D,
Rafale Siap Berdiri Bersama KAAN dan KF-21 Boramae di Indonesia, J-10C Terancam Tak Dapat Panggung - Zona Jakarta

ZONAJAKARTA.com - Indonesia tengah menunggu kedatangan armada jet tempur generasi 4,5 asal Prancis yakni Rafale di tanah air mulai tahun 2026 mendatang.
Rafale nantinya akan tampil memperkuat TNI AU bersama dua produk pesawat yang kekinian pula tak lain dan tak bukan adalah KAAN dan KF-21 Boramae.
Keberadaan ketiganya semakin menegaskan bahwa J-10C asal China sulit untuk mendapatkan panggung di Indonesia.
Baca Juga:
Peristiwa Operasi Sindoor yang diwarnai dengan jatuhnya Rafale milik Angkatan Udara India (IAF) sempat membuat dunia geger.
Bahkan reputasi Dassault Aviation sempat menjadi taruhannya lantaran propaganda tendensius dari pihak Pakistan.
Ketika itu terjadi, China berupaya untuk memasarkan J-10C dengan masif terutama di kawasan Asia Tenggara.
Apalagi pesawat tersebut pernah tampil dalam pameran bertajuk LIMA 2025 di Langkawi, Malaysia pada Mei 2025 lalu.
Kehadiran dalam LIMA 2025 dinilai sangat penting agar jet tempur rancangan Chengdu Aircraft Corporation (CAC) itu bisa memperkuat penetrasinya termasuk ke Indonesia sebagai negara dengan pengaruh besar bagi negara Muslim lainnya.
Dilansir ZONAJAKARTA.com dari laman Global Times melalui artikel berjudul "China’s J-10 fighter jet reshaping landscape of global defense industry: expert" yang dimuat pada 21 Mei 2025, J-10C bahkan diklaim sebagai simbol kemajuan bagi industri dirgantara Negeri Tirai Bambu.
Baca Juga:
Akan tetapi klaim hiperbola China atas J-10C berhasil dipatahkan oleh Dassault Aviation tanpa pernyataan eksplisit.
Pabrikan membuktikannya dengan adanya penandatanganan letter of intent (LoI) oleh Indonesia untuk penambahan unit Rafale dari yang sudah dipesan sebelumnya.
Ini artinya bahwa kepercayaan Rafale di mata dunia masih tetap stabil meski ada pihak-pihak yang mencoba menggoyang reputasinya.

Rafale sendiri dibeli Indonesia dengan fokus utama untuk bertugas di Pekanbaru dan Pontianak.
Sebab keduanya berdekatan dengan jantung pertahanan NKRI yakni Selat Malaka dan Laut Natuna Utara.
Tidak mengherankan apabila beberapa prajurit TNI AU terpilih kemudian dikirimkan ke Prancis untuk berlatih dalam pengoperasiannya dengan pendampingan profesional.
"Ya pada intinya TNI Angkatan Udara sudah menyiapkan sumber daya manusia," kata Wakil Kepala Staf TNI AU (Wakasau) Marsekal Madya TNI Andyawan Martono Putra dikutip dari artikel berjudul "Wakil KSAU tegaskan TNI AU telah siap rawat Rafale" yang dimuat oleh laman Antaranews.com pada 28 Februari 2025.
Pengerahan Rafale sendiri juga bertujuan untuk membendung segala bentuk invasi dari China Coast Guard (CCG) yang keberadaannya menimbulkan ketidaknyamanan di kalangan negara-negara ASEAN.
Sehingga hampir mustahil bagi Indonesia untuk mengeksekusi pembelian J-10C.
Walaupun di sisi lain salah seorang pejabat tinggi pernah menyampaikan bahwa pihaknya membuka diri untuk menuju hal tersebut.
Baca Juga:
Alih-alih membeli J-10C, Indonesia justru mengumumkan akuisisi KAAN beserta revisi pembayaran KF-21 Boramae dalam Indo Defence 2024.
Ketika ajang pameran yang diselenggarakan pekan lalu berlangsung, pengumuman yang disampaikan pemerintah menegaskan bahwa China bukanlah prioritas utama dalam pengadaan jet tempur bagi TNI AU.
Bukan hanya sekedar menjadi win-win solution terhadap komitmen yang sudah berjalan.
Tetapi juga memastikan segala sesuatunya harus sesuai dengan kebutuhan TNI AU dalam beberapa tahun bahkan dekade mendatang.
Melansir laman China Global South Project edisi Selasa, 17 Juni 2025 dalam artikelnya yang berjudul "From J-10C to Kaan? Indonesia’s Fighter Jet Deal With Turkey Shocks Chinese Military Fans", keputusan untuk mengakuisisi 48 unit KAAN tampak mengejutkan lantaran Indonesia belum pernah memiliki produk jet tempur generasi kelima dari negeri manapun.
Apalagi pesawat tersebut baru memulai penerbangan perdananya tepat 21 Februari 2024 lalu.
Sementara terkait revisi pembayaran KF-21 Boramae ditempuh agar hubungan bilateral dengan Korea Selatan di bidang pertahanan tetap berjalan harmonis.

Agar pelunasan KF-21 Boramae berjalan lancar, sumber pembiayaannya tidak lagi hanya mengandalkan APBN.
Tetapi juga terbuka opsi barter dengan menggunakan komoditas sawit.
Sehingga ini membuka jalan bagi TNI AU sebagai organisasi militer dengan aset terkaya di kawasan Asia Tenggara.***
0 Komentar