Berpidato di Sidang Majelis Umum PBB, Menlu Retno Ingatkan Semangat Bandung By BeritaSatu

 

Berpidato di Sidang Majelis Umum PBB, Menlu Retno Ingatkan Semangat Bandung

By BeritaSatu.com
beritasatu.com
September 12, 2023
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat diwawancarai BTV di Jakarta, Selasa, 12 September 2023.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat diwawancarai BTV di Jakarta, Selasa, 12 September 2023.

New York, Beritasatu.com – Menlu Retno Marsudi pada Sabtu (23/9/2023) siang waktu New York, AS, berpidato di sidang Majelis Umum PBB. Ia mengingatkan kembali semangat Bandung untuk menghadapi berbagai masalah yang tengah menimpa dunia saat ini.

“Dunia saat ini berada di persimpangan jalan. Satu- satunya jalan untuk mengatasi berkurangnya kepercayaan dan kesenjangan global adalah dengan meningkatkan solidaritas dan tanggung jawab kolektif global,” ujang Menlu Retno, seperti dikutip di situs resmi Kemenlu, Minggu (24/9/2023).

Pernyataan yang diungkapkan Menlu Retno ini merupakan pesan inti dari Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di tahun 1955 di Kota Bandung, Jawa Barat. Melalui 10 Prinsip Bandung, Indonesia menyerukan kepada seluruh negara untuk menghormati HAM, Piagam PBB, kedaulatan dan integritas wilayah, kesetaraan, menyelesaikan konflik secara damai, serta mendorong peningkatan kerja sama dan kepentingan bersama.

Semangat Bandung inilah, yang mendorong Indonesia menjadi negara yang bisa mendengar dan selalu menjadi bagian dari solusi. “Bagi Indonesia, kepemimpinan global tidak hanya terkait tentang kekuasaan atau pengaruh untuk mendikte orang lain. Kepemimpinan global adalah tentang mendengarkan yang lain, menjadi bridge builder, menghormati hukum internasional secara konsisten, serta menghormati semua negara secara setara,” ungkap Menlu Retno.

Menlu Retno juga menyampaikan, bahwa seperti yang terjadi di tahun 1955, situasi global saat ini tidak menentu. Saat ini kepercayaan dan solidaritas yang terus tergerus, rivalitas anta negara terus menajam. Hal ini bahkan telah menghalangi dapat dipenuhinya target SDGs di negara-negara berkembang.

Menanggapi situasi ini, Menlu Retno bertanya,“Apakah kita benar-benar memiliki komitmen untuk membangun kepercayaan dan berupaya mencapai SDGs? Apakah kehadiran kita di SMU PBB ini benar-benar menunjukkan kesiapan kita untuk bersatu dan menunaikan tanggung jawab bersama? Apakah kita benar-benar mau melakukan apa yang kita sampaikan (walk the talk)?”

Tiga Strategi
Untuk itu, Menlu Retno menawarkan tiga strategi untuk membangun kembali kepercayaan dunia dan menghidupkan kembali solidaritas global. Pertama, mendesak kepemimpinan kolektif global. “Nasib dunia tidak boleh ditentukan oleh segelintir pihak/negara,” ungkap Menlu Retno.

Ia menekankan bahwa dunia yang damai, stabil, dan sejahtera adalah hak dan tanggung jawab kolektif seluruh negara, baik negara besar atau kecil, di utara atau selatan, negara maju atau negara berkembang.

Menlu Retno mendesak seluruh pihak untuk dapat menjunjung tinggi hukum internasional, khususnya prinsip utama kedaulatan dan integritas wilayah dan memastikan semua perbedaan diselesaikan di atas meja perundingan, bukan di medan perang.

Secara khusus, tanggung jawab kolektif ini sangat yang diperlukan untuk menyelamatkan rakyat Palestina dan Afganistan. “Sudah terlalu lama kita membiarkan saudara dan saudari kita di Palestina dan Afganistan menderita. Indonesia tidak akan mundur sedikit pun untuk perjuangan mereka,” ujar Menlu Retno.

Kedua, mendorong pembangunan untuk semua. Menlu Retno menyampaikan, setiap negara memiliki hak yang sama untuk membangun dan tumbuh. Namun sayangnya arsitektur global saat ini hanya menguntungkan beberapa negara saja. Kebijakan perdagangan yang diskriminatif masih terus terjadi, rantai pasok global masih dimonopoli, negara berkembang masih dililit hutang asing. Semua ini menjadi faktor pendorong tergerusnya kepercayaan dan solidaritas.

Ketiga, memperkuat kerja sama regional. “Institusi regional harus menjadi kontributor utama dan 'building blocks’ bagi perdamaian dan kemakmuran dunia,” jelas Menlu Retno.

Ia mencontohkan, ASEAN adalah kerja sama kawasan yang efektif dan berkontribusi bagi perdamaian dan kemakmuran global. Sebagai ketua ASEAN, Indonesia telah berhasil menavigasi ASEAN melewati dinamika geopolitik yang tidak mudah di kawasan. “Kita tidak akan biarkan kawasan kita jadi ladang rivalitas. Bahkan, kita telah menjadikan kawasan ini sebagai pusat pertumbuhan, di mana semua negara diuntungkan,” tambah Menlu Retno.,

Terkait isu Myanmar, Menlu Retno menegaskan ASEAN akan terus mendesak junta militer Myanmar untuk mengimplementasikan konsensus lima poin. “ASEAN akan melakukan segala upaya untuk memastikan rakyat Myanmar tidak sendirian”, tegasnya.

Di akhir pidatonya, Menlu Retno kembali menandaskan perlunya reformasi sistem multilateral yang ada saat ini dan mengajak negara-negara untuk menerjemahkan komitmen mereka ke dalam aksi nyata. "Kita berbeda, tetapi kita satu," ujar Menlu Retno.

Baca Juga

Komentar