Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Dunia Internasional Malaysia Featured Rusia Su-57

    Malaysia berniat mengakuisisi jet tempur siluman Su-57 dari Rusia, namun masih mempertimbangkan sanksi CAATSA Amerika - AIRSPACE REVIEW

    4 min read

     Dunia Internasional 

    Malaysia berniat mengakuisisi jet tempur siluman Su-57 dari Rusia, namun masih mempertimbangkan sanksi CAATSA Amerika

      / 
    by
    Dua seri produksi Su-57 terbaru
    NSK Planes

    AIRSPACE REVIEW – Raja Malaysia Yang Mulia Sultan Ibrahim pada hari Selasa tiba di Moskow untuk kunjungan kenegaraan bersejarah selama enam hari ke Rusia di tengah hubungan bilateral dengan Rusia yang harmonis.

    Pesawat khusus yang membawa Sultan Ibrahim mendarat di Bandara Internasional Vnukovo2 pukul 14.20 waktu setempat.

    Turut mendampingi Raja Malaysia adalah Menteri Pertahanan Malaysia Datuk Seri Mohamed Khaled Nordin, Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Datuk Seri Amran Mohamed Zin, dan Duta Besar Malaysia untuk Rusia Datuk Cheong Loon Lai.

    Kantor berita Malaysia Bernama melaporkan, kedatangan Sultan Ibrahim dan rombongan disambut oleh Menteri Sains dan Pendidikan Tinggi Rusia, Valery Falkov, Pelaksana Tugas Direktur Departemen Protokol Negara Kementerian Luar Negeri Rusia Georgiy Kuznetsov, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Pankin dan Duta Besar Rusia untuk Malaysia Nayl Latypov.

    Kunjungan Raja Malaysia secara luas dipandang sebagai sinyal dimulainya era baru kerja sama Malaysia dengan Rusia, khususnya di bidang pertahanan, sains dan teknologi, serta perdagangan.

    Sejumlah analis pertahanan meyakini, inti dari kunjungan tersebut adalah potensi pembelian pesawat tempur Sukhoi Su-57 Felon untuk memenuhi kebutuhan Pesawat Tempur Multiperan (MRCA) generasi mendatang Angkatan Udara Kerajaan Malaysia (RMAF/TUDM).

    Rencana akuisisi yang telah terekspose ke publik tahun 2024 ini mendapat perhatian serius ketika dua jet Su-57 awalnya dijadwalkan akan hadir di Pameran Maritim dan Dirgantara Internasional Langkawi 2025 (LIMA25) pada bulan Mei lalu. Namun entah karena apa pesawat yang dinantikan tersebut batal datang.

    Semula, satu Su-57 direncanakan akan dipamerkan dalam pameran statis di LIMA 2025, sementara yang lainnya akan melakukan pertunjukan terbang selama berlangsungnya pameran.

    Faktanya, kedua jet tempur siluman Rusia tersebut tidak hadir di LIMA 2025 dan Moskow hanya mengirimkan tim aerobatik Russian Knights dengan pesawatnya Su-30SM serta Su-35S.

    Lain halnya dalam pameran pertahanan di China (Airshow China 2024) dan India (Aero India 2025), Rusia menghadirkan jet tempur Su-57, dan mendapat perhatian yang tinggi di kedua ajang kedirgantaraan bergengsi di kedua negara itu.

    Seorang analis geopolitik yang dituliskan secara anonim, kepada portal Twentytwo13 dari Malasyia mengatakan, kesepakatan untuk mengakuisisi Su-57 awalnya telah matang, namun saat ini bisa jadi hal itu tidak mungkin dilaksanakan karena ada faktor penghambat yang serius.

    Apakah kunjungan Raja Malaysia ke Rusia untuk menandatangani pembelian Su-57, ia mengaku tidak meyakini hal itu.

    “Pemerintah harus menyeimbangkan semuanya dengan baik. Ada kemungkinan besar jika kesepakatan ini terwujud, kami(Malaysia) bisa dikenai sanksi oleh Amerika Serikat berdasarkan CAATSA,” ujarnya.

    CAATSA (Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act) adalah undang-undang federal AS yang disahkan pada tahun 2017. Undang-undang ini memungkinkan Washington untuk menjatuhkan sanksi kepada negara, entitas, atau individu yang terlibat dalam transaksi signifikan dengan sektor pertahanan atau intelijen Rusia, Iran, dan Korea Utara.

    Undang-undang tersebut diperkenalkan untuk menekan Rusia atas tindakannya di Ukraina dan Suriah, serta dugaan campur tangan dalam pemilu AS tahun 2016.

    Sejauh ini, CAATSA telah mempersulit pembelian sistem pertahanan bagi negara-negara seperti India, Turkiye, Indonesia, dan kini Malaysia.

    AS bahkan telah mengeluarkan Turkiye dari Program F-35 karena Ankara membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia. Selain dikeluarkan dari Program F-35, industri pertahanan Turkiye disetop dalam memproduksi komponen F-35 dan pesawat F-35 yang telah dibeli Ankara pun ditahan AS.

    Akan tetapi, perlakuan AS terhadap Turkiye tidak sama dengan yang diterapkan terhadap India, walau New Delhi juga membeli S-400 dari Rusia. Sejauh ini, India tidak mendapat sanksi dari AS, bahkan Washington secara khusus menawarkan penjualan F-35 kepada India.

    Rencana kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Kuala Lumpur pada bulan Oktober untuk menghadiri KTT ASEAN, menjadi pertimbangan lain Malaysia yang akan memengaruhi niat pembelian Su-57 dari Rusia.

    “Kami baru saja keluar dari negosiasi tarif dengan AS, yang menghasilkan penurunan bea masuk dari 25 persen menjadi 19 persen. Tapi berapa biayanya? Terungkap bahwa harga pengurangan tersebut melebihi US$240 miliar – lebih dari RM1 triliun,” lanjut analis tersebut.

    Terlepas dari apakah Malaysia berani membeli sistem persenjataan dari Rusia atau tidak, sumber-sumber lain menyebut bahwa gelombang pertama empat pesawat Su-57E dengan mesin yang telah ditingkatkan dan sensor serta avionik yang lebih baik, akan dikirimkan berdasarkan Rencana Malaysia ke-14.

    RMAF berencana untuk membentuk skadron penuh dengan pengiriman terakhir jet Su-57 diperkirakan sekitar tahun 2030.

    Berdasarkan peta jalan CAP55 (Capability Plan 2025) sebelumnya, RMAF telah merencanakan untuk memensiunkan Su-30MKM pada tahun 2030-2035 dan menggantinya dengan skuadron pesawat baru.

    Bisa jadi, program modernisasi kekuatan RMAF tersebut telah dimajukan jadwalnya, sumber lain mengatakan.

    Lalu, apakah Malaysia akan berani membeli jet tempur generasi kelima Su-57 dari Rusia? Mari kita tunggu perkembangan beritanya, khususnya dari kunjungan Raja Malaysia ke Rusia tersebut. (RNS)

    Komentar
    Additional JS