Ukraina Kesal AS Bungkam setelah Rusia Luncurkan Serangan Udara Terbesar |
Dunia Internasional,Konflik Rusia Ukraina
Ukraina Kesal AS Bungkam setelah Rusia Luncurkan Serangan Udara Terbesar | Halaman Lengkap


Ukraina kesal pada Amerika Serikat yang bungkam setelah Rusia meluncurkan serangan udara terbesar dalam tiga tahun perang. Foto/X/@generalkellogg
-
Ukrainakesal atas bungkamnya Amerika Serikat (AS) setelah
Rusiamelakukan serangan udara terbesarnya dalam tiga tahun perang. Serangan dengan pesawat nirawak dan rudal balistik secara besar-besaran pada malam kedua berturut-turut tersebut telah menewaskan 12 orang, termasuk tiga anak.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meminta Amerika untuk berbicara menentang serangan Rusia setelah pejabat Kyiv mengonfirmasi bahwa Moskow telah meluncurkan 298 pesawat nirawak dan 69 rudal dalam beberapa gelombang di berbagai lokasi di seluruh negeri.
"Diamnya Amerika, diamnya orang lain di dunia hanya mendorong [Presiden Rusia Vladimir] Putin," tulis Zelensky di Telegram.
"Setiap serangan teroris Rusia seperti itu adalah alasan yang cukup untuk sanksi baru terhadap Rusia," lanjut dia, seperti dikutip dari The Guardian, Senin (26/5/2025).
Baca Juga: Serangan Udara Terbesar Rusia dengan 367 Drone ke Ukraina Tewaskan 12 Orang
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pertahanan udaranya telah menembak jatuh 110 pesawat nirawak Ukraina dalam semalam.
Serangan Rusia itu terjadi saat kedua negara menyelesaikan pertukaran tahanan terbesar mereka sejak Moskow melancarkan invasi skala penuh pada Februari 2022, dengan 1.000 tentara yang ditangkap dan tahanan sipil dipertukarkan oleh masing-masing pihak.
Skala serangan udara terbaru terhadap Ukraina, dan jumlah korban sipil, mendorong diplomat utama Uni Eropa, Kaja Kallas, untuk menyerukan tekanan internasional terkuat pada Rusia untuk menghentikan perang.
"Serangan tadi malam sekali lagi menunjukkan Rusia bertekad untuk lebih banyak menderita dan memusnahkan Ukraina. Sangat menyedihkan melihat anak-anak di antara korban tak berdosa yang terluka dan terbunuh ... Kita membutuhkan tekanan internasional terkuat pada Rusia untuk menghentikan perang ini," katanya pada hari Minggu.
Komentar Kallas digaungkan oleh Menteri Luar Negeri Estonia Margus Tsahkna. “Malam ini Rusia kembali menunjukkan niatnya untuk menghapus Ukraina dari peta dengan serangan drone dan rudal—termasuk rudal balistik. Putin terus melakukannya hingga tekanan menjadi tak tertahankan. Kita yang harus menghentikannya,” tulisnya di X.
Keith Kellogg, utusan khusus AS untuk Ukraina, mengutuk serangan tersebut tetapi tanpa menyebut Rusia atau pun Putin.
“Pembunuhan tanpa pandang bulu terhadap wanita dan anak-anak di malam hari di rumah mereka merupakan pelanggaran yang jelas terhadap protokol perdamaian Jenewa 1977 yang dirancang untuk melindungi orang-orang tak berdosa. Serangan ini memalukan. Hentikan pembunuhan. Gencatan senjata sekarang,” tulisnya di X.
Pada Minggu malam, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan ketidaksenangannya yang mendalam atas pengeboman Ukraina, dengan mengatakan: “Saya tidak senang dengan Putin.”
"Saya tidak tahu apa yang salah dengannya. Apa yang terjadi padanya? Benar? Dia membunuh banyak orang. Saya tidak senang dengan itu," kata Trump kepada wartawan di bandara di Morristown, New Jersey, saat dia bersiap untuk kembali ke Washington.
Ketika ditanya apakah dia mempertimbangkan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia, Trump menjawab: "Tentu saja."
Serangan Rusia menghantam lokasi di seluruh Ukraina pada Sabtu malam hingga Minggu, dari pantai selatan dan timur ke barat. Empat orang dilaporkan tewas di wilayah Khmelnytskyi barat, empat di wilayah Kyiv, dan satu di Mykolaiv di selatan.
Di desa Markhalivka, di barat daya Kyiv, tempat sebagian besar jalan permukiman hancur, Tetiana Iankovska (65), mengatakan kepada AFP: "Kami melihat seluruh jalan terbakar."
Pensiunan lain yang selamat dari serangan itu, Oleskandr (64), mengatakan dia tidak percaya pada diplomasi. "Kami tidak butuh perundingan, tetapi senjata, banyak senjata, untuk menghentikan mereka [Rusia]. Karena Rusia hanya mengerti kekuatan, tidak ada yang lain," katanya.
Layanan darurat mengatakan empat orang tewas dan 16 orang terluka di wilayah Kyiv, termasuk tiga anak-anak, dalam serangan malam besar-besaran tersebut. Anak-anak itu kemudian diidentifikasi sebagai saudara kandung: Stanislav, Roman, dan Tamara Martyniuk, yang meninggal saat rumah keluarga mereka di wilayah Zhytomyr diserang.
Wali Kota Kyiv Vitali Klitschko mengatakan asrama mahasiswa di distrik Holosiivskyi terkena serangan pesawat nirawak dan salah satu dinding luarnya terbakar.
Odesa, Dnipro, Mykolaiv, Sumy, Konotop, Chernihiv, Ternopil, dan Kharkiv juga terkena serangan, menurut laporan media lokal.
Intensitas dan frekuensi serangan akhir pekan lalu sangat kontras dengan klaim Trump bahwa Vladimir Putin tertarik pada perdamaian.
Serangan tersebut berarti Kyiv Day—dirayakan pada hari Minggu terakhir bulan Mei—dimulai dengan orang-orang yang kelelahan berlindung di bunker, stasiun metro, dan ruang bawah tanah.
Dengan gelombang pesawat tanpa awak yang mulai sekitar tengah malam pada hari Sabtu, disertai dengan peringatan peluncuran rudal balistik saat malam semakin larut, seorang reporter The Guardian di Kyiv mendengar tiga pesawat nirawak mencapai pusat kota, meskipun ada tindakan dari pertahanan udara, dan suara ledakan keras.
Ada klaim bahwa Rusia telah meningkatkan rudalnya dengan umpan radar dan taktik mengelak untuk membuatnya lebih sulit dicegat oleh sistem pertahanan udara Ukraina.
Pihak berwenang Rusia melaporkan bahwa selusin pesawat nirawak yang terbang menuju Moskow telah ditembak jatuh.
Serangan terhadap Kyiv dimulai dengan Tymur Tkachenko, kepala administrasi militer kota, yang memperingatkan "malam ini tidak akan mudah" saat penduduk melacak gelombang peluncuran pada aplikasi peringatan serangan udara.
Pada satu titik, Tkachenko melaporkan lebih dari selusin pesawat nirawak Rusia terbang di sekitar ibu kota. "Beberapa pesawat nirawak di atas Kyiv dan daerah sekitarnya telah ditangani. Tetapi yang baru masih memasuki ibu kota," tulisnya.
Ukraina dan sekutu-sekutunya di Eropa telah berupaya mendesak Moskow untuk menandatangani gencatan senjata selama 30 hari sebagai langkah awal untuk menegosiasikan akhir perang. Sebagai pukulan bagi upaya mereka, Trump minggu ini menolak untuk memberikan sanksi lebih lanjut kepada Moskow karena tidak menyetujui penghentian pertempuran segera, seperti yang diinginkan Kyiv.
Kepala staf Zelensky, Andriy Yermak, menulis di Telegram: “Tanpa tekanan, tidak ada yang akan berubah dan Rusia beserta sekutunya hanya akan membangun kekuatan untuk melakukan pembunuhan semacam itu di negara-negara barat. Moskow akan berperang selama masih memiliki kemampuan untuk memproduksi senjata.”
(mas)