkan risiko mereka mengalami infeksi baru karena perlindungan yang berkurang.

Vaksin masih sangat mengurangi peluang agar tidak terpapar COVID-19. Mereka bahkan lebih melindungi dari rawat inap dan kematian.





Simak Video "Epidemiolog Jelaskan soal Heboh Turunnya Efikasi Vaksin Covid-19"

(ayd/up)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages