Meski Disebut Tersaingi Jet Tempur China, Rafale Tetap Indonesia Butuhkan Demi Sempurnanya Modernisasi TNI AU - Zona Jakarta - Opsiin

Informasi Pilihanku

demo-image
demo-image

Meski Disebut Tersaingi Jet Tempur China, Rafale Tetap Indonesia Butuhkan Demi Sempurnanya Modernisasi TNI AU - Zona Jakarta

Share This
Responsive Ads Here

 Dunia Internasional,

Meski Disebut Tersaingi Jet Tempur China, Rafale Tetap Indonesia Butuhkan Demi Sempurnanya Modernisasi TNI AU - Zona Jakarta

ZONAJAKARTA.com - Dassault Aviation tengah dalam ancaman karena jet tempur generasi 4,5 andalannya yakni Rafale disebut tersaingi oleh J-10C buatan China.

Hal ini tak lepas dari takluknya Rafale milik Angkatan Udara India (IAF) dalam Operasi Sindoor.

Meski demikian, Indonesia masih tetap membutuhkan Rafale demi tercapainya kesempuraan modernisasi jet tempur di lingkungan TNI AU yang sudah lama dicanangkan pemerintah.

Baca Juga:

Dalam beberapa waktu belakangan, sebuah media China memberitakan kabar yang tampak membuat geger.

Dilansir ZONAJAKARTA.com dari artikel berjudul "真要买歼-10C了?印尼政府暂停阵风订单(组图)" yang dimuat oleh laman 6parknews.com edisi Selasa, 20 Mei 2025, terdapat narasi yang menyebut bahwa pemerintah melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI tengah mempertimbangkan untuk mengevaluasi ulang kontrak 42 unit Rafale senilai 8,1 miliar dolar AS itu.

Padahal seperti yang sudah diketahui, seluruh proses transaksi akuisisi pesawat tersebut sudah tuntas dilaksanakan pada awal Januari 2024 lalu.

Yang artinya TNI AU kini hanya tinggal menunggu waktu kedatangannya di tanah air mulai 2026 mendatang.

Menurut rencana, Rafale yang sudah dibeli Indonesia akan diprioritaskan untuk ditempatkan di dua kota strategis yakni Pekanbaru dan Pontianak.

Penempatan tersebut diambil lantaran masing-masing kota berdekatan secara geografis dengan Selat Malaka dan Laut Natuna Utara sebagai ujung tombak kedaulatan NKRI.

Baca Juga:

Sembari menunggu kedatangan Rafale di Indonesia, berbagai persiapan terus dilakukan oleh TNI AU.

Tujuannya agar para prajurit tidak hanya mahir dalam mengoperasikan pesawat tersebut.

Pelatihan di bawah instruktur profesional dari Prancis juga bertujuan agar perawatan pesawat bisa dilakukan dengan sebaik-baiknya, mengingat nominal investasi pembeliannya yang tidak sedikit.

Rafale dibeli Indonesia untuk menyempurnakan modernisasi TNI AU meski dianggap tersaingi jet tempur China. (Dassault Aviation)

Terkait dengan beredarnya rumor evaluasi ulang kontrak Rafale oleh Kemhan RI dari media China, ada maksud terselubung di balik itu semua.

Pihak Negeri Tirai Bambu rupanya sangat berambisi untuk menjual J-10C ke Indonesia meski tidak pernah ada dalam perencanaan modernisasi jet tempur TNI AU.

Berbagai cara dilakukan Beijing untuk mencapai tujuannya dalam memasarkan produk tersebut.

Mulai dari overclaim ketika membandingkannya dengan Rafale, hingga penetrasinya dalam pameran bertajuk LIMA 2025 di Kuala Lumpur, Malaysia.

Kehadiran dalam LIMA 2025 juga dimaksudkan agar Negeri Jiran mau membelinya sebagai "counter aircraft" dari produk yang sudah dibeli Indonesia.

Cara seperti ini diyakini Tiongkok dapat merusak image Dassault Aviation secara perlahan.

Hanya saja tidak semudah itu J-10C bisa terjual di pasar tanah air.

Baca Juga:

Jika mengacu pada pemberitaan laman South China Morning Post edisi Senin, 12 Mei 2025 dalam artikelnya yang berjudul "Explainer | How did China’s J-10C match up to French Rafale in India-Pakistan aerial clash?", harga J-10C diketahui hanya dibanderol sebesar 50 juta dolar AS per unit.

Namun pertimbangan Indonesia untuk membeli tidak semata-mata hanya karena harga.

Tetapi juga kualitas teknis serta adanya benefit berupa transfer teknologi yang sangat penting bagi kemajuan industri dirgantara tanah air.

Karena pertimbangan ini pula, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) lantas mengajukan proposal engineering work package (EWP) pada pertengahan tahun lalu.

"Di luar offset yang sudah menjadi standar Kementerian Pertahanan, kami usulkan satu proposal yang disebut engineering work package. Engineering work package adalah satu offset yang kami tawarkan adalah kemampuan brain daripada engineer (teknisi) untuk menyelesaikan masalah dari aspek engineering, analisis, drawing dan sebagainya," kata Direktur Utama PTDI Gita Amperiawan dikutip dari laman Antaranews.com melalui artikel berjudul "PT DI usul engineering work package dalam offset pengadaan Rafale" yang dimuat pada 1 Juli 2024.

Proposal EWP ini diajukan sebagai landasan agar Indonesia bisa mendirikan layanan maintenance, repair, and overhaul (MRO) Rafale sendiri.

Sehingga ketika TNI AU membutuhkan service, tidak perlu repot-repot untuk mengirimkan unit pesawat terkait ke luar negeri.

Halaman:
user-author
Rafale dibeli Indonesia untuk menyempurnakan modernisasi TNI AU meski dianggap tersaingi jet tempur China. (Dassault Aviation)

Yang harus menjadi poin penting, Rafale sangat Indonesia butuhkan agar modernisasi jet tempur yang dicanangkan pemerintah untuk TNI AU benar-benar berjalan dengan paripurna.

Sebab sebelum Presiden Prabowo sempat mengemban amanah sebagai Menhan RI, negeri ini sudah cukup lama mengalami ketertinggalan dalam teknologi pesawat militer jika dibandingkan dengan negara tetangga.

Terbukti sejak Rafale resmi diakuisisi, banyak media internasional menyebut apa yang Kemhan RI lakukan merupakan sebuah lompatan berharga bagi milestone pertahanan udara NKRI.

Diharapkan, posisi Indonesia bisa sejajar dengan sejumlah negara besar di dunia lainnya yang bahkan sudah memiliki F-35 sebagai produk yang selama ini kerap diklaim sebagai "jet tempur terbaik dunia".***

Halaman:
Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Opsi lain

Arenanews

Berbagi Informasi

Media Informasi

Opsiinfo9

Post Bottom Ad

Pages