Kerahkan Rudal Jarak Jauh di Eropa, AS di Ambang Perang dengan Rusia?
WASHINGTON DC, iNews.id – Amerika Serikat berencana mengerahkan rudal jarak jauhnya di Jerman mulai 2026. Langkah itu diklaim sebagai upaya Washington DC untuk menunjukkan komitmennya terhadap NATO dan pertahanan Eropa.
Reuters melansir, penempatan rudal di Jerman adalah bagian dari rencana AS menyebarkan persenjataan jarak jauhnya di Eropa yang dilakukan secara bertahap. Adapun senjata yang akan dikerahkan nanti antara lain mencakup Standard Missile-6 (SM-6), rudal jelajah Tomahawk, serta rudal hipersonik yang sedang dikembangkan. Khusus senjata yang terakhir disebutkan, memiliki jangkauan lebih jauh dibandingkan rudal-rudal yang saat ini ada di Eropa.
Tomahawk dan SM-6 diproduksi oleh raksasa pertahanan AS, RTX. Perusahaan itu dulu bernama Raytheon Technologies Corporation dan salah satu penyuplai senjata ke Israel.
Rudal berbasis darat dengan jangkauan melebihi 500 km dulu dilarang berdasarkan Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) yang ditandatangani Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev dan Presiden AS Ronald Reagan pada 1987.
Penandatanganan perjanjian 37 tahun silam tersebut menjadi sejarah bagi dua negara adidaya pada masa itu. Sebab, mereka untuk pertama kalinya sepakat untuk mengendalikan dan mengurangi persenjataan nuklir masing-masing.
Sejalan dengan penandatanganan perjanjian itu, Jerman, Hongaria, Polandia, dan Republik Ceko pun menghancurkan rudal-rudal mereka pada dekade 1990-an, yang kemudian disusul Slovakia dan Bulgaria.
Pada 2019, Amerika Serikat menarik diri dari Perjanjian INF pada 2019 dengan dalih bahwa Moskow melanggar perjanjian tersebut. AS mengatakan Rusia telah mengembangkan rudal jelajah darat 9M729 atau dikenal di NATO sebagai SSC-8.
Kremlin berulang kali membantah tuduhan tersebut dan kemudian memberlakukan moratorium terhadap pengembangan rudal mereka sendiri yang sebelumnya dilarang oleh Perjanjian INF, yaitu rudal balistik dan jelajah berbasis darat dengan jangkauan 500 km hingga 5.500 km.
Pada akhir Juni lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan negaranya harus melanjutkan produksi rudal berkemampuan nuklir jarak menengah dan pendek setelah Amerika Serikat menempatkan rudal sejenis ke Eropa dan Asia.
Menurut Putin, Rusia sebenarnya sudah berkomitmen untuk tidak mengerahkan rudal-rudal tersebut. Akan tetapi, kata dia, Amerika Serikat telah melanjutkan produksi rudalnya dan membawanya ke Denmark untuk latihan dan juga membawanya ke Filipina.
Hari ini, Rusia menanggapi rencana AS menempatkan rudal jarak jauh di Jerman. Moskow pun berjanji akan memberikan respons militernya atas keputusan Washington itu. “Tindakan (AS) ini ditujukan terutama untuk membahayakan keamanan negara kami, terlepas dari apakah peluang negosiasi pengendalian senjata di masa depan akan meningkat, atau malah sia-sia," kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, Kamis (11/7/2024).
“Sifat reaksi kami akan ditentukan dengan cara yang tenang dan profesional. Militer kami sudah mulai menangani masalah ini. Tentu saja kami akan menganalisis sistem (rudal) spesifik mana yang akan dibahas nanti. Kami akan menentukan respons militer terhadap ancaman baru ini,” ujarnya.
Komentar
Posting Komentar