4 Film Jepang Tema Perang Dunia 2 - IDNTIMES

 

4 Film Jepang Tema Perang Dunia 2

Perjalanan DJ Lokal di Balik Musik Jedag Jedug Indo Bounce yang Viral

DJ Desa, Ikyy Pahlevii, dan Vinky YT turut populerkan Indo B

Perjalanan DJ Lokal di Balik Musik Jedag Jedug Indo Bounce yang ViralVinky YT, DJ Desa, Ikyy Pahlevii (dok. Pribadi)
Muhammad Bimo Aprilianto

Yogyakarta, IDN Times - Dewasa ini, musik jedag jedug mungkin bukan lagi barang asing lagi bagi netizen Indonesia. Terutama buat kamu yang aktif di platform video seperti TikTok dan Instagram. Musik jenis ini sudah jadi makanan sehari-hari. Setiap harinya, hampir selalu ada video di FYP yang memakai lagu jedag jedug sebagai backsound-nya.

Tak hanya itu, popularitas beberapa lagu jedag jedug bahkan bisa sampai ke mancanegara. Misalnya lagu-lagu karya DJ Desa yang ditarikan TikToker Amerika, hingga gubangan DJ Prengky Gantay yang 'dijogetin' cheerleder Korea Selatan.

Meski lagunya terkenal dan viral atau banyak dipakai orang, namun mungkin gak banyak yang tahu juga soal sosok DJ atau kreator di balik lagu-lagu jedag jedug tersebut. Selama ini, banyak DJ yang memang hanya mengedepankan karya berupa lagu-lagu yang mereka rilis, tanpa peduli memikirkan eksistensi dari sosoknya sendiri.

Menarik melihat usaha para DJ jedag jedug dalam membuat karya-karya musik seperti itu, hingga akhirnya musik jedag-jedug menjadi tren dan fenomena di media sosial. Simak, cerita mereka, yuk!

1. Cerita eksistensi kreator musik 'jedag jedug' alias Indo Bounce masa kini di Indonesia

Perjalanan DJ Lokal di Balik Musik Jedag Jedug Indo Bounce yang ViralDJ Desa (dok. DJ Desa)

Ada tiga kreator musik jedag-jedug masa kini yang membagikan cerita perjalanan karier mereka ke IDN Times. Mereka adalah DJ Desa, Ikyy Pahlevii, dan juga Vinky YT.

DJ Desa mengaku tertarik dengan musik sejenis jedag jedug mulai dari 2014. Saat itu, musik genre tersebut sudah populer di daerah asalnya, Gorontalo. Namun, musik sejenis jedag jedug itu disebut oleh warga lokal dengan sebutan Disco Tanah.

Kemudian DJ Desa mencoba membuat lagu-lagu Disco Tanah dan belajar dengan cara otodidak. Pada 2018, DJ asal Gorontalo tersebut mulai mengunggah karya-karyanya yang kini populer disebut jedag jedug itu di YouTube.

"Sebenarnya di daerah saya genre ini disebut 'Disco Tanah', saya juga bingung kenapa jadi dikenal dengan 'Jedag Jedug.' Saya memang dari awal bermusik sudah tertarik dengan genre ini, karena menurut saya genre ini bisa dinikmati oleh semua kalangan mulai dari anak-anak sampai orang tua," ujar DJ Desa.

Menyebar di berbagai daerah, ada berbagai julukan untuk musik jedag jedug

Sementara bagi Ikyy Pahlevii, musik elektronik semacam jedag jedug ini telah menemaninya sejak 2017. Kala itu ia masih duduk di bangku kelas 6 SD, dan mulai mengenal platform Soundcloud ketika sering nongkrong di warnet. Mengenal musik elektronik dari Soundcloud, Ikyy akhirnya memutuskan untuk mencari tutorial membuat musik serupa melalui Facebook dan YouTube.

Pada awalnya Ikyy, mengunggah karya-karya musik yang ia buat di platform Soundcloud, hingga akhirnya hijrah ke YouTube dan mendapat kepopuleran di TikTok.

"Dulu memang suka. Sebelum belajar, denger-dengerin itu dari zaman-zaman 2017. Penasaranlah buatnya gimana. Dulu mikirnya itu buatnya pake alat DJ, ternyata di aplikasi. Ya barulah buat-buat," ujar pembuat lagu "Goyang Bapak Yanto" ini.

Cerita yang sedikit berbeda datang dari Vinky YT. Dulunya ia bisa kenal dengan musik jedag jedug karena sering edit konten video, yang memakai musik elektronik sebagai backsound-nya.

Berangkat dari situ, Vinky mulai tertarik untuk membuat karya musiknya sendiri. Awalnya, ia mengunggah lagu jedag jedug miliknya di Instagram hingga akunnya meraih 100 ribu followers. Lalu, ia ikut migrasi ke TikTok pada 2019.

"Bisa dibilang dulu itu gak terlalu banyak orang yang kenal jedag jedug. Makanya ada banyak tuh di TikTok, konten-konten yang bilang kalau aku yang bikin JJ ini pertama kali (viral). Karena dulu sebenarnya tidak terlalu banyak orang yang minat ke jedag jedug. Ibaratnya aku memperkenalkan jedag jedug lebih luas lagi," ungkap Vinky.

Kini akrab disebut musik jedag jedug, bisa diusut musik genre elektronik dengan kearifan lokal ini sudah lama berkembang di Indonesia. Gerald Liu, musisi dan mantan pentolan Weird Genius menyebut bahwa ini merupakan salah satu cabang dari musik elektronik yang merakyat. Setiap daerah pun punya versi julukan tersendiri.

"Kalau misalnya di sini disebut JJ, cuma kalau misalnya di Manado ada yang namanya Distan atau Disco Tanah, di Makassar ada yang namanya Jungle Breaks, di Sumatera juga Jungle Breaks, cuma kalau di Jawa itu dulu sering banget disebutnya Breakbeat. Sekarang juga yang lagi moderen sedang naik juga namanya Indo Bounce, contohnya Whisnu Santika itu salah satu pelaku Indo Bounce," papar Gerald.

Baca Juga: Membedah Tren Musik Jedag Jedug, Indo Bounce yang Makin Digandrungi

2. Usaha para kreator mengedepankan karya original di tengah gempuran tren remix

https://www.youtube.com/embed/t8XsAKhd9ks

Saking populernya musik dengan beat jedag jedug, tampaknya hampir semua lagu dari berbagai genre memiliki versi jedag jedug, yang dibuat oleh DJ atau kreator musik di TikTok dan YouTube. Tak terkecuali lagu-lagu Barat atau negara lain. Ya, saat ini tren di kalangan DJ dan kreator jedag jedug memang sedang banyak melakukan remix pakai lagu milik orang lain.

Meski begitu, ternyata para kreator ini juga tetap mengusahakan bikin karya original meski arus tren remix sedang kencang-kencangnya. Ikyy Pahlevii menyebut kalau terkadang lagu-lagu remix memang lebih digemari pengguna TikTok dan YouTube. Namun, tak menutup kemungkinan bahwa lagu original lebih sering viral ketimbang yang versi remix.

"Kayak lagu 'Kang Copet', 'Imut Imut Cinta', itu masih ramai sampai sekarang. Itu bikinan sendiri. Justru yang terbanyak populer (lagu) ciptaan sendiri. Yang remix paling viral berapa bulan sudah (gak viral lagi)," ujar Ikyy.

Untuk Vinky, ia mengaku jarang membuat remix dari lagu orang lain. Ia hanya pernah membuat lagu remix dari artis yang bernaung di label yang sama dengan dirinya. Sehingga untuk masalah perizinan bisa dilakukan dengan mudah.

"Kalau kita (bikin lagu) original, pake lagu sendiri, itu kita remix sendiri. Kita ada tim juga kan, misal ada penyanyi A yang kita kenal, kita minta izin ke dia untuk kita remix, satu manajemen juga jadi gampang komunikasinya. Setelah diizinin baru kita remix," kata pria bernama asli Rizky Ramadhani tersebut.

Sementara DJ Desa memang dikenal punya banyak karya dari remix lagu milik orang lain. Namun, DJ asal Gorontalo ini juga masih membuat lagu-lagunya sendiri. Bahkan lagu original miliknya ada yang pernah viral juga. DJ Desa menyebut pentingnya membuat lagu original, khususnya terkait royalti yang didapat dan menghindari copyright.

"Saya kebanyakan remix lagu orang lain, tapi ada juga lagu original saya yang pernah viral (judulnya) 'Sorry Bukan Sa (Feat. Pace Nenong),' ungkap DJ Desa.

3. Budaya remix bersinggungan dengan masalah copyright. Harus bagaimana?

Perjalanan DJ Lokal di Balik Musik Jedag Jedug Indo Bounce yang ViralIkyyPahlevii (dok. Ikyy Pahlevii)

Membahas soal remix lagu, pasti akan menyenggol soal masalah copyright. Diakui oleh ketiga kreator di atas, bahwa mereka pernah berurusan dengan masalah copyright ketika mengunggah karya berupa hasil remix dari lagu milik orang lain.

Menurut mereka, konsekuensi yang didapat adalah mereka tidak akan mendapatkan royalti dari konten remix tersebut. Beberapa kasus menyebutkan bahwa para kreator harus membagi royaltinya kepada artis pemilik lagu yang bersangkutan.

Menurut Gerald Liu, musisi dan konten kreator musik, hukum copyright musik saat ini sudah semakin ketat. Ia menceritakan bahwa beberapa rekan musisi saat ini tengah mengusahakan membuat licensing khusus untuk cover dan juga remix.

Ia mengungkapkan bahwa lagu remix tidak seharusnya diunggah menjadi konten yang komersial, seperti YouTube atau Spotify. Meski bisa jadi ajang free promotion, namun alangkah baiknya jika konten remix hanya diunggah ke platform free to use seperti TikTok saja.

"Ya saya juga kalau misalnya saya punya lagu saya anggap, 'Oh ya udah ini kan lebih kayak free promotion gitu,' orang-orang jadi tahu lagu saya juga gitu, kan. Cuma ternyata lagu saya di-remix JJ di-upload ke iTunes, di-upload ke Spotify saya jadi, 'Lho kok yang dapat duit lu bukan gua. Salah, dong,' gitu kan," ujarnya.

Musisi Mardial juga mengungkapkan bahwa budaya remix ini sudah bukan hal yang baru di dunia musik. Jika menarik sejarah ke belakang, kebiasaan remix ini, menurut Mardial, sudah menjadi sebuah kultur yang melekat di sosok DJ-DJ.

Sejak dulu, sebutan Bootleg Remix yang populer, di mana para DJ melakukan remix lagu-lagu populer terutama yang baru rilis, untuk dimainkan menjadi sebuah lagu penting di party atau show yang mereka jalankan.

Oleh karena itu untuk menyiasatinya, saat ini label-label sudah mulai mencari solusi yaitu dengan membuat lagu remix resmi yang dibuat oleh musisinya itu sendiri.

"Kultur bootleg remix itu selalu ada dan selalu berjalan, sampai era di mana sekarang musik itu penyebarannya banyak melalui TikTok. Itu kultur yang sudah sangat umum kalau ngomong soal ethic-nya mereka. Bagi mereka, itu udah gak peduli soal ethic lagi, asal jebret aja. Kalau soal hukum itu pasti melanggar copyright," jelas Mardial.

Baca Juga: Alan Walker Soal Jedag-Jedug Indonesia, Durian, dan Grup WA Keluarga

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya 

Artikel populer - Google Berita