Imbas Kebijakan Impor AS, Produksi Perajin Keramik Menurun Drastis

Purwakarta, Beritasatu.com - Kebijakan tarif impor yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, terhadap produk Indonesia berdampak langsung pada perajin keramik di Plered, Purwakarta, Jawa Barat. Hingga empat bulan pertama pada 2025, tidak ada pemesanan dari pembeli di Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Padahal, pada 2024, enam kontainer keramik berhasil diekspor ke negara tersebut. Salah satu perajin bahkan terancam kehilangan omzet hingga Rp 500 juta per tahun akibat kondisi ini.
Eman Sulaeman, seorang pelaku usaha kerajinan keramik sekaligus eksportir, mengungkapkan bahwa hingga kini ia belum menerima konfirmasi pesanan dari pembeli Amerika. Meskipun Eman telah mengikuti pameran furnitur internasional IFEX pada Maret 2025, tetapi berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, tidak ada pemesanan yang masuk.
Ia mengatakan, biasanya setelah pameran bisa mengekspor tiga kontainer keramik ke Amerika dengan omzet sekitar Rp 500 juta hingga Rp 600 juta. Namun, pada tahun ini ekspor ke Amerika masih nihil.
"Ekspor ke Amerika biasanya tiga kontainer, sekarang satu pun belum ada. Negara Eropa pun belum ada kepastian. Saya berharap ada perubahan positif pada akhir 2025," ujarnya kepada Beritasatu.com, Sabtu (26/4/2025).
Akibat kondisi ini, Eman memperkirakan kerugian hingga setengah miliar rupiah. Namun, ia tetap optimistis dan berusaha mencari peluang baru dengan menjajaki pasar ekspor ke Eropa dan Asia serta memperluas penjualan di dalam negeri.
"Saya berharap ada perubahan, tidak hanya ke Amerika, tetapi juga Eropa. Kami terus mengikuti perkembangan dari pameran kemarin, namun belum ada kepastian," lanjut Eman.
Berdasarkan data dari UPTD Litbang Keramik Plered, ekspor keramik Plered pada 2024 tercatat sebanyak 15 kontainer, dengan enam kontainer di antaranya dikirim ke Amerika Serikat. Namun, pada empat pertama tahun 2025, ekspor mengalami penurunan drastis dan hanya dua kontainer yang berhasil dikirim ke pasar Eropa setelah diberlakukannya kebijakan tarif impor dari AS.
"Kebijakan perdagangan AS menjadi penghambat bagi pengusaha keramik yang biasa mengekspor ke luar negeri. Beberapa pengusaha melaporkan penundaan ekspor karena perubahan tarif ini," jelas Kepala UPTD Litbang Keramik Plered Mumun Maemunah.
Lebih lanjut, apabila situasi ini tidak segera diatasi, ancaman penurunan drastis akan terus membayangi para perajin keramik Plered. Dari sekitar 700 perajin yang tercatat di UPTD Litbang Keramik Plered, sekitar 30% di antaranya fokus pada pasar ekspor. Tanpa pesanan dari Amerika, beberapa perajin bahkan mulai dirumahkan.
Permintaan keramik di pasar lokal belum cukup untuk menyerap seluruh hasil produksi. Oleh karena itu, para perajin keramik berharap pemerintah segera mengambil langkah diplomatik untuk menstabilkan perdagangan internasional, khususnya ekspor ke Amerika Serikat. Mereka berharap industri keramik dapat kembali menopang kehidupan mereka dengan layak.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News
Ikuti yang terbaru di WhatsApp Channel Beritasatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar