Minat Baca di Indonesia Rendah, Cahyo Satria Wijaya: Tergantung Survei
Cahyo Satria Wijaya adalah pendiri sekaligus CEO penerbit buku Shira Media. Sejak 2008 ia sudah mewarnai dunia literasi Indonesia dan dikenal lewat rumah penerbitan yang berbasis di Kota Yogyakarta tersebut.
Lulusan SMA rupanya tak jadi soal bagi Cahyo dalam mendirikan perusahaan penerbitan sendiri. Berangkat dari kecintaan terhadap buku, kerja kerasl, dan kelihaian melihat peluang bisnis, ia pun sanggup membuat Shira Media eksis dan menjadi penerbit andalan penulis ternama di tanah air.
Adapun minat baca di Indonesia yang dinilai minim kerap dianggap tantangan bagi penulis, penerbit, sampai toko buku. Kendati begitu, banyak penerbit tetap bertahan termasuk Shira Media dengan buku-bukunya. Bagi Cahyo sendiri, anggapan minat baca orang Indonesia yang rendah mesti ditelaah karena banyaknya pihak menggelar survei terkait hal tersebut.
Tergantung Survei
Dalam beberapa tahun terakhir berbagai survei mengenai minat baca di Indonesia menjadi sorotan. UNESCO misalnya yang dalam datanya menyebut hanya 0,0001 persen saja orang Indonesia yang rajin membaca. Namun, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), hasil surveinya lain lagi karena angka taksiran mereka lebih besar, tapi tak bisa dibilang memuaskan juga, yakni 10 persen.
Banyaknya survei dari banyak pihak terkait budaya baca orang Indonesia membuat Cahyo bersuara. Menurutnya, semua tergantung surveinya dengan pendekatan apa. Karena toh ia melihat pasar buku tetap ramai, terlebih ketika ada diskon besar-besaran digelar.
“Misalnya kita ngomongin minat baca yang tinggi atau rendah itu tergantung surveinya dilakukan dengan pendekatan apa. Misalnya kalau ada pameran buku dengan diskon besar atau dengan bargain sell dan seterusnya, ternyata ramai juga,” ucap Cahyo kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.
Cahyo dalam hal ini melihat faktor lain yang juga mesti diperhatikan, seperti daya beli bacaan yang rendah dan kemudahan akses untuk membaca. Karena Indonesia luas, dan ia merasa banyak anak-anak di daerah tidak mendapatkan kesempatan sama menikmati bacaan-bacaan bermanfaat secara mudah.
“Kalau ngomongin masyarakat di pegunungan kita bilang minat baca Indonesia rendah. Loh, mungkin bukan minat bacanya, tapi akses mereka terhadap bacaan yang enggak ada atau daya beli untuk mereka mampu akses,” kata Cahyo lagi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
Tidak ada komentar:
Posting Komentar