BMKG Ungkap Gempa Susulan Bawean Bisa Lebih Besar dari Gempa Utama
Sabtu, 23 Mar 2024 16:55 WIB
BMKG mengungkap alasan gempa susulan Bawean bisa berkekuatan lebih besar dibandingkan dengan gempa utamanya. (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)
--
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap alasan gempa susulan Bawean bisa berkekuatan lebih besar dibandingkan dengan gempa utamanya.
BMKG mencatat dua gempa signifikan dari total 167 gempa yang tercatat hingga Sabtu (23/3) pukul 12.00 WIB.
Pertama, terjadi pukul 11.22 WIB dengan magnitudo 5,9 yang berjarak 37 kilometer arah barat pulau Bawean. Kemudian, salah satu gempa susulannya yang terjadi pukul 15.52 WIB berkekuatan lebih besar dengan magnitudo 6,5 yang berjarak 35 kilometer arah Barat Pulau Bawean.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan gempa utama terjadi pada batuan paling lemah. Kemudian, deformasi terjadi dan meningkatkan tekanan pada bidang lain yang memicu deformasi makin banyak bidang, yang akhirnya membangkitkan gempa lebih besar.
"Dalam bidang sesar/patahan yang sudah terakumulasi stress maksimum (matang), maka deformasi paling awal (first break) terjadi pada batuan paling lemah. Sementara dalam bidang sesar terdapat sebaran asperities (bakal slip/geser). Asperities batuan paling lemah, akan patah duluan sebagai gempa pembuka," ujar Daryono di X pada Sabtu (23/3).
"Deformasi ini akan meningkatkan tekanan pada bidang lain, memicu deformasi makin banyak menyebar hingga menyentuh asperities utama yang membangkitkan gempa lebih besar atau Gempa utama," imbuhnya.
Daryono menganalogikan proses gempa susulan seperti melengkungkan dan menekuk penggaris.
"Analoginya mirip saat kita mematahkan penggaris kayu, dengan cara melengkungkan dan menekuk penggaris kemudian terjadi retakan-retakan kecil kemudian makin banyak berbunyi kretek, kretek, kretek (Gempa-gempa kecil) disusul brakkkk (Gempa utama) paling besar," tuturnya.
Daryono juga menjelaskan mengapa banyak gempa susulan pada bencana gempa Bawean. Menurutnya, gempa Bawean memiliki banyak gempa susulan karena karakter gempa kerak dangkal Bawean terjadi di batuan kerak permukaan yang batuannya heterogen, sehingga rapuh dan mudah patah.
Hal tersebut, kata dia, berbeda dengan gempa kerak samudra yang batuannya homogen-elastik, sehingga minim gempa susulan.
Lebih lanjut, Daryono menyebut gempa susulan lazim terjadi pasca gempa kuat, dan bukan sesuatu yang harus ditakuti.
"Gempa susulan yang banyak justru dapat memberi informasi peluruhan sehingga kita jadi tau aktivitas gempa akan segera berakhir," tuturnya.
(lom/pta)
Komentar
Posting Komentar