Kapasitas Kilang 38% Lumpuh, Rusia Bakal Impor BBM dari Singapura, China dan Korsel - SINDOnews
2 min read
Kapasitas Kilang 38% Lumpuh, Rusia Bakal Impor BBM dari Singapura, China dan Korsel
Sabtu, 04 Oktober 2025 - 08:35 WIB
Sebuah foto udara menunjukkan sebuah kapal tanker minyak mentah di sebuah terminal minyak di lepas pantai pulau Waidiao di Zhoushan, provinsi Zhejiang, China pada 4 Januari 2023. FOTO/China Daily via Reuters
A
A
A
JAKARTA - Otoritas Rusia sedang menyiapkan rencana darurat untuk mengimpor bahan bakar minyak (BBM) dari sejumlah negara di Asia seperti China, Korea Selatan, dan Singapura. Langkah ini dipicu kelangkaan pasokan domestik yang parah setelah sekitar 38% kapasitas kilang minyak Rusia terhenti akibat intensitas serangan drone Ukraina.
Kelangkaan pasokan BBM, yang diperkirakan mencapai 20% atau sekitar 400.000 ton per bulan, telah melanda sedikitnya 20 wilayah Rusia, termasuk di Krimea. Kondisi ini secara langsung mendorong lonjakan tajam harga bahan bakar di pasar domestik, sebuah ironi bagi Rusia yang merupakan produsen minyak terbesar ketiga di dunia.
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengajukan serangkaian kebijakan jangka pendek. Pemerintah Rusia pekan ini secara resmi mengumumkan rencana menghapus tarif bea masuk impor BBM dari luar negeri melalui pos perbatasan tertentu di wilayah Timur Jauh.
Baca Juga: Bak Rampasan Perang, Eropa Mau Bagi-bagi Aset Beku Rusia
Dikutip UAWIRE dari The Moscow Times, kebijakan penghapusan tarif ini akan diikuti dengan pemberian kompensasi dari anggaran negara kepada para importir. Kompensasi tersebut ditujukan untuk menutup selisih harga antara pasar global dan harga domestik yang selama ini dikendalikan, guna memastikan pasokan impor dapat bersaing dan segera masuk ke pasar Rusia.
Rosneft, NNK JSC, dan perusahaan perdagangan luar negeri milik negara VO "Promsyrieimport" telah ditunjuk sebagai perusahaan pemasok utama bensin dan solar dari Asia. Kebijakan tersebut diharapkan memungkinkan masuknya sekitar 350.000 ton bensin dan 100.000 ton solar per bulan ke pasar domestik. Selain dari Asia, Moskow juga berencana mengimpor 300.000 ton bensin per bulan dari Belarus.
Selain membuka keran impor, salah satu solusi kontroversial yang diajukan Novak adalah mencabut larangan penggunaan monomethylaniline (MMA). MMA adalah aditif peningkat oktan yang mampu meningkatkan produksi bensin secara domestik, namun zat ini dilarang di sebagian besar negara karena sifatnya yang sangat beracun dan berisiko memicu kanker. Rusia pernah melarang penggunaannya sejak tahun 2016.
Data dari perusahaan analisis energi Ciala melaporkan, Rusia kehilangan hampir 38% kapasitas kilang minyak atau setara dengan 338.000 ton pengolahan minyak mentah per hari. Mayoritas gangguan ini sekitar 70% disebabkan serangan drone Ukraina terhadap fasilitas utama.
Baca Juga: Para Jenderal AS Diminta Bersiap Perang, Pasukan Khusus Navy SEAL Bakal Latihan Gabungan
Hingga September lalu, empat fasilitas kilang minyak utama Rusia dilaporkan berhenti beroperasi usai diserang drone, termasuk kilang di Leningrad dan Ryazan merupakan pusat pengolahan minyak terbesar kelima di negara tersebut.
Sehari sebelum pengumuman kebijakan impor, Moskow telah memperpanjang larangan ekspor bensin dan memperketat pembatasan ekspor solar hingga 31 Desember 2025, sebagai upaya untuk memprioritaskan dan menstabilkan pasokan dalam negeri di tengah krisis yang memuncak.
Kelangkaan pasokan BBM, yang diperkirakan mencapai 20% atau sekitar 400.000 ton per bulan, telah melanda sedikitnya 20 wilayah Rusia, termasuk di Krimea. Kondisi ini secara langsung mendorong lonjakan tajam harga bahan bakar di pasar domestik, sebuah ironi bagi Rusia yang merupakan produsen minyak terbesar ketiga di dunia.
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengajukan serangkaian kebijakan jangka pendek. Pemerintah Rusia pekan ini secara resmi mengumumkan rencana menghapus tarif bea masuk impor BBM dari luar negeri melalui pos perbatasan tertentu di wilayah Timur Jauh.
Baca Juga: Bak Rampasan Perang, Eropa Mau Bagi-bagi Aset Beku Rusia
Dikutip UAWIRE dari The Moscow Times, kebijakan penghapusan tarif ini akan diikuti dengan pemberian kompensasi dari anggaran negara kepada para importir. Kompensasi tersebut ditujukan untuk menutup selisih harga antara pasar global dan harga domestik yang selama ini dikendalikan, guna memastikan pasokan impor dapat bersaing dan segera masuk ke pasar Rusia.
Rosneft, NNK JSC, dan perusahaan perdagangan luar negeri milik negara VO "Promsyrieimport" telah ditunjuk sebagai perusahaan pemasok utama bensin dan solar dari Asia. Kebijakan tersebut diharapkan memungkinkan masuknya sekitar 350.000 ton bensin dan 100.000 ton solar per bulan ke pasar domestik. Selain dari Asia, Moskow juga berencana mengimpor 300.000 ton bensin per bulan dari Belarus.
Selain membuka keran impor, salah satu solusi kontroversial yang diajukan Novak adalah mencabut larangan penggunaan monomethylaniline (MMA). MMA adalah aditif peningkat oktan yang mampu meningkatkan produksi bensin secara domestik, namun zat ini dilarang di sebagian besar negara karena sifatnya yang sangat beracun dan berisiko memicu kanker. Rusia pernah melarang penggunaannya sejak tahun 2016.
Data dari perusahaan analisis energi Ciala melaporkan, Rusia kehilangan hampir 38% kapasitas kilang minyak atau setara dengan 338.000 ton pengolahan minyak mentah per hari. Mayoritas gangguan ini sekitar 70% disebabkan serangan drone Ukraina terhadap fasilitas utama.
Baca Juga: Para Jenderal AS Diminta Bersiap Perang, Pasukan Khusus Navy SEAL Bakal Latihan Gabungan
Hingga September lalu, empat fasilitas kilang minyak utama Rusia dilaporkan berhenti beroperasi usai diserang drone, termasuk kilang di Leningrad dan Ryazan merupakan pusat pengolahan minyak terbesar kelima di negara tersebut.
Sehari sebelum pengumuman kebijakan impor, Moskow telah memperpanjang larangan ekspor bensin dan memperketat pembatasan ekspor solar hingga 31 Desember 2025, sebagai upaya untuk memprioritaskan dan menstabilkan pasokan dalam negeri di tengah krisis yang memuncak.
(nng)