Siap-Siap Jelang Idul Fitri, Ada 2 Fenomena Langka di Atas Langit - CNBC Indonesia

 

Siap-Siap Jelang Idul Fitri, Ada 2 Fenomena Langka di Atas Langit

This image made available by NASA shows infrared data from the Spitzer Space Telescope and Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE) in an area known as the W3 and W5 star-forming regions within the Milky Way Galaxy. The stringy, seaweed-like filaments are the blown out remnants of a star that exploded in a supernova. The billowy clouds seen in pink are sites of massive star formation. Clusters of massive stars can be seen lighting up the clouds, and a bubble carved out from massive stars is seen near the bottom. (NASA/JPL-Caltech/University of Wisconsin via AP)

Foto: Data inframerah dari Spitzer Space Telescope dan Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE) di daerah yang dikenal sebagai daerah pembentuk bintang W3 dan W5 di dalam Galaksi Bima Sakti. (NASA/JPL-Caltech/University of Wisconsin via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua fenomena di atas langit berpotensi muncul jelang Lebaran 2024. Rinciannya yakni Gerhana Matahari Total dan Komet Setan.

Gerhana Matahari Total dijadwalkan muncul pada 8 April 2024. Sementara, Komet setan berpotensi muncul mulai akhir Maret hingga 8 April 2024. Namun, keduanya tak bisa disaksikan di Indonesia, melainkan di jalur Maine hingga Texas saat langit malam bersih.

Komet Setan sendiri dibeberkan oleh astrofotografer Jan Erik Vallestad. Gambar itu menunjukkan raksasa bola es bersembunyi pada lingkaran gas spiral berwarna merah, hijau, dan biru, di sekitar inti es.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Spiral dalam Komet Setan tampak seperti simbol yin yang. Hal itu disebabkan oleh arus komet yang disebut cryomagma, di mana arus itu berputar dan membentuk rotasi penuh dalam dua pekan.

Penamaan komet setan dibuat pada akhir tahun lalu, ketika sebuah foto yang ditangkap astrografer menunjukkan semburan api yang mirip bentuk tanduk.

Komet tersebut sejatinya bernama 12P/Pons-Brooks ini dikenal sebagai 'komet setan'. Gambar terbaru Vallestad, yang diambil dari Norwegia, memberikan gambaran lebih detail tentang Pons-Brooks saat benda luar angkasa itu bergerak mendekat ke Matahari.

Dia menjelaskan bahwa sebagian besar astronom berfokus pada ekor komet, yang bertambah panjang setiap malam. Namun, Vallestad memutuskan untuk fokus pada inti komet.

"Saya hanya fokus pada inti komet, mengabaikan hampir semua hal lainnya. Banyak astronom percaya ledakan komet adalah tanda aktivitas kriovolkanik. Jadi ini mungkin menjadi bukti lebih lanjut mengenai hal tersebut," kata Vallestad, dikutip dari Daily Mail, Jumat (29/3/2024).

Komet setan memiliki lebar 16 km. Kobaran apinya menyerupai gunung merapi yang menciptakan sinar 100 kali lebih terang dari biasanya ketika mendekat Matahari.

Pons-Brooks saat ini hanya bisa dilihat dengan teleskop, teropong, atau melalui foto eksposur panjang menuju konstelasi Pisces di sore hari.

Dalam beberapa minggu mendatang, komet setan akan bergeser ke arah konstelasi Aries. Saat menyala, komet setan akan menjadi sangat terang sehingga dapat dilihat tanpa teleskop.

"Peningkatan kecerahan komet setan mungkin disebabkan oleh es yang merasakan hangatnya Matahari untuk pertama kalinya, lalu berubah menjadi fase gas dan keluar dari inti, menyeret debu atau es lain bersamanya," kata Lori Feaga, profesor yang mempelajari komet di University of Maryland.

Pons-Brooks pertama kali ditemukan astronom Prancis Jean-Louis Pons pada tahun 1812 dan pada tahun 1883 oleh William Brooks. Namun, beberapa astronom mengatakan ada bukti bahwa komet tersebut terlihat sejak tahun 1385.

Komet ini terakhir kali terlihat 71 tahun yang lalu. Saat itu, komet setan melakukan perjalanan dekat dengan Matahari dan akan terlihat di Belahan Bumi Utara.


Saksikan video di bawah ini:

Video: Investasi Teknologi Perbankan Hadapi Ganasnya Serangan Siber

Artikel Selanjutnya

2024 Tahun Janda Viral di Medsos, Ini Konteks dan Penjelasannya


(hoi/hoi)

Baca Juga

Komentar