Putin Buat Bumi 'Kiamat' Makanan, Siap-Siap Perang Lawan NATO
Jakarta, CNBC Indonesia - Keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menarik diri dari kesepakatan biji-bijian Laut Hitam dapat menyebabkan konfrontasi langsung dengan kapal perang NATO. Hal ini disampaikan mantan Panglima Tertinggi NATO James Stavridis.
Stavridis adalah pensiunan laksamana bintang empat yang bertugas di Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) selama 37 tahun. Ia membuat peringatan lewat Twitter pada awal pekan ini, dikutip Jumat (21/7/2023).
Peringatan disampaikan Stavridis setelah Rusia mengumumkan menghentikan partisipasinya dalam Black Sea Grain Initiative (Inisiatif Butir Laut Hitam) dengan Ukraina, yang ditengahi Turki dan PBB. Dia mengatakan jika Rusia bertindak sembrono, NATO mungkin berada dalam situasi tegang dengan armada angkatan laut Moskow di Laut Hitam.
"Ini adalah berita yang sangat buruk bagi pasar biji-bijian internasional. Ini juga menimbulkan momok @NATO yang memutuskan perlu mengawal kapal-kapal biji-bijian ini," tulis Stavridis dimuat Newsweek.
"Itu bisa mengarah pada konfrontasi langsung antara armada Laut Hitam Rusia dan kapal perang NATO jika Rusia bertindak sembrono," tambahnya.
Stavridis kemudian mengatakan kepada media bahwa NATO kemungkinan akan mengawal kapal pengangkut biji-bijian dan pupuk kemanusiaan ke dan dari pelabuhan Ukraina seperti Odessa. Inilah awal konfrontasi yang ia maksud.
"Ketika itu terjadi, kapal perang NATO berpotensi berkonfrontasi langsung dengan Angkatan Laut Rusia. Hasilnya bisa tidak dapat diprediksi, dan sangat berbahaya, tapi itu adalah hal yang benar untuk dilakukan," katanya.
Perlu diketahui, Black Sea Grain Initiative memungkinkan Ukraina mengekspor biji-bijiannya melalui laut selama perang dengan Rusia. Ini adalah kunci dalam menstabilkan harga pangan global selama konflik.
Rusia sebelumnya menyetujui beberapa perpanjangan kesepakatan awal yang ditengahi oleh Turki dan PBB pada Juli 2022. Tetapi Kremlin pada Senin mengumumkan tidak akan memperpanjang kesepakatan itu lagi.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan bahwa kesepakatan 'de facto' itu telah berakhir. Sejak Selasa hingga Kamis, Rusia telah menyerang salah satu pelabuhan pangan Ukraina Odessa dan dilaporkan membuat kebakaran dan kerusakan pada pasokan gandum di sana.
Ukraina adalah salah satu pemasok biji-bijian terbesar di dunia. Program Pangan Dunia memperkirakan bahwa Ukraina menghasilkan cukup biji-bijian untuk memberi makan sekitar 400 juta orang di seluruh dunia sebelum perang yang diluncurkan Putin pada Februari 2022.
Ketika ekspor biji-bijian Ukraina terganggu selama bulan-bulan awal perang, harga biji-bijian global melonjak. Harga tersebut melonjak lagi pada hari Senin setelah pengumuman Kremlin bahwa kesepakatan telah berakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar