Pilihan

WHO Ungkap Kematian Manusia Pertama Akibat Infeksi Flu Burung H5N2, Simak Kronologi Berikut Ini - Jawa Pos

 

WHO Ungkap Kematian Manusia Pertama Akibat Infeksi Flu Burung H5N2, Simak Kronologi Berikut Ini - Jawa Pos

JawaPos.com - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO melaporkan kematian pertama akibat infeksi flu burung H5N2 pada manusia. K asus ini terjadi pada seorang pria berusia 59 tahun di Negara Bagian Meksiko pada 24 April 2024.

Pada tanggal itulah pria tersebut dinyatakan meninggal dunia usai mengalami demam, sesak napas, diare, mual, dan rasa tidak enak badan. Meski sudah mendapatkan bantuan medis di Rumah Sakit Meksiko City, namun, nyawanya tak tertolong.

Perlu diketahui, sebelum timbulnya gejala akut, kerabat dari kasus terkait melaporkan bahwa pria ini telah terbaring di tempat tidur selama tiga minggu (karena alasan lain).

Berdasarkan hasil dari Real-Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) dari sampel pernapasan yang dikumpulkan dan diuji di INER pada 24 April 2024, menunjukkan adanya virus influenza A yang tidak dapat disubtipe.

Lalu, 8 Mei 2024 sampel itu dikirim untuk diurutkan ke Laboratory of Molecular Biology of Emerging Diseases Center for Research in Infectious Diseases (CIENI) INER. Ternyata hasil sampel tersebut menunjukkan positif influenza A (H5N2).

Selanjutnya pada 20 Mei 2024, sampel diterima di Institute of Epidemiological Diagnosis and Reference (InDRE) dari Pusat Ifluenza Nasional Meksiko untuk dianalisis RT-PCR. Dan, pada 22 Mei 2024, pengurutan sampel memastikan subtipe influenza adalah A (H5N2).

Sementara itu, virus influenza hewan biasanya beredar pada hewan tetapi dapat menginfeksi manusia. Penularan pada manusia terjadi melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi atau lingkungan yang terkontaminasi.

Jadi, tergantung pada inang aslinya, virus influenza A dapat diklasifikasikan menjadi virus flu burung, influenza babi, atau jenis virus influenza hewan lainnya.

Infeksi virus flu burung pada manusia dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas ringan hingga berat dan dapat berakibat fatal. Mulai dari konjungtivitis, gejala gastrointestinal, ensefalitis dan ensefalopati juga telah dilaporkan.

Untuk itu, tes laboratorium diperlukan untuk mendiagnosis infeksi influenza pada manusia. "WHO secara berkala memperbarui protokol panduan teknis untuk mendeteksi influenza zoonosis menggunakan metode molekuler RT-PCR," tulis WHO dikutip dari laman resminya who.int, Jumat (7/6).

Kemudian, bukti menunjukkan bahwa beberapa obat antivirus, terutama penghambat neuraminidase (oseltamivir, zanamivir) dapat mengurangi durasi replikasi virus dan meningkatkan prospek kelangsungan hidup pada beberapa kasus.

Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.

Komentar

Baca Juga (Konten ini Otomatis tidak dikelola oleh kami)

Antarkabarid

Arenanews

Antaranews

Berbagi Informasi

Kopiminfo

Liputan Informasi 9

Media Informasi

Opsi Informasi

Opsitek