Kontrak Rafale F4 Pesanan Indonesia Sudah Dibayar Tapi Masih Diserang Berita Palsu, Media Prancis Bongkar Siapa yang Jadi Dalang - Zona Jakarta
ZONAJAKARTA.COM- Indonesia adalah salah satu calon operator jet tempur Rafale buatan Dassault Aviation Prancis.
Pada 10 Februari 2022, Dassault Aviation Prancis menyatakan bahwa Indonesia telah resmi menandatangani pesanan untuk 42 Rafale F4, yang terdiri dari 30 kursi tunggal dan 12 kursi ganda.
Setengah lusin jet tempur Rafale pertama Indonesia disebut TNI AU akan tiba di tahun 2026 mendatang.
Tak cuma membeli pesawatnya saja, Indonesia disebut Zona Militar edisi 14 Januari 2025 juga membeli senjata yang akan digunakan di Rafale F4 calon armada baru TNI AU.
"Pada November 2022, Indonesia telah mengirimkan setengah lusin pilot untuk mengikuti sesi pelatihan dengan pesawat tempur Dassault Aviation.
Itu adalah penempatan selama tiga bulan, yang terjadi pada tahun yang sama ketika negosiasi untuk total 42 varian Rafale F4 ditutup; 30 di antaranya adalah pesawat kursi tunggal dan 12 sisanya adalah kursi ganda.
Pada Januari 2024, akuisisi batch terakhir dari 18 pesawat ditutup, dengan demikian menyelesaikan tahap ketiga dari pembayaran yang disepakati.
Baca Juga:
Sementara akuisisi ini sedang dilakukan, berbagai pembelian senjata juga disepakati, contoh ilustrasinya adalah perjanjian tahun 2023 untuk amunisi Safran AASM Hammer," jelas media berbahasa Spanyol itu seperti dikutip Zonajakarta.com.
Jelang kedatangan jet tempur Rafale yang Indonesia pesan, pesawat buatan Dassault Aviation Prancis itu menjadi sorotan kala dikabarkan kalah dalam pertempuran India melawan Pakistan.
Dikutip Zonajakarta.com dari Reuters edisi 8 Mei 2025, seorang pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan ada keyakinan tinggi bahwa Pakistan telah menggunakan pesawat J-10 buatan China untuk meluncurkan rudal udara-ke-udara terhadap jet tempur India - menjatuhkan sedikitnya dua.
Pejabat lain mengatakan sedikitnya satu jet India yang ditembak jatuh adalah pesawat tempur Rafale buatan Prancis.
Kedua pejabat tersebut mengatakan pesawat F-16 Pakistan, yang dibuat oleh Lockheed Martin, tidak digunakan dalam penembakan itu.
Delhi belum mengakui kehilangan satu pun pesawatnya dan sebaliknya mengatakan pihaknya telah melancarkan serangan yang berhasil terhadap apa yang disebutnya infrastruktur "teroris" di dalam Pakistan.


Menteri Pertahanan Pakistan, Khawaja Muhammad Asif, mengatakan kepada Reuters pada hari Kamis bahwa J-10 digunakan untuk menembak jatuh tiga pesawat Rafale buatan Prancis, yang baru saja diperoleh India.
Baca Juga:
Secara keseluruhan, Pakistan mengatakan pihaknya menjatuhkan lima pesawat India dalam pertempuran udara.
Akibatnya, beredar kabar soal Rafale Indonesia yang diisukan akan ditinjau NKRI.
Hal ini seperti dikutip Zonajakarta.com dari Caliber edisi 20 Mei 2025, Indonesia disebut sedang meninjau kesepakatan senilai $8,1 miliar untuk 42 jet tempur Rafale dari Prancis setelah adanya klaim bahwa tiga Rafale India ditembak jatuh oleh J-10C Pakistan pada tanggal 7 Mei.
Media Azerbaijan itu mengutip cuitan yang dilaporkan Defence Turk lewat akun X miliknya pada 20 Mei 2025.
"Menurut informasi, perwakilan Kementerian Pertahanan Indonesia sedang meninjau keandalan operasional pesawat tersebut.
Belum ada perubahan resmi yang diumumkan terkait kesepakatan tersebut, dan pengiriman masih diharapkan pada awal 2026.
Namun, rumor tersebut telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pertahanan Indonesia mengingat pentingnya jet tempur Rafale secara strategis dalam memodernisasi angkatan udaranya," jelas Caliber.
Baca Juga:
Tak hanya itu, media Rusia, Topwar lewat artikelnya yang berjudul "'Momen Terbaik Rafale Telah Berlalu': Indonesia Tunda Pembelian Jet Tempur Prancis" terbitan 17 Mei 2025, menyerat nama Indonesia setelah Rafale dikabarkan berperforma buruk di perang India dan Pakistan.

"Pesanan mahal Indonesia senilai $8,1 miliar untuk 42 pesawat tempur Rafale dari Prancis telah diragukan secara serius setelah debut jet tersebut yang buruk dalam bentrokan baru-baru ini antara angkatan udara India dan Pakistan.
'Pembelian kendaraan telah ditangguhkan.
Kontrak tersebut dapat terganggu karena adanya tuduhan yang mengkhawatirkan mengenai buruknya kinerja mereka dalam operasi militer baru-baru ini.


Momen terbaik Rafale telah berlalu,' kata publikasi Galaxia Militar," jelas Topwar seperti dikutip Zonajakarta.com.
Media Rusia yang mengutip catatan dalam Galaxia Militar itu menyebut klaim kekalahan Rafale telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan perencana pertahanan terkemuka Indonesia.
"Meskipun klaim ini sebagian besar belum terverifikasi, klaim ini telah mendorong Kementerian Pertahanan untuk 'diam-diam memulai peninjauan terhadap keandalan operasional Rafale'.
Baca Juga:
'Dengan gelombang pertama Rafale yang dijadwalkan akan dikirim pada awal 2026, para pejabat di Jakarta kini menghadapi keputusan yang rumit namun penting: apakah akan melanjutkan, menghentikan, atau mengubah arah,' publikasi tersebut menjelaskan," tulis Topwar.
Galaxia Militar yang menjadi sumber rujukan Topwar bahkan berani mengutip nama salah satu anggota DPR Indonesia.
"Sebagaimana dijelaskan Dave Laksono, anggota komisi pertahanan Indonesia, laporan tersebut tidak dapat diabaikan, laporan tersebut perlu diverifikasi dan mungkin memerlukan penilaian ulang yang 'sah dan konstruktif', terutama mengingat bahwa 'kualifikasi Rafale di medan perang telah lama menjadi nilai jual utama pembeliannya'," tulis Topwar dalam bahasa Rusia.
Menanggapi rumor tersebut, media Prancis, Avions Legendaires edisi 20 Mei 2025 menyebut jika Rafale F4 pesanan Indonesia menjadi korban berita palsu.
"Kontrak yang ditandatangani Jakarta itulah yang menjadi bahan berita bohong yang disebarkan oleh situs-situs yang tidak begitu cermat terhadap kebenaran fakta.
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara segera terbang dengan Rafale F4 sungguh meresahkan," jelas media Prancis itu seperti dikutip Zonajakarta.com.

Baca Juga:
Avions Legendaires kemudian mencoba menelusuri darimana kabar burung soal Rafale pesanan Indonesia itu beredar.
"Biasanya, media yang menyampaikan informasi palsu jenis ini berbahasa Inggris dan Rusia.
Perkembangan besar kini juga dilaporkan oleh situs spesialis pertahanan dan/atau aeronautika dalam bahasa Spanyol dan Prancis.


Dan yang mengejutkan adalah bahwa secara umum dari satu bahasa ke bahasa lain kita dapat menemukan teks yang sama, kata demi kata.
Prosa yang berbau kecerdasan buatan dari jarak bermil-mil. Teks-teks yang, tidak seperti teks-teks saya atau teks-teks teman kecil saya, tidak akan Anda temukan sedikit pun kesalahan dalam bahasa Prancis atau kelalaian, tetapi ditulis dalam gaya yang netral sehingga menjadi hambar.
Namun ini memang berita palsu! Karena semuanya berputar di sekitar fakta bahwa Jakarta akan berpihak pada Pakistan dan mencela kontrak Dassault Aviation, yang pembayaran terakhirnya dilakukan tahun lalu," jelas media Prancis itu.
Tak sekedar menebak, namun Avions Legendaires menganalisa siapa yang akan diuntungkan dari rumor yang beredar soal Rafale pesanan Indonesia.
Baca Juga:
"Siapa yang diuntungkan dari kejahatan tersebut? Tampaknya tidak kepada pesaing Rafale F4 karena kontrak telah ditandatangani dan dibayar.
Konsorsium Eurofighter atau produsen pesawat Amerika Boeing dan Lockheed-Martin tidak berminat memainkan perang kotor yang dapat dengan mudah dibubarkan.
Seperti yang sering terjadi dalam kasus-kasus seperti ini, kita berpikir tentang Cina dan Rusia, yang menganggap Dassault Aviation Rafale sebagai mimpi buruk yang berjalan, serta negara-negara bawahan mereka di Afrika dan Asia terutama.
Kecuali pertanyaan lain yang muncul: mengapa menyebarkan berita palsu tentang Rafale F4 di Indonesia?
Karena kontrak ini mengganggu Tiongkok yang melihat pesawat Prancis sebagai jawaban atas ekspansionismenya dengan dua kekuatan regional yang menjadi musuhnya.
Media yang menyiarkannya di internet mungkin tidak jujur ​​secara mendasar ( kecuali secara intelektual ), tetapi mereka telah memahami bahwa melakukan serangan bodoh dan disiplin terhadap Dassault Aviation Rafale menarik pembaca yang haus akan sensasionalisme.
Lebih mudah untuk menulis omong kosong yang sepenuhnya salah daripada membantahnya, seperti yang kita lakukan di sini.
Faktanya, hinaan anti-Rafale hanya omong kosong, tujuannya terutama adalah mendapatkan klik!," kata media Prancis itu
***
0 Komentar