Skip to main content
728

Respons Ancaman Trump, Hamas Klaim AS Dukung Israel Perketat Pengepungan Gaza - PAGE ALL : Okezone News

 Dunia Internasional, Konflik Timur Tengah,

Respons Ancaman Trump, Hamas Klaim AS Dukung Israel Perketat Pengepungan Gaza - PAGE ALL : Okezone News

JAKARTA â€“ Hamas mengklaim Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, memberikan dukungan kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk menarik diri dari perjanjian gencatan senjata di Gaza dan memperketat pengepungan terhadap warga Palestina. Tuduhan ini muncul setelah Trump mengeluarkan ancaman keras terhadap Hamas melalui media sosial pada Rabu (5/3/2025).

Dalam unggahannya, Trump menuntut Hamas segera membebaskan seluruh sandera, termasuk yang telah meninggal, dengan mengatakan, "atau semuanya berakhir bagi Anda." Ia juga memperingatkan warga Gaza bahwa mereka akan "Mati" jika sandera tidak segera dibebaskan. 

Pernyataan ini menuai kritik keras, termasuk dari Pelapor Khusus PBB untuk Wilayah Palestina yang Diduduki, Francesca Albanese. Ia menyebut ancaman Trump sebagai dorongan untuk hukuman kolektif, yang melanggar hukum internasional.

1. Ancaman Trump dan Respons Hamas

Dilansir dari Reuters, ancaman Trump datang di tengah kabar bahwa seorang utusan AS telah mengadakan pembicaraan rahasia dengan Hamas. Langkah ini dianggap menyimpang dari kebijakan AS yang selama puluhan tahun menolak bernegosiasi dengan Hamas, yang dianggap sebagai organisasi ekstremis oleh Washington.

Dilansir dari Reuters, juru bicara Hamas, Abdel-Latif Al-Qanoua, menilai ancaman Trump hanya memberi dukungan bagi Israel untuk menghindari perjanjian gencatan senjata dan semakin memperketat blokade terhadap Gaza.

"Ancaman berulang Trump terhadap rakyat kami merupakan dukungan kepada Netanyahu untuk menghindari perjanjian dan memperketat pengepungan dan kelaparan terhadap rakyat kami," kata juru bicara Hamas Abdel-Latif Al-Qanoua dalam pesan teks kepada Reuters. 

"Cara terbaik untuk membebaskan tahanan Israel yang tersisa adalah dengan... memasuki fase kedua (gencatan senjata) dan memaksanya (Israel) untuk mematuhi perjanjian yang ditandatangani di bawah sponsor mediator," katanya.

Gencatan senjata Gaza yang berlaku sejak Januari mencakup rencana pembebasan sandera secara bertahap. Namun, Israel baru-baru ini memperketat blokade dan menuntut pembebasan sandera tanpa negosiasi lebih lanjut. Palestina memperingatkan bahwa blokade total ini berisiko menyebabkan kelaparan bagi 2,3 juta penduduk Gaza.

2. Situasi Terkini di Gaza

Sejak 19 Januari, gencatan senjata antara Israel dan Hamas masih berlaku, meskipun ketegangan tetap tinggi. Hamas telah membebaskan 33 sandera Israel dan lima warga Thailand dari sekitar 2.000 tahanan Palestina. Namun, pihak berwenang Israel memperkirakan kurang dari setengah dari 59 sandera yang tersisa masih hidup.

Di sisi lain, serangan udara Israel pada Kamis, (6/03/2025) kembali memicu ketegangan setelah seorang warga Palestina dilaporkan tewas di Kota Gaza. Militer Israel mengklaim serangan itu menargetkan individu yang diduga menanam bom.

Sementara itu, Hamas mengklaim memiliki bukti bahwa semua sandera yang masih hidup berada dalam pengawasan mereka. Juru bicara sayap bersenjata Hamas, Abu Ubaida, menegaskan bahwa eskalasi lebih lanjut dari pihak Israel dapat membahayakan keselamatan sandera.

3. Upaya Diplomasi dan Sikap Hamas

Dilansir dari Reuters dalam surat terbuka yang dikirim ke media oleh pejabat senior Hamas, Basem Naim, meminta Trump untuk juga bertemu dengan tahanan Palestina yang telah dibebaskan sebagai langkah menyeimbangkan sikapnya. Naim menyoroti kondisi sekitar 9.500 tahanan Palestina yang ditahan di 23 penjara Israel, yang menurutnya mengalami perlakuan tidak manusiawi, termasuk penyiksaan.

Mesir dan Qatar saat ini tengah memediasi perundingan antara Hamas dan utusan AS Adam Boehler. Dalam pertemuan yang berlangsung di Doha, Hamas menegaskan bahwa mereka tetap berkomitmen pada perjanjian gencatan senjata bertahap yang telah disepakati sebelumnya. Sumber dari Mesir menyebut pembicaraan berlangsung dalam suasana positif, membuka peluang untuk negosiasi tahap kedua.

Sementara itu, Israel dikabarkan ingin memperpanjang gencatan senjata tanpa menyepakati akhir dari perang. Sebaliknya, Hamas mendorong tahap berikutnya yang mencakup perundingan penghentian pertempuran secara permanen. Mediator Mesir mendesak agar kesepakatan dijalankan hingga akhir perang untuk memfasilitasi rencana rekonstruksi Gaza yang telah didukung oleh para pemimpin Arab.

(Erha Aprili Ramadhoni)

Posting Komentar

0 Komentar

728