Polri Baru Identifikasi 2 dari 15 Jenazah Korban Kebakaran Depo Pertamina Plumpang
Minggu, 5 Maret 2023 | 00:01 WIB
Oleh: Yustinus Paat, Ricki Harahap / AO
Jakarta, Beritasatu.com - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan, saat ini ada 15 kantong jenazah korban kebakaran Depo Pertamina, Plumpang, Jakarta Utara yang sedang diidentifikasi oleh RS Polri, Kramat Jati, Jakarta. Namun, dari 15 jenazah tersebut, kata Kapolri, baru 2 jenazah yang teridentifikasi dan satu lagi berupa potongan tubuh.
“Dua sudah terindentifikasi dengan pemeriksaan sidik jari. Sementara masih ada 12 lagi yang sedang dilaksanakan pemeriksaan dengan metode pengecekan DNA dan ontologi,” ujar Jenderal Listyo Sigit Prabowo di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Sabtu (4/3/2023).
Disebutkan, dua jenazah yang telah diidentifikasi adalah Fahrul Hidayatullah (28 tahun) dengan alamat Rawa Badak Selatan, Koja. Fahrul teridentifikasi dari sidik jari tengah kanan.
Jenazah kedua atas nama Muhammad Bukhori (41 tahun) yang terindentifikasi dari sidik jari jempol kanan. Dia juga merupakan nwarga Rawa Badak Selatan, Koja.
Disebutkan, tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri menggunakan metode sidik jari terhadap 6 jenazah dan baru 2 jenazah itu yang berhasil diidentifikasi. Sementara, untuk mengidentifikasi 12 jenazah lainnya, Polri akan menggunakan metode pengecekan DNA dan ontologi atau mengidentifikasi korban melalui gigi.
Polri juga sudah mengambil 10 sampel DNA keluarga korban untuk dicocokkan dengan 12 jenazah tersebut. Polri akan melakukan pencocokan DNA selama 5-14 hari ke depan, karena menerapkan prinsip kehati-hatian dalam mencocokkan sampel DNA keluarga dengan jenazah korban.
Sebelumnya, Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan, Tim DVI Polri telah mengumpulkan 10 sampel DNA keluarga korban kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara. DNA tersebut, kata Dedi, akan diteliti secara hati-hati untuk mencocokkan dengan jenazah korban peristiwa itu.
“Sepuluh sampel DNA itu nanti untuk pembanding dari 14 jenazah yang sudah diambil DNA-nya. Tim akan bekerja dengan ketelitian dan kehati-hatian, karena ini butuh waktu untuk mencocokkan DNA,” ujar Dedi Prasetyo.
Dikatakan, dari 14 jenazah, ada 2 jenazah yang sudah diidentifikasi dengan sidik jari. Sementara, kata dia, 12 jenazah sudah diambil sampel DNA untuk dicocokan dengan pihak keluarga.
“DNA itu langsung yang memiliki garis keturunan secara langsung, yakni orang tua, kakak, atau adiknya. Ini masih terus proses ante mortem dengan meminta data dari pihak keluarga. Post morten tetap bekerja dengan dua metodologi, yakni DNA dan ontologi,” ungkap Dedi.
Ante mortem adalah proses identifikasi jenazah berdasarkan data-data sebelum korban meninggal. Data ante mortem umumnya didapat dari pihak keluarga, meliputi penampilan atau visual korban sebelum mengalami kecelakaan.
Ante mortem bisa meliputi pakaian yang dikenakan, perhiasan, aksesoris, tanda lahir, tato, bekas luka, serta sampel DNA dari anggota keluarga kandung. Ante mortem juga meliputi data primer, yaitu sidik jari korban dan data pemeriksaan gigi.
Sementara, data post mortem diperoleh setelah tim menemukan dan mengevakuasi korban. Dengan kata lain, data-data ini didapat dari tubuh korban. Post mortem meliputi sidik jari, golongan darah, DNA, serta konstruksi gigi.
Setelah data ante mortem dan post mortem telah dikumpulkan secara lengkap, maka tahap selanjutnya adalah pencocokan. Jika kedua data tersebut saling cocok, maka korban akan dinyatakan teridentifikasi.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
TAG:
Komentar
Posting Komentar