Mau Liburan ke Labuan Bajo? Kenali Dulu 3 Budaya Masyarakat Lokal untuk Cegah Culture Shock - suara.
Mau Liburan ke Labuan Bajo? Kenali Dulu 3 Budaya Masyarakat Lokal untuk Cegah Culture Shock
Suara.com - Labuan Bajo termasuk salah satu tempat wisata super prioritas di Indonesia dalam daftar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI. Tak heran kalau daerah tersebut sering jadi incaran lokasi wisata untuk liburan bersama keluarga juga teman dekat.
Terletak di Nusa Tenggara Timur (NTT), wisata unggulan Labuan Bajo kebanyakan menyajikan memandangan indah dengan panorama pantai. Salah satu yang terkenal ialah Pulau Padar yang bisa menunjukan hamparan laut juga daratan kecil di sekitarnya.
Juga ada pantai-pantai lainnya di Labuan Bajo yang tak kalah cantik pemandangannya. Seperti Pink Beach, Pantai Waso, juga Pantai Waecicu. Nikmati di jernihnya air laut sambil ditemani pemandangan sunset.
Bila ingin melihat Labuan Bajo lebih dekat sari sisi masyarakat lokal, artinya harus berkunjung ke desa wisata di sana. Salah satu rekomendasi ialah Desa Wisata Wae Rebo di Kampung Satar Lenda, Kecamatan Satar Mese, Manggarai Barat.
Desa wisata ini terus berupaya menjaga keberlanjutan lingkungan dengan cara membatasi penggunaan listrik, mengolah makanan dari hasil kebun sendiri, serta menjaga kearifan lokal. Bahkan, Desa Wisata Wae Rebo juga masih menjaga tujuh rumah adat Mbaru Niang yang diakui sebagai situs warisan budaya dunia.
Selain mengunjungi Desa Wisata Wae Rebo, masih banyak desa wisata lain yang tidak kalah menarik dikunjungi saat liburan ke Labuan Bajo, yakni Desa Bena, Desa Wologai, Desa Cancar, atau Desa Tololela.
Ketika sudah berkunjung ke sana, jangan heran kalau ada beberapa budaya maupun cara komunikasi yang berbeda. Agar tidak mengalami culture shock, berikut tiga budaya khas masyarakat NTT yang berbeda dari kebanyakan daerah di Indonesia.
1. Suara besar bukan berarti marah
Rata-rata penduduk Labuan Bajo dan Flores umumnya terkenal bicara dengan suara yang keras. Itu bukan berarti mereka sedang marah, tetapi memang tipikal suaranya yang demikian.
2. Warung berarti tempat makan
Di Labuan Bajo, penyebutan warung biasanya digunakan untuk tempat makan seperti warteg. Sedangkan untuk istilah warung, bila yang dimaksud berupa toko kelontong yang menjual sembako, ucapkan kata kios.
3. Tidak ada kata maaf
Bukan berarti masyarakat Labuan Bajo tidak pernah mengakui kesalahan. Tetapi, lagi-lagi mereka juga punya istilah lain untuk mengutarakan permohonan maaf. Di Labuan Bajo dan Flores pada umumnya, masyarakat di sana mengucapkan 'jangan marah' atau 'neka rabo' dari bahasa Manggarai yang berarti 'maaf'.
Komentar
Posting Komentar