Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home China Dunia Internasional Featured Nuklir

    China Mencoba Kendalikan Cuaca untuk Menyelamatkannya dari Perang Nuklir, - Sindo news

    3 min read

     

    China Mencoba Kendalikan Cuaca untuk Menyelamatkannya dari Perang Nuklir

    Minggu, 16 November 2025 - 09:21 WIB

    China mencoba kendalikan cuaca untuk menyelamatkan warganya dari perang nuklir yang berpotensi pecah di masa mendatang. Foto/Erica Knight/Wikimedia Commons
    A
    A
    A
    BEIJING - China sedang mencoba mengendalikan cuaca dengan teknologi. Tujuannya untuk menyelamatkan warganya dari bahaya perang nuklir yang berpotensi pecah di masa mendatang.

    Ilmuwan militer mereka sedang menguji teknologi manipulasi cuaca sebagai bagian dari rencana untuk mengurangi dampak kejatuhan radioaktif.

    Mengutip laporan South China Morning Post (SCMP), Minggu (16/11/2025), Universitas Teknik Pasukan Dukungan Logistik Gabungan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) dan Institut Penelitian Pasukan Roket telah melakukan simulasi serangan "bom kotor".

    Baca Juga: Menhan Belousov: Rusia Harus Bersiap Uji Senjata Nuklir Skala Penuh untuk Merespons AS

    Sekadar diketahui, semua senjata nuklir menghasilkan kejatuhan radioaktif. Beberapa lebih banyak daripada yang lain.

    Skenario lain yang dikhawatirkan di seluruh dunia adalah bahan peledak konvensional yang berisi limbah radioaktif seperti plutonium dan cesium. Ini akan meledakkan awan kontaminasi di area yang luas.

    Hasilnya dapat membuat seluruh pusat kota tidak dapat dihuni selama berbulan-bulan, dan setiap sentimeter wilayah harus dinetralkan atau dibersihkan.

    Pendekatan Beijing adalah mempercepat prosesnya.

    Mereka telah beralih ke penelitian pengendalian cuaca selama beberapa dekade untuk menemukan jawabannya.

    Gagasan memompa bahan kimia ke langit untuk memicu efek atmosfer bukanlah hal baru. Penyemaian awan, misalnya, adalah konsep yang telah teruji dengan baik.

    Sekarang PLA sedang mempertimbangkan nilai unit pengendali cuaca yang sangat mobile dan dapat dikerahkan dengan cepat untuk menekan penyebaran awan radioaktif.

    SCMP melaporkan bahwa para peneliti mensimulasikan sebuah serangan di mana 62 kg bahan peledak TNT konvensional meledakkan satu kilogram plutonium tingkat senjata ke langit.

    Itu tidak cukup untuk memicu reaksi berantai nuklir, dan karenanya ledakan termonuklir.

    Namun, plutonium radioaktif itu sendiri mematikan, bahkan dalam jumlah kecil.

    Peneliti kedaruratan nuklir Lin Yuanye mengatakan kepada SCMP bahwa tim memilih kondisi optimal untuk pengujian mereka.

    Cuacanya sejuk dengan suhu 25 derajat Celsius. Langit yang mendung diterpa angin tenang dengan kecepatan kurang dari dua meter per detik. Bom tersebut meledak di atas trotoar beton biasa.

    Simulasi tersebut menemukan bahwa puing-puing yang dihasilkan mencemari area seluas 10 kilometer persegi. Area ini dapat menampung puluhan ribu orang di lingkungan perkotaan.

    Solusi yang diusulkan adalah mengadaptasi teknik pengendalian cuaca eksperimental yang ada.

    Beijing telah membangun mesin pembuat hujan di sepanjang Dataran Tinggi Himalaya dan Tibet.

    Tugas mereka adalah mencari langit dengan bahan kimia yang menghasilkan awan badai sepanjang 5 km sesuai permintaan.

    Tujuannya, untuk menurunkan hujan di daerah tangkapan air utama, menargetkan sungai dan anak sungai yang mengalir ke distrik-distrik yang kering kerontang.

    Hal serupa pernah dilakukan sebelumnya. Pelet kimia pernah ditembakkan ke langit di sekitar Beijing sebelum dan selama Olimpiade 2008. Tujuannya adalah untuk membuat awan melepaskan hujan sebelum melewati area pertandingan.


    Kecepatan Adalah Inti


    Waktu, kata para peneliti, adalah inti. Meminimalkan penyebaran bahan radioaktif adalah perbedaan antara hidup dan mati.

    “Sistem pencegah udara yang bergerak dan dapat dikerahkan dengan cepat yang saat ini sedang dikembangkan dapat dengan cepat menerapkan pencegah asap yang dihasilkan ledakan di ketinggian tinggi dan area yang luas segera setelah detonasi,” demikian bunyi laporan riset tersebut.

    Dengan kata lain, tabung berisi bahan kimia yang diluncurkan roket dan dirancang untuk mengikat aerosol radioaktif harus dilepaskan di langit di atas gumpalan asap dalam waktu dua menit setelah ledakan.

    Koagulan ini mengikat partikel radioaktif. Gumpalan yang lebih berat ini kemudian jatuh dari langit lebih cepat. Hal ini mencegah angin menyebarkan radiasi ke bawah.

    Hasil penelitian, yang dipublikasikan di Chinese Journal of Safety and Environment merekomendasikan penempatan jaringan peluncur roket penjaga sipil di sekitar kota-kota besar, pembangkit listrik tenaga nuklir, dan instalasi militer utama.

    Jaringan tersebut dapat diaktifkan jika terjadi serangan, kecelakaan, atau bencana alam untuk mencegah bencana radioaktif seperti di Chernobyl atau pun di Fukushima.

    Makalah penelitian tersebut juga mencatat, "Kemampuan itu sangat penting untuk mendapatkan inisiatif strategis dalam keselamatan nuklir di medan perang."
    (mas)
    Komentar
    Additional JS