Mesir Ancam Israel Jika Beraksi di Wilayahnya setelah Serangan Qatar - Sindonews
2 min read
Dunia Internasional, Konflik Timur,
Mesir Ancam Israel Jika Beraksi di Wilayahnya setelah Serangan Qatar
Jum'at, 12 September 2025 - 15:40 WIB
Tentara Mesir mengikuti parade militer. Foto/egypt watch
A
A
A
KAIRO - Mesir mengirim pesan kepada Amerika Serikat (AS), memperingatkan tentang "konsekuensi serius" jika Israel melakukan serangan di wilayah Mesir, serupa dengan serangan baru-baru ini di ibu kota Qatar, Doha. Laporan itu diungkap jaringan media Amerika mengutip seorang pejabat Mesir yang tidak disebutkan namanya.
Menurut laporan itu, Kairo telah memberi tahu Washington bahwa setiap tindakan Israel di wilayah Mesir, seperti serangan yang menargetkan Doha awal pekan ini, "akan memiliki konsekuensi serius," tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Pada Kamis sore (11/9/2025), Qatar mengadakan pemakaman di Doha untuk para korban serangan Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang menghantam bangunan tempat tinggal di kota itu pada hari Selasa. Upacara tersebut dihadiri Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani.
Israel melancarkan serangan rudal pada Selasa malam terhadap bangunan tempat tinggal di Doha yang menampung anggota biro politik Hamas.
Gerakan tersebut mengonfirmasi para pemimpin seniornya selamat dari serangan tersebut, sementara lima anggotanya dan seorang petugas keamanan Qatar tewas.
Media Israel, termasuk situs berita Mekomet, telah melaporkan perang antara Israel dan Mesir semakin dipandang hanya masalah waktu.
Menurut laporan-laporan ini, terdapat sentimen publik dan politik yang kuat di Mesir bahwa konflik terbuka dengan Israel mungkin akan segera meletus, menyusul komentar provokatif Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tentang pembukaan Perlintasan Rafah untuk memungkinkan warga Palestina meninggalkan Gaza.
Pernyataan Netanyahu, yang disampaikan dalam wawancara dengan saluran Telegram Abu Ali Express, memicu kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Mesir.
Setiap upaya untuk mengusir warga Palestina dari Gaza melalui wilayah Mesir secara luas dipandang di Mesir sebagai garis merah yang tidak dapat dilintasi, baik di tingkat resmi, media, maupun publik.
Laporan berbahasa Ibrani tersebut mencatat meningkatnya ketegangan antara kedua negara telah mendominasi berita utama Israel dalam beberapa hari terakhir, karena pernyataan tersebut berubah menjadi krisis diplomatik yang tajam.
Kementerian Luar Negeri Mesir mengeluarkan pernyataan resmi yang menolak komentar tersebut, menekankan Mesir tidak akan terlibat dalam pengusiran rakyat Palestina dan tidak akan membiarkan tanahnya digunakan sebagai jalur untuk melemahkan perjuangan Palestina.
Posisi Mesir juga menerima dukungan regional dari negara-negara termasuk Yordania dan Uni Emirat Arab, yang menyatakan kekhawatiran atas upaya memaksakan realitas baru di lapangan melalui pemindahan paksa.
Baca juga: Mufti Besar Sheikh Al-Sadiq Khawatirkan Rencana Pemindahan Pengungsi Gaza ke Libya
Menurut laporan itu, Kairo telah memberi tahu Washington bahwa setiap tindakan Israel di wilayah Mesir, seperti serangan yang menargetkan Doha awal pekan ini, "akan memiliki konsekuensi serius," tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Pada Kamis sore (11/9/2025), Qatar mengadakan pemakaman di Doha untuk para korban serangan Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang menghantam bangunan tempat tinggal di kota itu pada hari Selasa. Upacara tersebut dihadiri Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani.
Israel melancarkan serangan rudal pada Selasa malam terhadap bangunan tempat tinggal di Doha yang menampung anggota biro politik Hamas.
Gerakan tersebut mengonfirmasi para pemimpin seniornya selamat dari serangan tersebut, sementara lima anggotanya dan seorang petugas keamanan Qatar tewas.
Media Israel, termasuk situs berita Mekomet, telah melaporkan perang antara Israel dan Mesir semakin dipandang hanya masalah waktu.
Menurut laporan-laporan ini, terdapat sentimen publik dan politik yang kuat di Mesir bahwa konflik terbuka dengan Israel mungkin akan segera meletus, menyusul komentar provokatif Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tentang pembukaan Perlintasan Rafah untuk memungkinkan warga Palestina meninggalkan Gaza.
Pernyataan Netanyahu, yang disampaikan dalam wawancara dengan saluran Telegram Abu Ali Express, memicu kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Mesir.
Setiap upaya untuk mengusir warga Palestina dari Gaza melalui wilayah Mesir secara luas dipandang di Mesir sebagai garis merah yang tidak dapat dilintasi, baik di tingkat resmi, media, maupun publik.
Laporan berbahasa Ibrani tersebut mencatat meningkatnya ketegangan antara kedua negara telah mendominasi berita utama Israel dalam beberapa hari terakhir, karena pernyataan tersebut berubah menjadi krisis diplomatik yang tajam.
Kementerian Luar Negeri Mesir mengeluarkan pernyataan resmi yang menolak komentar tersebut, menekankan Mesir tidak akan terlibat dalam pengusiran rakyat Palestina dan tidak akan membiarkan tanahnya digunakan sebagai jalur untuk melemahkan perjuangan Palestina.
Posisi Mesir juga menerima dukungan regional dari negara-negara termasuk Yordania dan Uni Emirat Arab, yang menyatakan kekhawatiran atas upaya memaksakan realitas baru di lapangan melalui pemindahan paksa.
Baca juga: Mufti Besar Sheikh Al-Sadiq Khawatirkan Rencana Pemindahan Pengungsi Gaza ke Libya
(sya)