Profil dan Sejarah Jalan Tol Cipularang yang Jadi Lokasi Kecelakaan Beruntun Libatkan Puluhan Kendaraan - Jawa Pos
JawaPos.com - Kecelakaan beruntun mengerikan terjadi di ruas jalan Tol Cipularang Km 92 arah Bandung siang ini, Minggu (11/11). Hingga kini, penanganan kecelakaan tersebut masih berjalan.
Sementara ini, sebanyak 23 kendaraan terlibat dalam kecelakaan beruntun itu. Sejumlah korban dilaporkan luka hingga meninggal dunia.
"Jumlah korban meninggal dunia satu di TKP dan sisanya sementara luka-luka," kata Kasubdit Gakkum Polda Jawa Barat AKBP Lalu Wira Sutriana saat dihubungi, Senin (11/11).
Lantas, bagaimana sejarah dan profil Jalan Tol Cipularang yang merupakan singkatan dari Jalan Tol Cikampek–Purwakarta–
Tol ini adalah jalan di Indonesia yang menghubungkan Kecamatan Cikampek di Kabupaten Karawang dan Kecamatan Padalarang di Kabupaten Bandung Barat.
Jalan Tol ini melintasi Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Bandung Barat. Jalan tol ini selesai dibangun pada akhir April 2005.
Mulanya, pembangunan tol ini dimulai sejak tahun 1990-an. Kala itu, pemerintah pada awalnya berencana akan membuat jalan tol penghubung antara Jakarta dengan Bandung yang akan bercabang dari Tambun atau Cikarang Barat kemudian berbelok ke selatan menuju Jonggol, lalu Cianjur (Mande/Ciranjang) hingga Padalarang yang terhubung dengan Tol Padaleunyi.
Rencana proyek ini sempat dinamakan Plan Tol Cigolarang (Cikarang, Jonggol, Cianjur, dan Padalarang). Jarak antara Jakarta dengan Bandung dengan trayek tol via Jonggol atau Cigolarang lebih singkat dari Tol yang saat ini.
Adapun pembangunannya dibagi dua tahap berikut ini.
Tahap 1: Cikampek-Sadang (dibuka pada 1 Agustus 2003) dan Padalarang-Cikamuning (dibuka pada 21 September 2003) (17,5 km)
Tahap 2: Sadang-Cikamuning (dibuka pada 26 April 2005) (41 km).
Sejak dibuka pada 26 April 2005, telah 2 kali terjadi peristiwa amblasnya jalan. Setelah kejadian ini, truk dan trailer tidak boleh masuk Jalan Tol Cipularang.
Selama ini, daerah di ruas tol Cipularang ini juga memang dikenal rawan kecelakaan. Terutama di sepanjang kilometer 90 sampai dengan kilometer 100. Pasalnya, sepanjang 10 kilometer tersebut, arus dari arah Jakarta mengalami tanjakan panjang dan arus sebaliknya mengalami turunan panjang.
Belum lagi, di dalam 10 kilometer tersebut, setiap tanjakan panjang dan curam biasanya terdapat penambahan lajur untuk truk dan bus yang berjalan lambat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar