Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home F-33 Featured TNI AU

    TNI AU Bakal Semakin Disegani di ASEAN Jika F-33 Ikut Diperkuat Rudal Jelajah Hipersonik Hycore - Zona Jakarta

    6 min read

     

    TNI AU Bakal Semakin Disegani di ASEAN Jika F-33 Ikut Diperkuat Rudal Jelajah Hipersonik Hycore - Zona Jakarta



    ZONAJAKARTA.com - TNI AU bakal segera memiliki inventaris eksklusif jet tempur KF-21 Boramae yang diberi nama F-33.

    Sebanyak 48 unit F-33 bahkan rencananya akan diproduksi di dalam negeri setelah PT Dirgantara Indonesia (PTDI) memperoleh lisensi dari Korea Aerospace Industries (KAI).

    Kabar gembiranya, pesawat ini juga bakal diperkuat oleh rudal jelajah hipersonik Hycore yang menajamkan posisi TNI AU setidaknya di kawasan ASEAN.

    Baca Juga:

    Terkait F-33, Indonesia sendiri bukan hanya sekedar menjadi pengguna (dalam hal ini TNI AU sebagai operator).

    NKRI bahkan ikut tergabung dalam proyek pengembangan KF-21 Boramae sedari nol meski sempat diwarnai drama pembayaran dan isu kebocoran data sensitif.

    Kedua persoalan tersebut akhirnya berhasil dituntaskan saat pameran bertajuk Indo Defence 2024 digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta pada Juni 2025 lalu.

    Saat itu pula, Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI dan Defense Acquisition Program Administration (DAPA) menyepakati revisi terkait pembayaran yang harus disetorkan negeri ini dari angka semula 1,6 triliun won menjadi 600 miliar won saja (saat ini sudah terlunasi 400 miliar won).

    Bahkan Indonesia juga memperoleh dua kemudahan lainnya setelah klausul revisi pembayaran disepakati.

    Yakni opsi untuk melunasi dengan skema barter komoditas hingga perpanjangan jatuh tempo dari tahun 2026 ke 2034.

    Baca Juga:

    Seiring dengan adanya kepastian terkait penyesuaian pembayaran KF-21 Boramae, kedua belah pihak berencana untuk melakukan pembicaraan lebih lanjut terkait ruang lingkup transfer teknologi yang menjadi pijakan sebelum F-33 mulai dirakit oleh PTDI.

    DAPA menegaskan bahwa ini akan dibahas setelah pengembangan pesawat buatan KAI itu benar-benar tuntas dikembangkan di pusat.

    "Ruang lingkup transfer teknologi akan dibahas setelah pengembangan sistem KF-21 selesai," kata seorang juru bicara DAPA sebagaimana dikutip ZONAJAKARTA.com dari artikel berjudul "Indonesia agrees to pump $439 million into Korean fighter jet project" yang dimuat oleh laman Korea JoongAng Daily pada 13 Juni 2025.

    Ilustrasi rudal hipersonik Hycore yang bisa perkuat posisi TNI AU di ASEAN bersama F-33. (X @mason_8718)

    Dengan disepakatinya klausul terkait penyesuaian pembayaran proyek KF-21 Boramae, TNI AU siap menatap masa depan cerah bersama F-33.

    Produksi massal F-33 sendiri dijadwalkan akan mulai digenjot PTDI pada tahun 2026 mendatang atau bersamaan dengan produksi skala penuh KF-21 Boramae di Korea Selatan.

    Sementara di Negeri Ginseng sendiri, KF-21 Boramae baru diproduksi sebanyak 20 unit untuk gelombang pertama pesanan Angkatan Udara Republik Korea (ROKAF).

    Yang menjadikan daya tarik pesawat ini meningkat di mata dunia adalah rencana KAI untuk mengintegrasikannya dengan sejumlah komponen vital buatan Hanwha Group.

    Mulai dari mesin penggerak yang diyakini mampu menyaingi kemampuan produk serupa dari Amerika Serikat (dalam hal ini General Electric).

    Hingga rangkaian sistem avionik termasuk di antaranya radar active electronically scanned array (AESA) sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran situasional bagi pilot.

    Dan yang terbaru, KF-21 Boramae termasuk F-33 juga digadang-gadang bakal memperoleh dukungan persenjataan yang lebih menakutkan dari biasanya.

    Baca Juga:

    Terbaru, KAI berniat untuk mengintegrasikan KF-21 Boramae yang dirancangnya dengan rudal jelajah hipersonik Hycore.

    Rudal berkecepatan hipersonik ini dirancang sebagai sarana untuk melawan dominasi dua lawan geopolitiknya di kawasan Asia Timur yakni China dan Korea Utara.

    Serta tidak ketinggalan pula Rusia sebagai negara Eropa yang tampak berseberangan madzhab geopolitik dengan Amerika Serikat sebagai sekutu Korea Selatan.

    Kehadiran Hycore sangat penting bagi Seoul untuk menjaga keseimbangan strategis di Semenanjung Korea maupun Indo-Pasifik pada umumnya.

    Program pengembangan rudal yang dipelopori oleh Badan Pengembangan Pertahanan (ADD) bersama Hanwha Aerospace ini bahkan juga diniatkan untuk menggeser dominasi Negeri Paman Sam dalam industri pertahanan global.

    Tidak mengherankan jika pemberitaan laman Defence Security Asia edisi Jumat, 5 September 2025 dalam artikelnya yang berjudul "Hycore Hypersonic Cruise Missile: South Korea’s Answer to North Korea, China and Russia’s Missile Dominance" menyebut Hycore bukanlah rudal jelajah hipersonik biasa.

    Apalagi belakangan, pihak Korea Selatan telah merilis gambar yang menunjukkan proses uji coba peluncuran rudal tersebut dari platform vertikal berbasis darat.

    Halaman:
    Ilustrasi rudal hipersonik Hycore yang bisa perkuat posisi TNI AU di ASEAN bersama F-33. (X @mason_8718)

    Perkuat Posisi TNI AU di ASEAN

    Jika rudal jelajah hipersonik Hycore turut diintegrasikan pada F-33, hal tersebut akan semakin memperkuat positioning TNI AU setidaknya di kawasan ASEAN.

    Apalagi di samping F-33, Kemhan RI sudah melakukan belanja jet tempur besar-besaran untuk TNI AU yang mencakup Rafale hingga KAAN dengan senjata andalan masing-masing yang juga terbilang menakutkan bagi pihak lawan.

    Ketika dikaitkan dengan pengawasan di wilayah perbatasan, integrasi pesawat tersebut dengan Hycore setidaknya bisa menjadi "early warning" bagi siapapun yang ingin mencoba merongrong kedaulatan NKRI baik dari wilayah darat, laut, maupun udara.

    Mengapa demikian? Rudal dengan panjang 8,7 meter dan berat 2,4 ton ini dirancang untuk bisa melaju dengan kecepatan mencapai angka Mach 6,2.

    Dan total jangkauan serangnya diketahui bisa menembus radius 800 km dari area peluncuran rudal.

    Belum lagi jika bicara mengenai sistem koreksi Hycore yang memungkinkan untuk mengancam aset angkatan laut bergerak seperti China Coast Guard (CCG) di Laut Natuna Utara.

    Sehingga tidak salah jika pemerintah memutuskan untuk tetap bergabung dengan proyek KF-21 Boramae dan merencanakan produksi F-33 di dalam negeri oleh PTDI.***

    Halaman:
    Komentar
    Additional JS