Varian EG.5 Covid-19 Paling Banyak Ditemukan di Asia - Beritasatu
Varian EG.5 Covid-19 Paling Banyak Ditemukan di Asia
Penulis: Agnes Valentina Christa | Editor: NF

Jakarta, Beritasatu.com - Belakangan ini, virus Covid-19 muncul kembali di beberapa negara termasuk Indonesia dan yang paling banyak dilaporkan adalah varian EG.5. Hal ini disampaikan secara langsung oleh Direktur Survelians dan Karantina Kesehatan, Ditjen P2P Achmad Farchanny Tri Adryanto dalam webinar “Waspada Peningkatan Kasus Covid-19”, Jumat (15/12/2023).
Achmad mengatakan, varian EG.5 ini banyak ditemukan di negara-negara Asia, sedangkan untuk Indonesia, kata Achmad, varian Covid yang paling banyak muncul dan bersirkulasi adalah varian XBB.
"Pada awal September 2023 lalu, varian EG.5 disebut sudah mulai muncul di Indonesia. Untuk itu masyarakat diimbau agar meningkatkan kewaspadaan dan melakukan vaksinasi serta pemeriksaan PCR secara gratis di faskes terdekat," terangnya.
Sementara itu, Ketua Satgas Covid-19 PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Dr dr Erlina Burhan SpP(K) Msc mengatakan, Indonesia kembali meningkatkan kewaspadaannya akan Covid-19 setelah terjadi peningkatan kasus varian EG.5 di Singapura.
Ia juga menyebut, saat ini di Singapura terdapat 22.094 kasus positif Covid-19 dengan varian EG.5 dan HK.3. Kedua virus tersebut merupakan turunan dari varian Omicron. Akibatnya, jumlah kasus meninggal terkonfirmasi sebanyak 25 pasien dengan usia 60 tahun ke atas, 1 pasien dengan usia 12-59 tahun, dan 1 pasien dengan usia 0-11 tahun.
"Selain Singapura, Malaysia juga tengah mengalami kenaikan kasus Covid-19 dan hal ini diinformasikan turut meresahkan warga Malaysia," ujarnya.
Terkait timbulnya beberapa varian baru Covid-19 saat ini, menurut Erlina Burhan, gejala yang ditimbulkan condong serupa, seperti demam tinggi, batuk, keluarnya lendir kental yang berlebihan dari hidung atau rhinorrhea, hilangnya penciuman dan pengecap, serta nyeri tenggorokan.
"Maka dari itu imunitas atau kekebalan seseorang menjadi penentu berat ringannya gejala yang timbul," kata Erlina Burhan.
Ia menjelaskan, kekebalan tubuh yang rendah lebih banyak muncul pada lansia, orang dengan komorbid (diabetes melitus, hipertensi, gangguan ginjal) dan orang imunokompromis (HIV, kanker, dan autoimun).
Oleh karenanya Erlina Burhan mengimbau masyarakat untuk tetap waspada, melakukan pola hidup sehat, dan melakukan protokol kesehatan (prokes).
"Untuk melawan adanya varian-varian baru Covid-19 ini, segera lakukan vaksinasi bagi yang belum pernah menerima vaksin dan yang memiliki risiko tinggi," pungkasnya.