7 Warga Penolak Relokasi Kampung demi PSN Rempang Masih Ditahan Polisi - CNN Indonesia

 

7 Warga Penolak Relokasi Kampung demi PSN Rempang Masih Ditahan Polisi

Jumat, 08 Sep 2023 14:34 WIB

Walhi Riau menyatakan tujuh warga yang menolak relokasi kampung untuk pengembangan proyek strategis nasional (PSN) Rempang Eco City ditangkap Polresta Barelang.

Kerusuhan pecah saat tim gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, dan Satpol PP saat mendatangi kawasan Rempang, Kota Batam, Kamis (7/9/2023).K (Dok. Arsip Istimewa)

Jakarta, CNN Indonesia --

Organisasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Riau mengungkapkan sebanyak tujuh warga Rempang, Batam yang menolak relokasi untuk pengembangan proyek strategis nasional (PSN) Rempang Eco City ditangkap Polresta Barelang, Kepulauan Riau.

Koordinator Media dan Pemantauan Penegakan Hukum Walhi Riau, Ahlul Fadli menyebut tujuh warga itu ditangkap sejak kemarin, Kamis (7/9) dan hingga saat ini belum juga dibebaskan.

"Tujuh orang ditangkap," kata Ahlul kepada CNNIndonesia.com, Jumat (8/9).

Ahlul mengatakan tujuh warga itu ditangkap kepolisian karena dituduh menjadi provokator. Dia menyebut Walhi mengecam penangkapan tujuh orang itu.

Ahlul mengatakan Walhi juga meminta agar Presiden Joko Widodo mengambil sikap atas situasi yang terjadi di Rempang. Menurutnya, penyemprotan gas air mata yang dilakukan oleh kepolisian kepada warga penolak relokasi adalah tindakan represif yang tidak bisa dibenarkan.

"Kami minta Presiden bersikap tegas menghadapi situasi ini," ujarnya.

"Sisa satu tahun pemerintah Jokowi harus tegas berpihak pada masyarakat adat, khususnya 16 masyarakat kampung melayu tua yang punya riwayat dalam pembentukan negara ini," imbuh Ahlul.

Lebih lanjut, kata Ahlul, Walhi mendesak Kapolri dan Panglima untuk mencopot seluruh pimpinan yang terlibat dalam mengorganisir tindakan yang sudah jelas berpotensi bentrok.

"Rasanya sudah cukup negara ini harus mengorbankan masyarakat adat dalam pembangunan, termasuk ketika pembangunan Batam," ucap dia.

Polisi sebut 7 provokator jadi tersangka

Kasi Humas Polresta Barelang AKP Tigor Sidabariba mengonfirmasi penangkapan tersebut. Dia bahkan menyebut ada delapan orang yang telah diamankan pihaknya sejauh ini.

Saat ini, kata Tigor, Polres telah menetapkan tujuh di antaranya sebagai tersangka.

"Delapan yang diamankan. Tersangka 7, itu sudah pasti dan sudah dibuat surat penangkapan dan dijadikan tersangka," kata Tigor saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com.

Tigor menyampaikan ketujuh orang itu dijadikan tersangka karena dianggap sebagai provokator saat terjadi bentrok warga dan aparat. Dia juga mengklaim pihaknya telah mengantongi bukti-bukti hingga ketujuh orang itu bisa dinyatakan sebagai tersangka.

"Ada yang bawa golok, bom molotov. Jelas-jelas penindakan itu dilakukan tidak sembarang tangkap. Artinya kita sudah punya buktinya, sudah dideteksi," jelas dia.

Sementara itu, Kapolresta Barelang Kombes Pol Nugroho Tri menyebut jika ada orang yang melanggar hukum pemblokiran jalan, mengancam petugas, atau melawan petugas itu termasuk pelanggaran hukum.

"Di situ negara harus hadir dan tidak boleh kalah dengan orang atau sekelompok seperti itu," kata dia dalam keterangan tertulisnya.

Sebelumnya, aparat gabungan TNI-Polri bentrok dengan warga yang menolak direlokasi untuk pengembangan proyek strategis nasional (PSN) Rempang Eco City di Pulau Rempang, Batam, Kamis (7/9).

Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) lewat akun twitternya mengatakan bentrok itu bermula ketika warga menolak pemasangan patok sebagai langkah untuk merelokasi. Pasalnya, kata YLBHI, TNI-Polri memaksa masuk ke wilayah warga. Informasi tersebut telah dikonfirmasi Ketua YLBHI Muhammad Isnur.

"Aparat gabungan dari beragam kesatuan dengan mengendarai 60 armada kendaraan sedang berupaya masuk ke Pulau Rempang, Kota Batam Provinsi Riau," tulis YLBHI.

"Kegiatan ini jelas mendapat penolakan dari mayoritas penduduk 16 kampung Melayu Tua karena tujuan pemasangan patok ini merupakan rangkaian kegiatan yang hendak memindahkan warga dari kampungnya," lanjutnya.

Belasan anak sekolah juga terkena gas air mata. Antara melaporkan beberapa siswa sekolah dibawa ke rumah sakit akibat terkena gas air mata yang terbawa angin. Lokasi anak-anak itu tidak jauh dari titik keributan.

"Ada belasan siswa yang saya tahu dibawa oleh ambulans ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Gas air mata itu tadi terbawa angin, karena ribut dekat dari sekolah kami," ujar Kepala Sekolah SMP Negeri 22 Muhammad Nazib.

(yla/kid)

Saksikan Video di Bawah Ini:

VIDEO: Ancaman Berulang Kebakaran Hutan Dan Lahan

Baca Juga

Komentar