Pelajaran Buat Indonesia, Rafale Mulai Dinilai Usang dan Makin Keteteran dalam Pertempuran Modern - Zona Jakarta - Opsiin

Informasi Pilihanku

demo-image
demo-image

Pelajaran Buat Indonesia, Rafale Mulai Dinilai Usang dan Makin Keteteran dalam Pertempuran Modern - Zona Jakarta

Share This
Responsive Ads Here

 

Pelajaran Buat Indonesia, Rafale Mulai Dinilai Usang dan Makin Keteteran dalam Pertempuran Modern - Zona Jakarta


ZONAJAKARTA.COM - Laporan terbaru oleh Institut Hubungan Internasional Prancis (IFRI) telah mengungkap kenyataan yang mengkhawatirkan tentang kemampuan tempur udara Prancis, termasuk jet tempur Rafale yang diandalkan.

Ini bisa menjadi pelajaran buat Indonesia, mengingat negeri ini sudah membeli 42 unit Rafale dalam rangka memodernisasi angkatan udaranya.

Sebagai pesawat generasi 4,5, Rafale memang termasuk jet tempur multiperan yang sangat andal dan menakutkan, sehingga masih menjadi andalan Prancis sebagai produsennya.

Namun, menghadapi pertempuran modern yang serba canggih dan menuntut kemampuan teknologi siluman, ternyata Rafale dinilai bisa keteteran.

Temuan IFRI yang disusun oleh para ahli militer, termasuk mantan perwira Angkatan Udara Prancis, melukiskan gambaran yang mengerikan tentang sebuah negara (Prancis) yang berjuang untuk mengimbangi lanskap peperangan udara modern yang berkembang pesat.

Inti dari krisis ini adalah armada pesawat tempur Prancis yang masih bertumpu pada teknologi generasi keempat, sementara para pesaingnya berlomba maju dengan kemajuan generasi kelima.

Jet tempur Rafale buatan Dassault Aviation yang telah lama dipuji sebagai tulang punggung kekuatan udara Prancis dan simbol ketangguhan teknik nasional, kini dianggap mulai menua di era yang didominasi oleh teknologi siluman dan peperangan elektronik.

Meskipun Rafale sering dipuji sebagai salah satu jet tempur multiperan paling tangguh di generasinya, pesawat ini tidak pernah dirancang untuk teknologi siluman.

Ini menjadi kekurangan kritis Rafale di wilayah udara yang diperebutkan saat ini.

Kerentanan ini berasal dari keputusan strategis yang dibuat pada awal tahun 2000-an, ketika Prancis memilih untuk menyempurnakan platform multiperan yang ada daripada berinvestasi dalam pesawat siluman.

Sementara itu, Amerika Serikat (AS) semakin maju dengan pesawat generasi kelima berteknologi siluman seperti F-22 Raptor dan kemudian F-35 Lightning II.

F-22 dan F-35 itu membentuk kembali hakikat dominasi udara AS, meski mendapat tantangan berat dari China dan Rusia yang juga mengembangkan pesawat generasi kelima.

Bahkan, China dan AS kini sudah melangkah lebih maju dengan mengembangkan pesawat generasi keenam.

Selasa, 29 April 2025 | 16:11 WIB
Pesawat tempur generasi 4,5 buatan Dassault Aviation, Prancis. Menurut IFRI, Rafale mulai usang dan bakal keteteran menghadapi peperangan modern. (meta-defence.fr)

Belum lagi tren teknologi drone atau pesawat tempur nirawak yang semakin maju, membuat peran Rafale menjadi semakin usang.

Meskipun terus mengalami peningkatan yang telah mendorongnya ke dalam apa yang disebut kategori generasi 4,5, Rafale masih dianggap makin ketinggalan.

Kelemahan teknologi yang selama ini kurang teramati adalah kemampuan bertahan melawan radar canggih dan sistem anti-udara yang makin canggih.

Di era negara musuh seperti Rusia dan China sudah menggunakan sistem pertahanan anti-akses/penolakan area (A2/AD) yang canggih, pilot Rafale bisa terperangkap ke dalam kematian, terpapar rudal permukaan-ke-udara yang sangat canggih dan pesawat tempur musuh generasi berikutnya.

Taruhannya bahkan lebih tinggi karena Moskow dan Beijing secara agresif memperluas persenjataan militer mereka.

Rusia telah menerjunkan serangkaian rudal hipersonik, pesawat nirawak canggih, dan sistem peperangan elektronik.

Selain itu, Rusia juga sudah mulai memperbanyak produksi pesawat generasi kelima Su-57.

Sementara, China bahkan semakin maju dengan pesawat tempur siluman generasi kelima, yakni J-20 dan J-35.

Dominasi Barat yang dulunya tak terbantahkan atas keunggulan udara dan menjadi landasan keamanan global sejak Perang Dunia II, kini mendapat ancaman serius.

Prancis yang sangat bergantung pada Rafale, tertinggal jauh dalam pengembangan teknologi kedirgantaraan dan sangat mengkhawatirkan.

Meski masih efektif dalam berbagai skenario pertempuran, Rafale tidak memiliki kemampuan bertahan yang dibutuhkan untuk konflik berintensitas tinggi.

Sehingga, Rafale berpotensi menjadi beban dalam bentrokan dengan musuh yang setara.

Laporan IFRI menggarisbawahi sebuah kenyataan yang tidak memprihatinkan, yakni kesenjangan teknologi antara Prancis dan para pesaingnya semakin melebar tanpa ada solusi yang segera terlihat.

Halaman:
user-author
Selasa, 29 April 2025 | 16:11 WIB
Rafale-meta-defensefr-388707205
Pesawat tempur generasi 4,5 buatan Dassault Aviation, Prancis. Menurut IFRI, Rafale mulai usang dan bakal keteteran menghadapi peperangan modern. (meta-defence.fr)

Yang memperparah tantangan ini adalah krisis yang jauh lebih mendesak, yakni kekurangan kritis amunisi berpemandu presisi di Prancis.

Menurut IFRI, jika terjadi konflik skala penuh, Angkatan Udara Prancis hanya akan mampu mempertahankan operasi selama tiga hari.

Ini keterbatasan yang mengejutkan bagi negara berkekuatan nuklir dengan ambisi militer global.

Amunisi utama, termasuk rudal udara-ke-udara jarak jauh METEOR, ternyata sangat langka.

Situasi semakin memburuk karena bantuan militer Prancis ke Ukraina telah dengan cepat menghabiskan persediaan rudal jelajah SCALP dan pencegat pertahanan udara Aster 30.

Saat sekutu Barat berebut mempersenjatai Kyiv, Prancis mendapati dirinya kewalahan dan tidak mampu mengisi kembali persediaannya dengan kecepatan yang dibutuhkan untuk peperangan modern.

Selain itu, komitmen Prancis untuk melarang amunisi tandan sesuai dengan perjanjian pelucutan senjata internasional, telah membuat angkatan udaranya tidak memiliki cara yang efektif untuk menetralisir pasukan musuh di wilayah yang luas.

Meskipun secara moral patut dipuji, keputusan ini telah mengorbankan strategi dan memaksa Paris untuk bergantung pada sistem yang lebih sedikit, lebih mahal, dan lebih canggih.

Ini akan semakin membebani sumber daya Prancis yang terbatas.

Prancis kini menghadapi momen sangat mendesak dan menentukan, berinvestasi besar-besaran dalam memodernisasi angkatan udaranya atau mengambil risiko menjadi usang di medan perang modern.

Ketiadaan jet tempur generasi kelima yang sesungguhnya, kekurangan amunisi yang melumpuhkan, dan terkikisnya dominasi udara Barat bersama-sama membentuk badai yang sempurna yang bisa membuat Prancis tidak mampu mempertahankan kepentingannya dalam perang besar.

Dengan kenyataan bahwa musuh maju dengan kecepatan yang sangat tinggi, Prancis semakin kehabisan waktu untuk mengejar ketertinggalan.

Indonesia sebagai negara yang bakal mengoperasikan 42 Rafale juga sudah mulai harus berpikir dalam strategi modernisasi pesawatnya.

Halaman:
user-author
Selasa, 29 April 2025 | 16:11 WIB
Rafale-meta-defensefr-388707205
Pesawat tempur generasi 4,5 buatan Dassault Aviation, Prancis. Menurut IFRI, Rafale mulai usang dan bakal keteteran menghadapi peperangan modern. (meta-defence.fr)

Sebab, bagaimanapun konflik modern akan mensyaratkan kemampuan teknologi siluman, radar, drone, dan perangkat perang elektronik lain.

Ketertarikan Indonesia dalam proyek pengembangan bersama pesawat generasi kelima KAAN buatan Turki, menjadi semakin rasional mengingat tuntutan konflik modern di masa depan. ***

Halaman:
Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Opsi lain

Arenanews

Berbagi Informasi

Media Informasi

Opsiinfo9

Post Bottom Ad

Pages