Iran Bergerak Menutup Selat Hormuz, Siap-siap Harga Minyak Meroket dan Perang Makin Besar - Halaman all - TribunNews
Table of Content
Dunia Internasional,Konflik Timur Tengah z
Iran Bergerak Menutup Selat Hormuz, Siap-siap Harga Minyak Meroket dan Perang Makin Besar - Halaman all - TribunNews


Iran Bergerak Menutup Selat Hormuz, Siap-siap Harga Minyak Meroket dan Perang Makin Besar
TRIBUNNEWS.COM - Media pemerintah Iran pada Minggu (22/6/2025) mengumumkan kalau parlemen Iran telah menyetujui mosi untuk menutup Selat Hormuz yang strategis.
Selat Hormuz merupakan salah satu jalur pengiriman minyak paling vital di dunia.
Niat Iran menutup wilayah perairan dunia ini sebagai balasan atas serangan militer Amerika Serikat (AS) terhadap beberapa lokasi nuklir di Iran.
Baca juga: Blunder AS, Serangan ke Iran Terjadi Saat Pertahanan Israel Kritis: Cuma Bisa Cegat 65 Persen Rudal
Keputusan tersebut kini menunggu persetujuan akhir dari Dewan Keamanan Nasional Tertinggi.
Langkah ini menandai peningkatan ketegangan regional yang dramatis menyusul fase terakhir konfrontasi langsung antara Iran dan Israel, yang telah meningkat sejak 13 Juni.
Apa yang dimulai sebagai serangkaian serangan udara dengan cepat berkembang menjadi eskalasi militer besar-besaran yang melibatkan Amerika Serikat.
Apa itu Selat Hormuz?
Selat Hormuz merupakan salah satu titik rawan maritim paling penting di dunia, yang berfungsi sebagai pintu gerbang utama ekspor minyak dari kawasan Teluk. Terletak di antara Iran di utara dan Oman serta UEA di selatan, jalur air sempit ini menghubungkan Teluk Persia dengan Laut Arab.
Sekitar 20 persen pasokan minyak global, lebih dari 17 juta barel per hari, melewati selat strategis ini, sehingga sangat penting bagi pasar energi internasional.
Iran sering menggunakan Selat Hormuz sebagai pengaruh dalam konfrontasi geopolitik, mengancam akan memblokir atau mengganggu pengiriman sebagai respons terhadap sanksi atau tindakan militer.
Selat ini telah mengalami banyak insiden selama bertahun-tahun, termasuk penyitaan kapal tanker, pertikaian angkatan laut, dan aktivitas pesawat nirawak.
Apa dampak dari langkah Iran ini?
"Penutupan atau bahkan gangguan sebagian pada selat ini akan berdampak buruk pada ekonomi global, yang kemungkinan memicu lonjakan harga minyak dan meningkatkan risiko eskalasi militer yang lebih luas," tulis ulasan RNTV, Minggu.
Amerika Serikat Ikut Perang
Sebelumnya pada hari Minggu, Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi bahwa pasukan Amerika melakukan apa yang ia gambarkan sebagai "serangan yang sangat berhasil" terhadap tiga fasilitas nuklir Iran: Fordo, Natanz, dan Isfahan.
Dalam sebuah posting di platform Truth Social miliknya, Presiden Trump mengungkapkan bahwa "sejumlah penuh BOM" telah dijatuhkan di lokasi bawah tanah Fordo, salah satu fasilitas nuklir Iran yang paling dijaga ketat.
"Semua pesawat dalam perjalanan pulang dengan selamat. Selamat kepada Prajurit Amerika kita yang hebat," tulis Trump.
Dia menyebut operasi itu sebagai momen "bersejarah" bagi Amerika Serikat, Israel, dan dunia.
Ia kemudian menyatakan dalam pidato yang disiarkan televisi dari Gedung Putih bahwa "IRAN SEKARANG HARUS SETUJU UNTUK MENGAKHIRI PERANG INI."
Serangan itu terjadi hanya dua hari setelah Trump mengisyaratkan kemungkinan adanya jeda waktu dua minggu untuk diplomasi.
Perubahan arahnya yang tiba-tiba telah semakin mengguncang kawasan itu dan menimbulkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Teluk.

Komentar Iran atas Serangan AS
Sebagai tanggapan, pejabat Iran menegaskan, tidak ada ancaman langsung terhadap warga sipil yang tinggal di dekat lokasi nuklir yang terkena dampak.
"Tidak ada bahaya bagi orang-orang yang tinggal di pinggiran wilayah nuklir kami," kata juru bicara pemerintah Fatemeh Mohajerani di TV pemerintah. "Warga Natanz, Isfahan, dan Fordo dapat melanjutkan hidup mereka."
Kemungkinan penutupan Selat Hormuz akan menimbulkan ancaman besar bagi pasar energi global dan dapat memicu respons internasional yang lebih luas.
Para ahli memperingatkan bahwa jika dilaksanakan, penutupan tersebut tidak hanya akan meningkatkan konflik tetapi juga dapat memicu guncangan ekonomi dan keamanan yang jauh melampaui wilayah tersebut.
Analis militer berpendapat, keputusan Iran untuk mempersiapkan langkah tersebut menandakan niatnya untuk membalas secara strategis daripada langsung meningkatkan eskalasi militer.
Namun, dengan kekuatan regional yang sangat waspada dan militer AS dan Israel yang terus melanjutkan operasi mereka, risiko konfrontasi lebih lanjut tetap tinggi.
Sampai saat ini, seruan internasional untuk de-eskalasi terus berlanjut, tetapi situasinya tetap tidak menentu, dengan kawasan itu berada di ambang perang yang lebih luas.
(oln/rntv/*)