Nasib Tragis Ibunda Gajah Mada, Dewi Andong Sari yang Bunuh Diri di Gunung Ratu - SINDOnews

 

Nasib Tragis Ibunda Gajah Mada, Dewi Andong Sari yang Bunuh Diri di Gunung Ratu

Senin, 21 Februari 2022 - 05:48 WIB
Nasib Tragis Ibunda Gajah Mada, Dewi Andong Sari yang Bunuh Diri di Gunung Ratu
Ilustrasi Gajah Mada. Foto: Istimewa
A A A
RIWAYAT Gajah Mada selalu menarik untuk diulas. Tidak hanya pribadinya, tetapi juga keluarga dan asal-usulnya. Banyak yang bertanya-tanya siapa ibu kandung Gajah Mada. Ada yang menyebut Dewi Andong Sari.

Benarkah demikian? Apalagi, ada banyak versi yang menyebutkan kelahiran Gajah Mada. Yang paling tidak masuk diakal, Gajah Mada tidak pernah dilahirkan. Dia lahir dari dalam buah kelapa, sebagai penjelmaan Sang Hyang Narayana.

Dari semua cerita itu, yang paling masuk akal adalah versi yang menyebutkan Gajah Mada lahir di Desa Mada yang saat ini berada di Kecamatan Modo, Lamongan, dan yang di era Majapahit (1293-1527) bernama Pamotan.

Baca jugaKudo Kardono Panglima Majapahit, Sepupu Gajah Mada Penumpas Pemberontakan Ra Kuti

Demikian Cerita Pagi akan mengulas versi tersebut. Dalam versi ini juga disebutkan ibu Gajah Mada, Dewi Andong Sari.

Diceritakan, Gajah Mada merupakan anak gelap dari (lembu peteng) dari Raden Wijaya, pendiri Majapahit dengan Dewi Andong Sari, puteri Demang (Kepala Desa) Kali Lanang. Anak itu dinamai Joko Modo.



Nama Joko Modo ini lalu dikait-kaitkan dengan makam Dewi Andongsari yang ada di Desa Modo, dan makam Gajah Mada (Syekh Mada) hingga sekarang. Makam tersebut berada di Gunung Ratu, Desa Cancing, Kecamatan Ngimbang.

BacaKisah Pertarungan Sengit Gajah Mada Melawan Sunan Bejagung Lor di Watu Gajah Tuban

Menurut cerita juru kunci makam, Jumain menjelaskan, Dewi Andong Sari adalah satu di antara selir raja pertama Majapahit, Raden Wijaya. Ia dibuang dan akan dibunuh, karena fitnah yang menyebut ia hamil dari hasil perselingkuhan.

Namun ia tak dibunuh, Dewi Andong Sari hanya diasingkan di atas bukit di dalam hutan oleh prajurit kerajaan. Bukit inilah yang sekarang disebut Gunung Ratu. Tak lama tinggal di sana, Dewi Andong Sari melahirkan seorang bayi laki-laki.

Saat ia hendak turun dari bukit, Dewi Andong Sari menitipkan bayinya pada dua hewan peliharaan yang selama ini menemaninya, yaitu seekor kucing bernama condromowo dan seekor musang putih.

BacaPerang Bubat, Hilangnya Kepercayaan Majapahit dan Retaknya Dwitunggal Hayam Wuruk-Gajah Mada



Dua hewan ini melawan seekor ular besar yang hendak memangsa bayi Dewi Andong Sari, hingga mulut mereka berlumuran darah. Tetapi, Dewi Andong Sari yang baru tiba dari mandi di sendang bawah bukit, justru mengira peliharaannya tersebut telah memakan si bayi. Padahal bayi tersebut masih hidup dan tersembunyi di balik dedaunan.

Lalu Dewi Andong Sari bunuh diri di Gunung Ratu. Ia merasa bersalah telah membunuh kucing condromowo dan musang putih. Ki Gede Sidowayah seorang pamong desa saat itu yang menemukan bayi Dewi Andong Sari.

Ia juga yang mengubur jasad wanita cantik itu, juga kucing dan musang yang telah mati. Bayi Dewi Andong Sari oleh Ki Gede Sidowayah kemudian dititipkan kepada adik perempuannya, yakni Janda Wara Wuri, di Modo.

BacaKabut Gelap Gajah Mada di Trowulan yang Butakan Musuh Majapahit

Anak Dewi Andong Sari itu kemudian dijuluki Joko Modo (seorang jejaka yang berasal dari Modo). Ketika menginjak dewasa, Joko Modo dibawa Ki Gede Sidowayah ke Malang untuk menjadi seorang prajurit Majapahit.

Siapa sangka, dia berhasil menjadi mahapatih dengan nama Gajah Mada. Komplek makam Dewi Andong Sari terlihat rapi setelah dipugar. Ada dua tempat semacam pendopo kecil untuk beristirahat pengunjung.

Kuburan kucing condromowo dan garangan putih (musang) terletak di atas tanah tepat di samping makam. Demikian, ulasan singkat ibu Gajah Mada yang berakhir tragis. Semoga memberi manfaat.

Sumber tambahan:
Dhurorudin Mashad, Muslim Bali, Pustaka Al-Kautsar, 2014.

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya