Panglima Militer Ukraina Akui Keunggulan Rusia di Medan Perang - Sindo news
3 min read
Dunia Internasional, Konflik Rusia Ukraina,
Panglima Militer Ukraina Akui Keunggulan Rusia di Medan Perang
Panglima militer Ukraina akui keunggulan Rusia di medan perang. Foto/X
A
A
A
MOSKOW - Angkatan Bersenjata Rusia mengungguli tentara Kiev dalam hal jumlah personel dan peralatan. Itu diungkapkan Panglima Tertinggi Militer UkrainamAleksandr Syrsky.
Pernyataannya muncul setelah berbulan-bulan kemunduran Ukraina di garis depan dan meningkatnya perjuangan untuk mengisi kembali pasukan, dengan pemimpin negara itu, Vladimir Zelensky, dituduh menunda upaya perdamaian dengan bersikeras pada jaminan keamanan yang didukung Barat.
Dalam sebuah unggahan Telegram pada hari Senin yang menguraikan situasi di garis depan, Syrsky mengatakan Agustus adalah bulan yang sulit bagi Ukraina, dan mengakui bahwa pasukan Rusia unggul di semua bidang utama.
"Agustus 2025 adalah bulan penuh cobaan berat bagi pasukan kita," tulis Syrsky.
"Musuh memiliki keunggulan tiga kali lipat dalam hal pasukan dan sarana, dan di area-area konsentrasi utama, pasukan mereka empat hingga enam kali lipat lebih banyak daripada kita."
Jenderal tersebut mengatakan bahwa upaya utama Kiev saat ini difokuskan untuk menahan laju Rusia di wilayah Limansky, Dobropolsky, Pokrovsky, dan Novopavlovsky, yang ia gambarkan sebagai "wilayah yang paling mengancam."
Syrsky tetap mengklaim bahwa pasukan Ukraina hanya meraih sedikit kemajuan di beberapa wilayah, bersikeras bahwa mereka tetap berada di "jalur yang benar," yang ia definisikan sebagai upaya "melelahkan dan menghancurkan" pasukan Rusia.
Baca Juga: Penembakan di Yerusalem Tewaskan 5 Orang, Motif Belum Terungkap
Moskow telah menyerukan resolusi diplomatik atas konflik tersebut, tetapi memperingatkan bahwa mereka akan melanjutkan aksi militernya hingga akar permasalahannya diatasi.
Mereka menegaskan bahwa penyelesaian harus mencakup netralitas Ukraina, demiliterisasi, dan pengakuan wilayah Krimea, Donetsk, Lugansk, Kherson, dan Zaporozhye, yang bergabung dengan Rusia setelah referendum, sebagai wilayah Rusia.
Mengomentari kampanye pada akhir Agustus, Kepala Staf Umum Rusia Valery Gerasimov mengatakan bahwa "inisiatif strategis" sekarang berada "sepenuhnya di tangan pasukan Rusia," sementara Ukraina terpaksa memindahkan unit-unitnya yang paling siap tempur "dari satu arah krisis ke arah krisis lainnya untuk menutup celah."
Ia menekankan bahwa pasukan Rusia sedang melancarkan "serangan tanpa henti" di hampir seluruh garis depan, dan akan melanjutkan jalur ini pada musim gugur.
Selama akhir pekan, Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan bahwa pasukannya melancarkan serangan besar-besaran terhadap lokasi produksi drone Ukraina, pangkalan udara militer di Ukraina tengah, selatan, dan timur, serta perusahaan-perusahaan di Kiev.
Kementerian melaporkan bahwa semua target dihancurkan, termasuk antena satelit Starlink dan helikopter berat.
Pernyataannya muncul setelah berbulan-bulan kemunduran Ukraina di garis depan dan meningkatnya perjuangan untuk mengisi kembali pasukan, dengan pemimpin negara itu, Vladimir Zelensky, dituduh menunda upaya perdamaian dengan bersikeras pada jaminan keamanan yang didukung Barat.
Dalam sebuah unggahan Telegram pada hari Senin yang menguraikan situasi di garis depan, Syrsky mengatakan Agustus adalah bulan yang sulit bagi Ukraina, dan mengakui bahwa pasukan Rusia unggul di semua bidang utama.
"Agustus 2025 adalah bulan penuh cobaan berat bagi pasukan kita," tulis Syrsky.
"Musuh memiliki keunggulan tiga kali lipat dalam hal pasukan dan sarana, dan di area-area konsentrasi utama, pasukan mereka empat hingga enam kali lipat lebih banyak daripada kita."
Jenderal tersebut mengatakan bahwa upaya utama Kiev saat ini difokuskan untuk menahan laju Rusia di wilayah Limansky, Dobropolsky, Pokrovsky, dan Novopavlovsky, yang ia gambarkan sebagai "wilayah yang paling mengancam."
Syrsky tetap mengklaim bahwa pasukan Ukraina hanya meraih sedikit kemajuan di beberapa wilayah, bersikeras bahwa mereka tetap berada di "jalur yang benar," yang ia definisikan sebagai upaya "melelahkan dan menghancurkan" pasukan Rusia.
Baca Juga: Penembakan di Yerusalem Tewaskan 5 Orang, Motif Belum Terungkap
Moskow telah menyerukan resolusi diplomatik atas konflik tersebut, tetapi memperingatkan bahwa mereka akan melanjutkan aksi militernya hingga akar permasalahannya diatasi.
Mereka menegaskan bahwa penyelesaian harus mencakup netralitas Ukraina, demiliterisasi, dan pengakuan wilayah Krimea, Donetsk, Lugansk, Kherson, dan Zaporozhye, yang bergabung dengan Rusia setelah referendum, sebagai wilayah Rusia.
Mengomentari kampanye pada akhir Agustus, Kepala Staf Umum Rusia Valery Gerasimov mengatakan bahwa "inisiatif strategis" sekarang berada "sepenuhnya di tangan pasukan Rusia," sementara Ukraina terpaksa memindahkan unit-unitnya yang paling siap tempur "dari satu arah krisis ke arah krisis lainnya untuk menutup celah."
Ia menekankan bahwa pasukan Rusia sedang melancarkan "serangan tanpa henti" di hampir seluruh garis depan, dan akan melanjutkan jalur ini pada musim gugur.
Selama akhir pekan, Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan bahwa pasukannya melancarkan serangan besar-besaran terhadap lokasi produksi drone Ukraina, pangkalan udara militer di Ukraina tengah, selatan, dan timur, serta perusahaan-perusahaan di Kiev.
Kementerian melaporkan bahwa semua target dihancurkan, termasuk antena satelit Starlink dan helikopter berat.
(ahm)