Internasional,
Perusahaan Senjata AS Raytheon Raup Triliunan Rupiah dari Perang Ukraina - Bagian all
Kontraktor pertahanan AS, Raytheon, meraup untung triliunan rupiah dengan memproduksi senjata dan peralatan militer yang dipasok ke Ukraina.

Perusahaan senjata AS, Raytheon, dilaporkan meraup untung triliunan rupiah dari perang di Ukraina. (Foto: Istimewa)
IDXChannel – Kontraktor pertahanan AS, Raytheon, meraup untung miliaran dolar AS atau triliunan rupiah dengan memproduksi senjata dan peralatan militer yang dipasok ke Ukraina. Padahal, sebelum dimulainya agresi militer Rusia pada Februari 2022, produsen peluru kendali (rudal) terbesar di dunia itu mengalami kesulitan dalam menjual produknya.
Hal itu terungkap lewat laporan pendapatan Raytheon Missiles & Defense (RMD), anak perusahaan yang mengkhususkan diri dalam produksi rudal di bawah naungan RTX Corporation. Menurut analisis kantor berita Sputnik, RMD memproduksi sistem rudal NASAMS langsung untuk Kiev. Sementara rudal Stinger dan Javelin yang diproduksi perusahaan tersebut telah dikirim ke Ukraina sejak awal 2022.
Sebagai produsen sistem pertahanan udara seperti Patriot dan berbagai rudal yang digunakan sistem tersebut, RMD telah menerima pesanan baru untuk sistem rudal sejenis setelah senjata itu dikirim ke Ukraina oleh negara-negara Barat lainnya.
Menurut laporan keuangannya, Raytheon telah mengalami pertumbuhan penjualan selama lima kuartal berturut-turut sejak kuartal keempat 2022. Bagi Raytheon, konflik Ukraina ibarat mendapatkan durian runtuh. Bagaimana tidak, perusahaan itu sempat tertatih-tatih akibat penurunan penjualan selama empat kuartal berturut-turut sebelumnya.
Perincian dari laporan pendapatan Raytheon menggambarkan bagaimana kontraktor pertahanan AS tersebut telah mampu menghasilkan miliaran dolar dari bantuan militer Amerika Serikat yang berkelanjutan ke Ukraina. Perusahaan itu pun berhasil membalikkan prospek bisnisnya dengan memanfaatkan permintaan baru itu.
Menurut laporan pendapatan terbaru, tunggakan Raytheon—yang mengacu pada kontrak pertahanan yang telah ditandatangani namun belum terpenuhi—juga meningkat dari USD63 miliar pada akhir 2021 menjadi USD77 miliar pada akhir kuartal kedua tahun ini.
Pesanan baru untuk RMD mulai berkurang sejak kuartal IV-2021 dengan penurunan 8 persen yoy. Pada kuartal-II 2022, penjualan RMD anjlok selama tiga kuartal berturut-turut, dengan penurunan mencapai 11 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Kendati demikian, pesanan baru RMD pada kuartal-II 2022 sudah mulai menunjukkan tanda-tanda peningkatan permintaan terhadap produknya menyusul meningkatnya konflik militer di Ukraina pada awal tahun itu.
Dari USD3,56 miliar penjualan baru untuk RMD pada kuartal-II 2022, sekitar USD662 juta, atau 18,6 persen berasal dari pengisian ulang amunisi Stinger untuk Angkatan Darat AS. Pada hari-hari awal eskalasi penuh konflik militer di Ukraina, AS mengirimkan lebih dari 1.000 rudal antipesawat Stinger ke Kiev. RMD juga mendapatkan kesepakatan untuk pengisian ulang Stinger pada Mei 2022.
Pada kuartal-IV 2022, pesanan baru yang didorong oleh meningkatnya permintaan rudal untuk Ukraina, memungkinkan RMD membukukan pertumbuhan penjualan sebesar 6 persen yoy, setelah empat kuartal berturut-turut mengalami penurunan penjualan.
Kesepakatan senilai USD698 juta untuk sistem rudal NASAMS untuk Ukraina menyumbang sekitar 17 persen dari penjualan baru senilai USD4,1 miliar untuk RMD pada kuartal-IV 2022.
Pada kuartal berikutnya, ketika militer AS mengirim rudal tambahan ke Ukraina, pesanan rudal baru terus mengalir ke RMD.
Pada Juni 2023, RMD memperoleh kontrak senilai USD1,15 miliar untuk pengadaan rudal udara ke udara jarak menengah canggih AIM-120 D-3 dan C-8 (AMRAAM). Kesepakatan itu menjadi kontrak AMRAAM terbesar hingga saat ini. Lewat kontrak tersebut, RMD memproduksi rudal yang akan dipasok ke 18 negara, termasuk Ukraina. Kesepakatan tersebut menyumbang 28,8 persen dari penjualan baru RMD senilai USD4 miliar pada kuartal kedua tahun lalu.
Meskipun RTX memutuskan untuk menggabungkan RMD dengan Raytheon Intelligence & Space dalam laporan pendapatan kuartal-III 2023, persyaratan produksi rudal baru yang berasal dari konflik militer di Ukraina terus mendorong pertumbuhan penjualan baru perusahaan itu.
Pada kuartal-IV 2023, produksi rudal berpemandu GEM-T senilai USD2,8 miliar menyumbang sekitar 40 persen dari penjualan kuartalan senilai USD6,9 miliar di anak perusahaan yang baru saja bergabung yang dikenal dengan nama Raytheon di bawah RTX itu. Untuk diketahui, rudal GEM-T merupakan bagian penting dari rudal yang digunakan dalam sistem pertahanan udara Patriot.
Pesanan rudal kemudian datang dari Jerman. Setelah mengirimkan sistem Patriot miliknya ke Ukraina, Berlin harus mengajukan pesanan baru ke Raytheon tahun ini. Jerman pertama kali menandatangani kontrak untuk pengadaan sistem Patriot barunya pada Maret lalu. Pesanan baru itu bernilai USD1,2 miliar, yang mencakup sekitar 18 persen dari total penjualan baru Raytheon senilai USD6,7 miliar pada kuartal pertama tahun ini.
Pada Juli, Jerman kembali menandatangani kontrak baru dengan Raytheon untuk pengadaan sistem Patriot tambahan, yang juga bernilai USD1,2 miliar.
Selain pesanan baru untuk sistem Patriot, Javelin Joint Venture (JJV), perusahaan patungan yang didirikan Raytheon bekerja sama dengan Lockheed Martin, juga memperoleh kontrak produksi dengan nilai total USD1,3 miliar oleh Angkatan Darat AS pada Agustus.
Setelah AS mengirimkan ribuan rudal antitank Javelin ke Ukraina, JJV ditugaskan untuk meningkatkan produksi guna mengisi kembali pasokan bagi Angkatan Darat AS. Kali ini, JJV harus memproduksi 3.960 rudal Javelin per tahun pada akhir 2026.
Menurut angka terbaru dari Pentagon (Departemen Pertahanan AS), dampak bantuan militer AS kepada Ukraina terhadap basis industri dalam negeri mencapai USD36,8 miliar per 8 Agustus. Basis industri militer di Arkansas dan Pennsylvania memperoleh keuntungan terbesar dengan masing-masing menerima USD2,98 miliar dan USD2,07 miliar. Sementara negara bagian yang menerima lebih dari USD1 miliar antara lain Alabama, Arizona, California, Florida, Texas, dan West Virginia.
Agustus lalu, Financial Times melaporkan, analisis dari firma riset pasar Vertical Research Partners memperkirakan bahwa lima perusahaan senjata teratas AS akan memperoleh arus kas sebesar USD26 miliar pada akhir 2026.
Selain mendapat keuntungan dari konflik militer di Ukraina, kontraktor pertahanan AS seperti Raytheon juga memperoleh keuntungan dari dukungan militer AS yang berkelanjutan terhadap Israel di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Rusia telah berulang kali mengingatkan Barat bahwa pasokan senjata ke Ukraina akan menyebabkan eskalasi konflik lebih lanjut dan secara langsung melibatkan negara-negara NATO di dalamnya. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pun mengatakan, setiap kargo yang berisi senjata untuk Ukraina akan menjadi target yang sah bagi Rusia.
“Amerika Serikat dan NATO terlibat langsung dalam konflik tersebut, termasuk tidak hanya dengan memasok senjata, tetapi juga dengan melatih para personel,” kata Lavrov beberapa waktu lalu.
(Ahmad Islamy Jamil)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar