Indonesia Pertimbangkan Beli J-10, Mantan Orang di Balik Pengembangan J-10 Ungkap Keganasan Pesawat - Zona Jakarta
ZONAJAKARTA.COM - Mantan desainer veteran yang terlibat dalam pengembangan pesawat J-10 mengungkapkan keunggulan jet tempur tersebut.
Sosok itu ialah Xie Pin, mantan wakil kepala desainer pesawat J-10.
J-10 ialah pesawat yang dikembangkan oleh AVIC Chengdu Aircraft Industrial.
Sementara, pesawat J-10CE ialah versi perbaikan dari J-10 yang dirancang untuk eskpor.
Xie Pin menjelaskan bahwa J-10 masih terlihat modern meski sudah berumur dihitung dari sejak pengembangan pesawat.
Ia menjelaskan design dari J-10 yang bisa meningkatkan daya angkat.
Baca Juga:
Xie Pin menyebut J-10 memiliki konfigurasi canard.
Apa yang dimaksud dengan konfigurasi canard ialah konfigurasi di mana sayap depan kecil (canard) ditempatkan di depan sayap Utama.
"Sudah lebih dari 40 tahun sejak pengembangan seri J-10 dimulai," kata Xie Pin, dikutip dari CGTN dalam artikel "Former designer decodes secrets of China's J-10 fighter jet series" yang dimuat pada 3 Juni 2025.
"Namun seperti yang Anda lihat, pesawat ini masih terlihat sangat cantik dan modern,"
"Jet tempur ini memiliki konfigurasi canard.
Baca Juga:
"Ini adalah sayap canard. Apa manfaatnya? Saat berpotongan dengan tepi depan sayap utama, ia menciptakan pusaran, dan pusaran ini, setelah melewati permukaan atas sayap, meningkatkan kecepatan aliran udara, yang pada gilirannya meningkatkan daya angkatnya," kata pria 86 tahun itu.

Lebih lanjut ia menjelaskan karena sistem saluran udara masuk bisa membuat pesawat bisa ringan.
"Intake ini disebut intake 'clamshell'. Intake terletak di bawah badan pesawat, dengan celah di tengahnya, yang memungkinkan aliran udara lapisan batas berenergi rendah diarahkan ke celah dan dikeluarkan," kata Xie.
"Ini membantu mengurangi hambatan pesawat. Bobot intake semacam ini juga ringan," ujarnya.
Meski desainnya sudah lebih dari 40 tahun, J-10 tetap angguh karena peningkatan teknologi yang berkelanjutan.
Radar juga dan pesenjataan juga telah mengalami peningkatan selama bertahun-tahun.
Baca Juga:
"Di masa lalu, pesawat tempur J-7 dan J-8 yang kami garap memiliki 'rabun dekat.' Mengapa? Karena mereka tidak dapat mendeteksi target pada jarak jauh," kata Xie.
Xie menilai J-10 memiliki radar canggih bisa medeteksi target hingga 200 km.
"Kini, dengan teknologi radar canggih, jet tempur J-10 dapat mendeteksi target hingga sekitar 200 kilometer," kata Xie.
"Selain itu, jet tempur J-10 memiliki 11 hardpoint eksternal, yang dapat membawa senjata, berbagai pod, dan rudal jarak jauh di luar jangkauan visual.
"Jadi, jet tempur ini memiliki daya mematikan yang luar biasa," ujarnya.
J-10 beberapa waktu lalu memang naik daun akibat konflik Pakistan dengan India pada awal Mei 2025.
Pakistan mengklaim menembak jatuh tiga Rafale India buatan Prancis dengan pesawat J-10.
Baca Juga:
Sementara itu, beberapa waktu lalu Indonesia disebut-sebut mempertimbangkan pesawat J-10.

Kepala Staf Angkatan Udara (TNI AU) Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono tak menutup peluang mengakuisisi J-10C.
"Kami sedang pertimbangkan," katanya di Jakarta, Selasa (27/5), dikuti dari Antara dalam artikel "Indonesia weighs acquisition of Chinese J-10C fighter jets" yang dimuat pada 28 Mei 2025.
Harjono menjelaskan Indonesia adalah negara nonblok sehingga bisa fleksibel memperoleh alat pertahanan dari berbagai negara.
Namun keputusan alutsista yang diberi menjadi keputusan pemerintah.
"Kita juga negara nonblok, tidak memihak blok mana pun. Kita bersahabat baik dengan siapa saja," kata Harjono.
"Jadi, setiap alutsista yang diberikan untuk TNI AU itu sebenarnya atas keputusan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertahanan," ujarnya.
Sementara itu, Indonesia telah menandatangani Letter of Intent (LOI) untuk mengakuisi Rafale tambahan dari Prancis.
LOI ditandatangani oleh Menteri Pertahanan Indonesia Sjafrie Sjamsoeddin dengan Menteri Angkatan Bersenjata Republik Prancis, Sébastien Lecornu.
Itu terjadi saat Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden Prancis Emmanuel Macron melakukan pertemuan bilateral di Istana Merdeka, Jakarta, 28 Mei 2025.
"Indonesia menegaskan kepercayaannya pada keunggulan industri pertahanan Prancis! Pada kesempatan kunjungan kenegaraan
@EmmanuelMacron, menandatangani dengan mitra saya surat pernyataan minat terkait akuisisi di masa mendatang," tulis Lecornu dalam akun X-nya @SebLecornu pada 28 Mei 2025.
Isi surat penandatanganan itu membuat Indonesia berpeluang mengakuisisi Rafale tambahan, fregat ringan, kapal selam Scorpene, dan senjata CAESAR dan amunisinya.
Sebelumnya, Indonesia sudah memesan 42 unit Rafale.
Enam unit pertama kemungkinan tiba di Indonesia pada 2026.
***
0 Komentar