Menggigil! Suhu di Dieng Bisa Capai 1 Derajat Celcius, Begini Penjelasan BMKG - Tribunnews

 Menggigil! Suhu di Dieng Bisa Capai 1 Derajat Celcius, Begini Penjelasan BMKG - Halaman all

2:52 Estimated 603 Words ID-ID Language
Ilustrasi Suhu Dingin-Dampak Angin Monsoon Australi
Ilustrasi Suhu Dingin-Dampak Angin Monsoon Australi

TRIBUNJOGJA.COM - Akhir-akhir ini, suhu udara di wilayah Indonesia terasa begitu dingin, meski di siang hari.

Bahkan, pada 7 Juli 2024, suhu di dataran tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, bisa mencapai 1 derajat Celcius.

Mengapa fenomena udara dingin di Indonesia bisa terjadi?

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan fenomena udara dingin yang akhir-akhir ini menyelimuti sejumlah wilayah Indonesia.

Fenomena suhu dingin disebabkan oleh Angin Monsun Australia yang bertiup menuju benua Asia melewati Indonesia dan perairan Samudera Hindia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih rendah (dingin).

Fenomena ini terjadi menjelang puncak musim kemarau di bulan Juli-Agustus, bahkan bisa sampai September.

Berikut sejumlah fakta tentang fenomena suhu dingin yang terjadi di Indonesia:

1. Angin Monsun Australia bersifat kering

Angin Monsun Australia ini bersifat kering dan sedikit membawa uap air, apalagi pada malam hari di saat suhu mencapai titik minimumnya.

Selanjutnya, mengakibatkan suhu udara di beberapa wilayah di Indonesia terutama wilayah bagian selatan khatulistiwa, yakni Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara terasa lebih dingin.

2. Wilayah pegunungan terasa lebih dingin

Wilayah di Pulau Jawa yang terasa lebih dingin adalah pegunungan Bromo atau Bromo, Tengger dan Semeru, pegunungan Sindoro-Sumbing, termasuk Kota Wonosobo dan Temanggung dan wilayah Lembang Bandung.

BMKG menyebut, pada tanggal 7 Juli 2024 suhu minimum terjadi di Dataran Tinggi Dieng mencapai 1 derajat Celcius pada jam 02:00 WIB.

3. Terjadi karena posisi geografis

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengungkapkan di samping Monsun Australia, fenomena tersebut juga disebabkan oleh faktor posisi geografis, kondisi topografis, ketinggian wilayah dan kelembaban udara yang relatif kering.

Baca juga: Sampai Kapan Fenomena Bediding Terjadi di Yogyakarta? Begini Jawaban BMKG

"Beberapa hari terakhir ini, cuaca cerah mendominasi hampir di seluruh pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatra bagian selatan, Kalimantan bagian selatan, dan Sulawesi bagian selatan. Angin dominan dari arah timur hingga tenggara membawa massa udara kering dan dingin dari daratan Australia ke Indonesia sehingga kurang mendukung proses pertumbuhan awan," ujar Guswanto di Jakarta, Jumat (19/7/2024), melansir laman BMKG.

4. Langit cerah

Guswanto menyebut, hal tersebut menyebabkan langit menjadi cerah sepanjang hari.

Kurangnya tutupan awan pada malam hari menyebabkan radiasi panas dari permukaan bumi terpancar ke atmosfer tanpa ada hambatan, mengakibatkan penurunan suhu yang signifikan.

Selain itu, angin yang tenang di malam hari menghambat pencampuran udara, sehingga udara dingin terperangkap di permukaan bumi.

"Daerah dataran tinggi atau pegunungan cenderung lebih dingin karena tekanan udara dan kelembaban yang lebih rendah," imbuhnya.

5. Cuaca cerah-berawan dalam satu pekan ke depan

Dalam satu pekan ke depan, lanjut dia, cuaca cerah-berawan diprakirakan masih akan mendominasi wilayah Indonesia khususnya bagian selatan.

Meskipun demikian, potensi hujan dengan intensitas signifikan masih dapat terjadi di beberapa wilayah di Indonesia dalam sepekan ke depan.

( Tribunjogja.com / Bunga Kartikasari )

Sumber: Tribun Jogja

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya