Ini Pesan yang Akan Dibawa Indonesia di KTT G77 Kuba
:extract_focal()/https%3A%2F%2Fimg2.beritasatu.com%2Fcache%2Fberitasatu%2F960x620-3%2F2023%2F09%2F1694576829-4080x3060.webp)
Jakarta, Beritasatu.com - Kuba akan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G77 Plus Tiongkok pada 15-16 September, 2023. Dalam kesempatan ini, Indonesia akan mengingatkan G77, sebuah koalisi dari ratusan negara berkembang, untuk tidak menjadi proxy atau “boneka” bagi negara-negara besar.
Hal ini diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat diwawancarai BTV di Jakarta, Selasa (12/9/2023).
G77 terdiri dari 134 negara dan mewakili lebih dari 80% populasi dunia. Sebagian besar anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan bagian dari G77. Tiongkok menyatakan dirinya bukan bagian dari G77, tetapi memiliki hubungan yang erat dengan grup tersebut.
“Message yang ingin kita sampaikan adalah bersatu. Jangan sampai G77 dijadikan sebagai proxy. Asetnya (G77, Red) besar tetapi kita harus kendalikan. Supaya kita tetap bersatu dan kita tidak menjadi proxy. Once kita menjadi proxy dari kepentingan kekuatan besar, selesai. Kita akan selesai,” kata Retno.
Diketahui, Tiongkok akan mengirimkan kepala badan anti korupsinya Li Xi untuk hadir di KTT G77 mendatang. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga akan menghadiri pertemuan ini.
Retno menambahkan, Indonesia selalu mengingatkan ASEAN agar tidak menjadi proxy bagi siapapun.
“Kalau kita bicara mengenai ASEAN ingin berada di kursi pengemudi, bagaimana kita ingin menjadi yang memegang kendali dan kontributor utama. Apa kata dunia kalau ASEAN tidak bisa mengendalikan? Akhirnya kita hanya bisa menjadi proxy untuk kepentingan yang berbeda-beda itu,” jelas Retno.
Sebagai informasi, ASEAN selama ini menegaskan pihaknya tetap netral di tengah persaingan AS-Tiongkok. ASEAN juga memiliki hubungan ekonomi yang erat dengan kedua negara tersebut. Sebelumnya diberitakan perdagangan ASEAN-AS naik lebih dari tiga kali lipat dari US$ 135 miliar ke US$ 452 miliar pada kurun waktu 2000-2022. Perdagangan ASEAN-Tiongkok juga melesat dari US$ 39 miliar menjadi US$ 975 miliar selama kurun waktu tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar