Cara Zionis Siksa Aktivis Global Sumud: Larang Sholat, Buka Paksa Jilbab Hingga Minum Air Kloset | Republika Online
Cara Zionis Siksa Aktivis Global Sumud: Larang Sholat, Buka Paksa Jilbab Hingga Minum Air Kloset | Republika Online
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Zionis Israel melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dalam memperlakukan para relawan dan aktivis Global Sumud Flotilla yang disandera saat berlayar ke Gaza. Laporan dari Adalah, tim hukum Global Sumud Flotilla yang melakukan pendampingan, para relawan dan aktivis Islam yang ditawan di Penjara Ktziot dilarang sholat.
Mereka bahkan dipaksa untuk membuka jilbab. Para relawan dan aktivis yang disandera beberapa juga mengalami penyiksaan fisik, tak diberikan perawatan medis, bahkan sampai disuruh meminum air kloset.
Ada sekitar 512 relawan dan aktivis Global Sumud Flotilla yang diculik dan disandera oleh tentara laut Zionis Israel. Mereka berasal dari 47 negara yang berlayar dengan 42 kapal melalui perairan internasional Laut Mediterania melalui Tunisia, Italia, dan Yunani. Armada kemanusian itu membawa bantuan logistik dan obat-obatan, serta susu bayi untuk masyarakat Palestina di Gaza yang hingga kini memasuki 25 bulan dalam pengepungan, dan genosida Zionis Israel.
Pada Rabu (1/10/2025) dan Kamis (2/10/2025), sebanyak 20 kapal perang Zionis Israel menyerang dan membajak satu per satu armada kemanusian Global Sumud Flotilla saat tiba di radius 66 nautical miles (nm) sampai 7 nm arah barat-barat laut bibir pantai Gaza. Ratusan relawan dan aktivis yang ditangkap, dan disandera lalu dibawa ke Pelabuhan Ashdod. Sebagian para relawan dijebloskan ke Penjara Ktziot di Gurun Negev. Beberapa ada yang langsung dideportasi atas desakan negara asalnya.
Sementara itu, relawan lainnya mengajukan banding pengadilan imigrasi. “Beberapa peserta armada Sumud Flotilla melaporkan bahwa mereka diinterogasi paksa oleh petugas-petugas yang tidak memperkenalkan dirinya. Dan yang lainnya melaporkan mengalami penganiayaan dan penyiksaan fisik oleh sipir-sipir di dalam penjara,” lapor Adalah yang disampaikan resmi oleh Steering Committee Global Sumud Flotilla kepada seluruh partisipan pelayaran yang diakses Republika di Jakarta, pada Ahad (5/9/2025).
“Pihak berwenang negara pendudukan (Zionis Israel) melakukan kekerasan fisik dengan memaksa peserta Armada Sumud Flotilla menggunakan penutup mata, dan dalam keadaan diborgol,” begitu tulis laporan tersebut.
Lihat postingan ini di Instagram

Halaman 2 / 3
“Dan bagi perempuan peserta armada (Sumud Flotilla) dipaksa melepaskan jilbabnya. Dan yang lainnya, dilarang untuk shalat,” begitu laporan tim Adalah.
Tim Adalah sendiri mengakui tak diberikan akses penuh oleh Pelayanan Penjara Israel (IPS) Ktziot untuk menemui para relawan dan aktivis yang disandera. Para relawan dan aktivis itu dijebloskan ke sel tahanan terorisme untuk diadili.
“Para peserta armada Sumud Flotilla tidak diberikan perawatan medis, dan obat-obatan, termasuk tidak mengizinkan pemberian obat resep untuk beberapa penyakit yang mengancam jiwa, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan kanker yang diderita peserta (Sumud Flotilla),” begitu kata tim Adalah.
Selama di dalam Penjara Ktziot, para relawan dan aktivis yang disandera itu tak diberikan makanan dan air untuk minum. Mereka dimasukkan ke dalam sel tahanan yang penuh sesak. “Penyediaan makanan dan air tidak dilakukan oleh IPS. Sehingga peserta armada (Sumud Flotilla) tidak makan dalam beberapa hari dan hanya disampaikan untuk mengkonsumsi air dalam kloset, dan tidur dilantai sel yang penuh sesak,” kata tim Adalah.
Perlakuan yang dilakukan Zionis Israel terhadap para relawan dan aktivis sipil tersebut, menurut Adalah merupakan kelanjutan dari pelanggaran-pelanggaran hak asasi yang serius.
“Kami (Adalah) mendokumentasikan pelanggaran-pelanggaran serius yang dialami oleh para peserta Armada Sumud Flotilla yang diserang dan dibajak secara tidak sah oleh pasukan Israel ini, sebagai pelanggaran-pelanggaran terhadap hukum internasional,” begitu kata Adalah.
Halaman 3 / 3
Hingga Ahad (5/10/2025), Adalah mengungkap, masih tercatat sekitar 87 relawan dan aktivis Global Sumud Flotilla yang ditawan Zionis Israel di Penjara Ktziot. Mereka belum diberikan akses untuk ditemui Adalah sebagai tim pengacara resmi dari 72 negara untuk Global Sumud Flotilla.
Steering Committee Global Sumud Flotilla, hingga Ahad (5/10/2025) belum memberikan kabar terkait nasib para pemimpin pelayaran seperti Greta Thunberg dari Swedia, Thiago Avila dari Brasil, Jasmine Acar dari Jerman, juga Mandla Mandela dari Afrika Selatan (Afsel).
Pada Jumat (3/10/2025), dilaporkan sebanyak 200 relawan dan aktivis Global Sumud Flotilla sudah diajukan ke pengadilan imigrasi. Meski demikian, mereka tak mendapatkan pendampingan hukum. Pada Sabtu (4/10/2025) tim Adalah melaporkan sekitar 137 relawan dan aktivis Global Sumud Flotilla atas peran Turki, meminta Zionis Israel melakukan deportasi.
“Kami mengonfirmasi, pesawat dari Turki yang dikoordinasikan Kedutaan Turki di Tel Aviv telah membawa 137 peserta armada (Sumud Flotilla). Mereka di antaranya dari Turki, Italia, Amerika Serikat, Inggris, Kuwait, Aljazair, Tunisia, Maroko, Mauritania, Libya, Yordania, Swiss, Bahrain, dan Malaysia,” begitu laporan tim Adalah yang disampaikan Steering Committe Global Sumud Flotilla.