Pasar Tanah Abang Terbesar di Asia Tenggara, Pedagang: Tinggal Memori
Jakarta, Beritasatu.com - Pasar Tanah Abang harus bersaing dengan maraknya penjualan online. Ada pedagang yang mampu beradaptasi dengan beralih ke jualan online dan ada yang masih mencari celah.
Satu hal yang pasti adalah kondisi pasar ini semakin sepi sejak pandemi Covid-19 tiga tahun lalu, bahkan seorang pedagang melihat predikat Tanah Abang sebagai pusat perbelanjaan grosir terbesar di Asia Tenggara tinggal kenangan.
Arka, seorang pedagang di Blok A Pasar Tanah Abang, mengaku telah mencoba berjualan secara online tetapi belum berhasil. Ia merasa bahwa toko fisiknya lebih sepi dibandingkan dengan artis dan influencer yang menjual produk secara online.
"Kami melihat platform media sosial dan e-commerce berdampak signifikan terhadap penurunan kami di pasar. Kalau dahulu kita melihat Tanah Abang sebagai sentra grosir terbesar se-Asia Tenggara tetapi hari ini, itu cuma memori masa lalu," kata Arka kepada Beritasatu.com, Rabu (20/9/2023).
BACA JUGA
Arka mengaku sudah mencoba live di Tiktok, tetapi hasilnya belum menggembirakan. "Kami kalah dengan toko-toko yang memakai influencer dan artis," tambahnya.
Tidak semua pedagang mengeluh. Ada juga pedagang yang merasa omzetnya meningkat di tengah sepinya pengunjung.
Muspian (50 tahun), seorang pedagang sandal di Blok B Pasar Tanah Abang, mengungkapkan bahwa kehadiran teknologi dan penjualan online telah membawa manfaat besar bagi bisnisnya. Menurutnya, berjualan online jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan berjualan secara konvensional.
Sejak tahun 2012, Muspian menghasilkan omzet sekitar Rp 30 juta per hari dari bisnis grosir jilbab di Pasar Tanah Abang. Namun, sekarang, bisnis online memberikan keuntungan yang lebih besar bagi dirinya.
BACA JUGA
"Bagusan sekarang. Kalau dulu satu hari bisa Rp 30 juta. Ini kan grosir, jadi soal kuantitas, tetapi untungnya tipis. Kalau online, kita eceran, tetapi untungnya besar. Jadi boleh dibilang lebih untung eceran begini daripada grosiran dulu. Bagusan sekarang," kata Muspian.
Pandemi Covid-19 menghantam bisnis grosir Muspian, bahkan membuatnya kehilangan pemasukan sepenuhnya sehingga ia terpaksa beralih ke bisnis online. Memulai dari platform Whatsapp, Muspian kemudian berkembang ke media sosial dan e-commerce. Sekarang, timnya melakukan siaran langsung di toko online dari lokasi toko fisiknya di Pasar Tanah Abang.
"Waktu pandemi langsung anjlok semua. Anjlok seanjloknya, sampai (toko satu lantai) ini pada tutup semua. Enggak ada orang. Orang baru adaptasi waktu pandemi itu tetapi lama-kelamaan trennya itu bagus, sampai puncaknya," kata Muspian.
Muspian merasa bersyukur karena bisa bangkit dari dampak pandemi Covid-19 dan sukses beralih ke bisnis online. Ia berharap pedagang lain di Pasar Tanah Abang juga dapat berhasil di dunia online dengan menemukan strategi penjualan yang tepat.
Komentar
Posting Komentar