Indonesia Mampu Modernisasi Alutsista Secara Mandiri
Penulis: Celvin Moniaga Sipahutar | Editor: FMB

Jakarta, Beritasatu.com - Indonesia dinilai memiliki potensi untuk melakukan modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) secara mandiri. Pernyataan ini disampaikan oleh Juru Bicara Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak, Selasa (5/12/2023).
Dahnil menjelaskan bahwa modernisasi alutsista secara mandiri dapat terwujud melalui alih teknologi. Ia mencontohkan bahwa dalam era kepemimpinan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, telah dilakukan alih teknologi dalam pembelian 44 pesawat tempur Dassault Rafale dari Prancis. Tak hanya sekadar pembelian, tetapi juga ada kesepakatan alih teknologi untuk memungkinkan Indonesia mengembangkan kemampuan produksi pesawat tempur sendiri.
"Ketika kita memutuskan membeli jet Dassault Rafale dari Perancis, apakah ada komitmen alih teknologi. Ini menjawab pertanyaan apakah suatu saat kita bisa memproduksi pesawat tempur kita sendiri? Oleh karena itu, untuk belajar, alih teknologi harus terjadi," kata Dahnil kepada Beritasatu.com.
Dahnil juga menekankan bahwa upaya alih teknologi tidak hanya terjadi di sektor udara, tetapi juga di sektor laut. Kerja sama dengan perusahaan-perusahaan dari negara pemasok dilakukan untuk memastikan transfer pengetahuan dan teknologi.
"Perusahaan Dassault dari Prancis bekerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia (PTDI)," ungkap Dahnil.
Menurut Dahnil, Indonesia telah mengambil langkah yang tepat untuk menjadi mandiri dalam modernisasi alutsista. Tanpa belajar mandiri, pertahanan negara akan tetap bergantung pada impor.
"Saat ini untuk yang besar-besar dan modern, masih harus impor, tetapi upaya untuk melakukan alih teknologi harus terus dilakukan untuk ke depannya," tambahnya.
Dahnil menegaskan bahwa alih teknologi merupakan komitmen dan diatur oleh undang-undang. Saat ini, badan usaha milik negara (BUMN) sektor alutsista di Indonesia sedang direvitalisasi agar mampu memproduksi alutsista modern secara mandiri.
"Revitalisasi sedang berlangsung, minimal untuk kepentingan infanteri. PT Pindad masih di sana saat ini. PT PAL fokus pada kapal tempur dan menuju kapal selam. PTDI, semuanya sedang direvitalisasi agar bisa memproduksi alutsista sendiri di masa mendatang," tutup Dahnil.
0 Komentar