KontraS Ungkap 6 Temuan Bentrok di Seruyan, Sentil Investasi Jokowi
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) merinci 6 temuan awal dalam bentrok antara warga Bangkal, Seruyan, Kalimantan Tengah dengan aparat di wilayah PT Hamparan Masawit Bangun Persada (HMBP) 1.
Koordinator KontraS Dimas Bagus Arya mengatakan pihaknya bersama organisasi masyarakat sipil lain telah menemukan bukti-bukti tindakan represif aparat dalam bentrok tersebut. Dimas menyebut eskalasi kekerasan setidaknya pecah sejak 16 September 2023 lalu.
"Kami menemukan sejumlah temuan yang semakin mempertebal bahwa di pengujung rezim Presiden Joko Widodo kami menemukan ketidakberpihakan terhadap hak masyarakat adat," katanya dalam konferensi pers di Rumah AMAN, Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (15/10).
"Corak dari rezim yang sangat pro kepentingan perusahaan dan investasi yang kerap kali melahirkan peristiwa menjadi kekerasan negara dan dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM)," sambung Dimas.
Temuan pertama adalah pengerahan aparat yang berlebihan untuk merespons mediasi masyarakat dengan PT HMBP. KontraS mencatat ada 440 aparat yang diturunkan dalam bentrok tersebut, mulai dari Brimob, Intelkam, Direktorat Samapta, hingga Direktorat Reserse Kriminal Polda Kalteng.
Kedua, tim masyarakat sipil menduga aparat kepolisian seringkali menembakkan senjata dengan gas air mata dan peluru secara sewenang-wenang. Korbannya adalah warga Desa Bangkal, di mana sejumlah masyarakat terluka hingga puluhan ibu dan anak trauma.
Ketiga, KontraS mencatat puncak tindakan represif aparat adalah penembakan pada 7 Oktober 2023. Peristiwa tersebut dikatakan sebagai extrajudicial killing alias pembunuhan di luar hukum.
"Keempat, temuan kami juga menunjukkan adanya warga yang menjadi korban penangkapan, penahanan, penyiksaan, serta upaya paksa penyitaan dan penggeledahan sewenang-wenang oleh aparat," beber Dimas.
Kelima, ia mengatakan ada kurang lebih 40 kendaraan bermotor milik warga setempat yang dirusak dan diamankan oleh aparat kepolisian. Selain itu, Dimas mengklaim sejumlah warga mengaku kehilangan harta bendanya yang ada di dalam kendaraan.
Keenam, KontraS menemukan kekeliruan pernyataan otoritas di Seruyan yang menyesatkan. Koalisi masyarakat sipil menegaskan korban jiwa tewas imbas peluru tajam dari aparat, bukan peluru karet.
"Polda menyampaikan semua sudah dilakukan secara prosedural bahwa polisi hanya dibekali gas air mata, peluru hampa, dan karet. Itu membantah fakta penembakan terjadi menggunakan senjata api peluru tajam yang menimbulkan korban jiwa. Ini upaya penyangkalan dari polisi, terutama kewajiban menginvestigasi secara jelas," tandasnya.
Komentar
Posting Komentar