Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Donald Trump Dunia Internasional Featured Konflik India Pakistan

    Trump Banggakan Gencatan Senjata India-Pakistan: Saya Bilang, 'Mari Berdagang Barang, Bukan Nuklir' - Halaman all - TribunNews

    8 min read

     Dunia Internasional,Konflik India Pakistan,

    Trump Banggakan Gencatan Senjata India-Pakistan: Saya Bilang, 'Mari Berdagang Barang, Bukan Nuklir' - Halaman all - TribunNews

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden AS Donald Trump mengklaim bahwa gencatan senjata antara India dan Pakistan terjadi berkat perannya sebagai penengah.

    Meskipun India membantah klaim tersebut, Trump kembali menegaskannya dalam pidatonya di Riyadh, Arab Saudi, Selasa (13/5/2025).

    Dalam kunjungan bilateralnya ke Arab Saudi, Trump menyatakan harapannya untuk menjadi pembawa perdamaian.

    Pernyataan tersebut ia sampaikan saat mengumumkan pencabutan sanksi lama AS terhadap Suriah, yang dijatuhkan selama pemerintahan mantan Presiden Bashar al-Assad.

    “Harapan terbesar saya adalah menjadi pembawa damai dan pemersatu. Saya tidak suka perang. Saya menghancurkan ISIS dalam tiga minggu. Orang-orang bilang itu akan memakan waktu 4–5 tahun. Kami berhasil melakukannya dalam tiga minggu,” ujar Trump, dikutip dari Hindustan Times.

    Untuk menegaskan perannya sebagai ‘pembawa perdamaian’, Trump mencontohkan gencatan senjata antara India dan Pakistan yang baru-baru ini terjadi.

    Ia mengklaim bahwa pemerintahannya meminta kedua negara tersebut untuk berdagang barang, bukan bertukar serangan rudal nuklir.

    “Beberapa hari lalu, pemerintahan saya berhasil menengahi gencatan senjata bersejarah guna menghentikan eskalasi kekerasan antara India dan Pakistan."

    "Saya menggunakan perdagangan dalam skala besar."

    "Saya bilang, mari kita buat kesepakatan, mari kita berdagang."

    "Jangan saling kirim rudal nuklir."

    Baca juga: Tiongkok Percepat Transfer Jet Tempur Siluman J-35A ke Pakistan, Jet Tempur India Bisa Tertinggal

    "Mari kita perdagangkan barang-barang indah yang kalian buat."

    "Keduanya memiliki pemimpin yang sangat kuat dan tangguh, dan semuanya berhenti."

    "Semoga tetap seperti itu,” ujarnya.

    Trump adalah orang pertama yang mengumumkan gencatan senjata India-Pakistan pada 10 Mei lalu.

    Ia menyatakan bahwa kedua negara telah mencapai kesepakatan segera untuk menghentikan aksi militer.

    “Kami mencapai gencatan senjata bersejarah beberapa hari lalu—jutaan orang bisa saja tewas dalam konflik antara India dan Pakistan," katanya.

    Namun, klaim Trump dan pemerintah AS sebagai mediator gencatan senjata dibantah secara tidak langsung oleh pemerintah India dalam pernyataan resmi terbaru.

    Dalam keterangan pers, pemerintah India dan Angkatan Darat India menegaskan bahwa gencatan senjata dicapai melalui pembicaraan bilateral antara Direktur Jenderal Operasi Militer (DGMO) kedua negara.

    Kementerian Luar Negeri India dalam jumpa pers menyatakan:

    “Kami memiliki posisi nasional yang sudah lama bahwa setiap isu yang berkaitan dengan Wilayah Persatuan India, Jammu dan Kashmir, harus diselesaikan secara bilateral antara India dan Pakistan."

    "Kebijakan tersebut tidak berubah."

    "Seperti Anda ketahui, masalah yang belum terselesaikan adalah pelepasan wilayah India yang diduduki secara ilegal oleh Pakistan.”

    Sementara itu, Perdana Menteri India Narendra Modi dalam pidatonya pada hari yang sama juga menegaskan bahwa India hanya akan berbicara dengan Pakistan jika pembicaraan tersebut terkait dengan isu terorisme dan pelepasan wilayah PoK (Kashmir yang diduduki Pakistan).

    Ketegangan India-Pakistan

    Konflik bersenjata antara India dan Pakistan dimulai pada 7 Mei 2025, ketika India melancarkan serangan rudal terhadap Pakistan.

    Baca juga: Pangkalan Udara Shahbaz Bobol, Pakistan Tembak Jatuh Rudal Jelajah BrahMos dan SCALP EG India

    Mengutip Inquirer.net, serangan yang dinamai Operasi Sindoor itu dipicu atas serangan militan terhadap para turis di Kashmir yang dikelola India pada 22 April.

    Serangan tersebut menewaskan 26 orang, sebagian besar pria Hindu, di kawasan wisata populer Pahalgam, Kashmir.

    Wilayah Kashmir telah lama menjadi sumber konflik utama antara India dan Pakistan sejak kedua negara terbentuk setelah berakhirnya kekuasaan kolonial Inggris pada tahun 1947.

    Penguasa Kashmir saat itu ragu-ragu untuk bergabung dengan India yang mayoritas Hindu atau Pakistan yang mayoritas Muslim, yang akhirnya memicu perang pertama antara kedua negara.

    Perang besar berikutnya terkait Kashmir terjadi pada tahun 1965 dan 1999, diselingi oleh pemberontakan dan konflik perbatasan yang terjadi secara berkala.

    Kedua negara menguasai sebagian wilayah Kashmir, namun sama-sama mengklaimnya secara penuh. Mereka juga menempatkan pasukan di sepanjang Garis Kontrol (LoC) untuk menjaga wilayah masing-masing.

    India dan Pakistan nyaris kembali berperang pada tahun 2019 setelah 41 paramiliter India tewas dalam serangan bunuh diri yang dituduhkan kepada kelompok militan asal Pakistan.

    Hingga kini, meski India dan Pakistan sepakat untuk gencatan senjata, masalah Kashmir masih belum tuntas.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

    Komentar
    Additional JS