Netanyahu Minta Palang Merah Bantu Sandera Israel Kurus Kering, Ini Respons Hamas |SINDOnews
Dunia Internasional, Konflik Timur Tengah,
Netanyahu Minta Palang Merah Bantu Sandera Israel Kurus Kering, Ini Respons Hamas | Halaman Lengkap

PM Benjamin Netanyahu minta Palang Merah bantu para sandera Israel yang kurus kering yang ditawan di Gaza, Palestina. Foto/Hamas/Markas Besar Forum Keluarga Sandera
- Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu meminta bantuan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) untuk membantu para
sanderayang ditawan Hamas di Gaza. Permintaan itu muncul di tengah kemarahan publik yang meningkat setelah melihat video yang menunjukkan dua sandera di antaranya kurus kering.
Kantor PM Israel mengatakan Netanyahu telah berbicara dengan koordinator ICRC untuk wilayah tersebut, Julien Lerisson. "Dan meminta keterlibatannya dalam menyediakan makanan bagi para sandera kami dan... perawatan medis segera," kata kantor tersebut, seperti dikutip AFP, Senin (4/8/2025).
ICRC mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka terkejut dengan video-video sandera tersebut dan menegaskan kembali seruannya untuk diberikan akses kepada para sandera.
Baca Juga: Viral Sandera Israel Kurus Kering Gali Kuburannya Sendiri di Gaza, Netanyahu Marah
Namun ICRC tidak menyinggung nasib 154 warga Palestina mati kelaparan di Gaza akibat blokade kejam Israel. Data Kementerian Kesehatan Gaza, yang dikutip AP, menyebutkan bahwa dari 154 warga tersebut, 90 di antaranya anak-anak.
PBB telah menyimpulkan bahwa tragedi kelaparan di Gaza adalah "buatan manusia", yakni akibat kebiadaban Israel dalam mencegah masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza meski rezim Zionis menolak kesimpulan tersebut.
Sementara itu, Hamas melalui sayap militernya; Brigade al-Qassam, mengatakan bahwa mereka akan mengizinkan ICRC mengakses para sandera tetapi hanya jika "koridor kemanusiaan" untuk makanan dan bantuan dibuka di seluruh wilayah Jalur Gaza.
Brigade al-Qassam mengatakan mereka "tidak sengaja membuat para sandera kelaparan", tetapi mereka tidak akan menerima hak istimewa makanan khusus di tengah kejahatan kelaparan dan pengepungan di Gaza.
Selama beberapa hari terakhir, Hamas dan sekutunya, Jihad Islam Palestina, telah merilis tiga video yang menunjukkan dua sandera yang ditawan dalam serangan 7 Oktober 2023 di Israel yang memicu perang yang sedang berlangsung.
Dua sandera Israel; Rom Braslavski dan Evyatar David, keduanya tampak lemah dan kekurangan gizi. Video kondisi mereka telah memicu kembali seruan di Israel untuk gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera.
Sebuah pernyataan dari kantor PM Israel pada hari Sabtu menyatakan bahwa Netanyahu telah berbicara dengan keluarga kedua sandera dan menyatakan keterkejutan yang mendalam atas materi yang didistribusikan oleh organisasi-organisasi perlawanan Palestina.
"Netanyahu memberi tahu keluarga-keluarga bahwa upaya untuk memulangkan semua sandera kami sedang berlangsung," kata kantor tersebut.
Sebelumnya pada hari itu, puluhan ribu orang telah berunjuk rasa di pusat pesisir Tel Aviv untuk mendesak pemerintah Netanyahu agar membebaskan para sandera yang tersisa.
Ada kemarahan khusus di Israel atas gambar-gambar David, yang tampaknya sedang menggali apa yang dia katakan dalam video yang direkayasa itu sebagai kuburannya sendiri.
Video-video tersebut merujuk pada kondisi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza, di mana para ahli yang dimandatkan PBB telah memperingatkan bahwa "kelaparan sedang terjadi".
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, mengatakan bahwa gambar-gambar itu "mengerikan dan mengungkap kebiadaban Hamas", menyerukan pembebasan semua sandera segera dan tanpa syarat.
Uni Eropa Minta Hamas Lucuti Senjata
Kallas mengatakan dalam unggahan yang sama di X: "Hamas harus melucuti senjata dan mengakhiri kekuasaannya di Gaza". Itu juga menjadi tuntutan yang didukung awal pekan ini oleh negara-negara Arab, termasuk mediator utama Qatar dan Mesir.
"Bantuan kemanusiaan skala besar harus diizinkan untuk menjangkau mereka yang membutuhkan," lanjut Kallas.
Israel telah sangat membatasi masuknya bantuan ke Gaza, sementara badan-badan PBB, kelompok-kelompok kemanusiaan, dan analis mengatakan bahwa sebagian besar bantuan yang diizinkan masuk oleh Israel dijarah atau dialihkan dalam keadaan kacau.
Banyak warga Palestina yang putus asa terpaksa mempertaruhkan nyawa mereka untuk mencari bantuan yang didistribusikan melalui saluran-saluran yang terkendali.
Kemarin, badan pertahanan sipil Gaza mengatakan tembakan Israel menewaskan sembilan warga Palestina yang sedang menunggu untuk mengambil jatah makanan dari sebuah lokasi yang dioperasikan oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang didukung AS dan Israel di dekat kota Rafah di selatan.
"Tentara menembaki orang-orang. Saya ada di sana, tidak ada yang mengancam pasukan Israel," kata Jabr al-Shaer, seorang saksi berusia 31 tahun, kepada AFP melalui telepon.
Tidak ada komentar dari militer Israel.
Lima orang lagi tewas di dekat lokasi bantuan GHF yang berbeda di Gaza tengah kemarin, sementara serangan Israel di tempat lain menewaskan lima orang lainnya, kata juru bicara pertahanan sipil Gaza Mahmud Bassal.
Braslavski dan David termasuk di antara 49 sandera yang ditawan di Gaza sejak serangan Hamas tahun 2023 ke Israel. Menurut militer Israel, sudah 27 sandera yang tewas.
Sebagian besar dari total 251 sandera yang disandera dalam serangan Hamas dibebaskan selama dua gencatan senjata yang berumur pendek, beberapa di antaranya ditukar dengan para warga Palestina yang ditahan Israel.
Serangan Hamas tahun 2023 mengakibatkan kematian 1.219 orang di Israel, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi rezim Zionis.
Sedangkan perang brutal Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 60.430 orang, sebagian besar warga sipil, menurut angka dari kementerian kesehatan wilayah Gaza, yang dianggap kredibel oleh PBB.
Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan salah satu stafnya tewas dalam serangan Israel di kantor pusat mereka di Khan Younis, di Gaza selatan.
Saat dihubungi AFP, militer Israel mengatakan tidak mengetahui adanya serangan di wilayah tersebut.
Pembatasan media dan kesulitan mengakses banyak wilayah membuat jurnalis tidak dapat memverifikasi secara independen jumlah korban dan detail yang diberikan oleh berbagai pihak.
Sementara itu, di Yerusalem timur yang diduduki Israel, Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir memimpin ibadah Yahudi di kompleks Masjid Al-Aqsa, situs tersuci ketiga umat Islam, dan menyerukan aneksasi Gaza.
Situs tersebut juga dihormati oleh umat Yahudi sebagai Temple Mount, situs tersuci dalam agama Yahudi, meskipun mereka dilarang beribadah di sana berdasarkan konvensi yang telah lama berlaku.
Ini adalah pertama kalinya seorang menteri pemerintah Zionis secara terbuka melakukan ibadah Yahudi di dalam kompleks masjid tersebut pada hari Minggu.
Dalam sebuah pernyataan yang direkam di kompleks tersebut, Ben-Gvir mengatakan bahwa tanggapan terhadap video-video Hamas harus mencakup aneksasi Gaza dan emigrasi sukarela penduduknya.
(mas)