Dunia Internasional,Konflik Timur Tengah
Korban Serangan Balasan Iran ke Israel Meningkat, 20 Orang Terluka dan 10.000 Orang Mengungsi - Halaman all - Tribunnews


TRIBUNNEWS.COM - Sedikitnya 20 warga Israel terluka akibat serangan rudal terbaru yang diluncurkan Iran, menurut laporan media Israel, Arutz Sheva.
Serangan ini merupakan bagian dari eskalasi konflik yang sedang berlangsung antara kedua negara.
Layanan darurat Israel menyebutkan korban luka berasal dari wilayah yang menjadi target serangan rudal langsung, Al Jazeera melaporkan.
Lebih dari 10.000 warga Israel dilaporkan terpaksa mengungsi untuk menghindari dampak serangan.
Selain itu, lebih dari 32.000 warga telah mengajukan klaim kompensasi kepada pemerintah atas kerusakan rumah dan properti mereka.
Pihak berwenang Israel belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait klaim tersebut, namun situasi di wilayah terdampak disebut masih sangat tegang.
Serangan ini menambah daftar panjang bentrokan bersenjata yang memicu kekhawatiran regional dan internasional akan konflik yang lebih luas.
Kronologi Serangan Balasan Iran – 22 Juni 2025
Iran melancarkan serangan balasan menggunakan rudal balistik terhadap Israel pada Minggu (22/6/2025).
Sirine serangan terdengar di sejumlah wilayah Israel, termasuk Tel Aviv dan Haifa.
Iran menembakkan antara 27 hingga 30 rudal dalam gelombang serangan tersebut.
Baca juga: Iran Membalas, Luncurkan Puluhan Rudal ke Israel, Ledakan dan Kobaran Api Terlihat di Kota Haifa
Militer Israel menyatakan bahwa sebagian besar rudal berhasil dicegat menggunakan sistem pertahanan udara mereka.
Hanya sedikit rudal yang berhasil menembus pertahanan dan menyebabkan kerusakan ringan di beberapa titik.
Dikutip dari Hindustan Times, tercatat sedikitnya 11–16 orang terluka, termasuk satu korban luka sedang akibat pecahan rudal.
Dilaporkan ada “kerusakan parah” di Tel Aviv dan Haifa akibat rudal, Ap News melaporkan.
Tim darurat Israel, termasuk Magen David Adom, dikerahkan ke lebih dari 10 lokasi terkait dampak serangan.
Polisi dan unit penjinak bom juga diterjunkan untuk memastikan keamanan di titik-titik terkena rudal.
Militer Iran menyebut serangannya sebagai bagian dari “Operation True Promise III”.
Kronologi Serangan AS ke Iran — 21–22 Juni 2025
Serangan AS ke Iran, Sabtu (21/6/2025)
Presiden AS Donald Trump mengerahkan pesawat pembom siluman B‑2 Spirit menuju kawasan Pasifik, kemungkinan ke Diego Garcia atau Guam, The Times melaporkan.
Ia sebelumnya memberi Iran tenggat dua minggu untuk merundingkan kesepakatan nuklir, namun penempatan bom B‑2 menunjukkan opsi militer segera kemungkinan akan dilaksanakan.
Pada malam harinya, Trump menyatakan kemungkinan bahwa Iran bisa mengembangkan senjata nuklir dalam beberapa minggu atau bulan mendatang.
Sabtu malam, Trump memutuskan untuk memulai serangan militer, langsung menyetujui serangan udara ke tiga situs nuklir Iran .
Minggu (22/6/2025) Dini Hari
Amerika Serikat melancarkan serangan udara presisi terhadap situs nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan, menggunakan bom bunker-buster GBU‑57 dan rudal jelajah Tomahawk, Washington Post melaporkan.
Baca juga: Iran Peringatkan Pemasok Senjata Israel adalah Target Sah
Bom GBU‑57 dijatuhkan oleh pembom B‑2 Spirit; setiap pesawat membawa dua bom jenis tersebut ke Fordow, dikutip dari Reuters.
Sebanyak 30 rudal Tomahawk diluncurkan dari kapal selam untuk menghancurkan Natanz dan Isfahan.
Presiden Trump, dalam pidato dari Gedung Putih, menyebut serangan ini sebagai “keberhasilan militer spektakuler”.
Dalam pidatonya, Trump mengumumkan fasilitas nuklir Iran telah “lenyap sepenuhnya”.
Trump memperingatkan bahwa jika Iran tidak setuju berdamai, AS akan melanjutkan serangan ke target lain dengan “presisi, kecepatan, dan keterampilan”.
Dia juga menegaskan semua pesawat AS telah meninggalkan ruang udara Iran dengan selamat.
Setelah serangan, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan tidak ada peningkatan radiasi yang terdeteksi di lokasi nuklir Iran.
Washington memindahkan aset militer di Timur Tengah ke status siaga tinggi untuk mengantisipasi potensi balasan.
Beberapa negara Eropa dan pemimpin global menyerukan de-eskalasi dan mengutuk kemungkinan melebar konflik.
(Tribunnews.com/ Andari Wulan Nugrahani)
0 Komentar