Profil Gabriele Nunziati, Jurnalis Italia yang Dipecat karena Tanya Tanggung Jawab Israel di Gaza - SINDOnews.com
4 min read
Profil Gabriele Nunziati, Jurnalis Italia yang Dipecat karena Tanya Tanggung Jawab Israel di Gaza
Senin, 10 November 2025 - 14:59 WIB
Gabriele Nunziati, jurnalis Italia yang dipecat setelah bertanya tentang tanggung jawab Israel dalam rekonstruksi Jalur Gaza, Palestina. Foto/IFJ
A
A
A
JAKARTA - Gabriele Nunziati adalah jurnalis asal Italia yang bekerja sebagai koresponden di Brussels untuk Agenzia Nova (sering disebut Nova), sebuah kantor berita Italia yang berbasis di Roma dan menangani isu–isu internasional serta Eropa. Dia jadi sorotan dunia setelah dipecat gara-gara bertanya tentang tanggung jawab Israel dalam rekonstruksi Jalur Gaza, Palestina.
Itu bermula dari konferensi pers di Komisi Eropa pada 13 Oktober 2025. Saat itu, dia bertanya kepada juru bicara Komisaris Eropa yakni Paula Pinho.
"Anda berulang kali mengatakan bahwa Rusia harus membiayai rekonstruksi Ukraina. Apakah Anda yakin Israel juga harus membiayai rekonstruksi Gaza karena mereka telah menghancurkan hampir seluruh Jalur Gaza dan infrastruktur sipilnya?" tanya Nunziati.
Baca Juga: Tanya Tanggung Jawab Israel dalam Rekonstruksi Gaza, Jurnalis Kantor Berita Italia Dipecat
Jawaban yang diterima hanyalah: “Ini jelas merupakan pertanyaan yang menarik. Saya tidak akan memberikan komentar apa pun pada tahap ini.”
Setelah video tentang pertanyaannya itu menjadi viral secara daring, Nunziati menerima panggilan telepon dari atasannya antara 15 hingga 23 Oktober. Puncaknya, Nunziati menerima surat pemutusan kerja (PHK) dari Nova pada 27 Oktober 2025.
Itu bermula dari konferensi pers di Komisi Eropa pada 13 Oktober 2025. Saat itu, dia bertanya kepada juru bicara Komisaris Eropa yakni Paula Pinho.
"Anda berulang kali mengatakan bahwa Rusia harus membiayai rekonstruksi Ukraina. Apakah Anda yakin Israel juga harus membiayai rekonstruksi Gaza karena mereka telah menghancurkan hampir seluruh Jalur Gaza dan infrastruktur sipilnya?" tanya Nunziati.
Baca Juga: Tanya Tanggung Jawab Israel dalam Rekonstruksi Gaza, Jurnalis Kantor Berita Italia Dipecat
Jawaban yang diterima hanyalah: “Ini jelas merupakan pertanyaan yang menarik. Saya tidak akan memberikan komentar apa pun pada tahap ini.”
Setelah video tentang pertanyaannya itu menjadi viral secara daring, Nunziati menerima panggilan telepon dari atasannya antara 15 hingga 23 Oktober. Puncaknya, Nunziati menerima surat pemutusan kerja (PHK) dari Nova pada 27 Oktober 2025.
Profil Jurnalis Gabriele Nunziati
Data pribadi Gabriele Nunziati tidak banyak yang diketahui. Dia hanya dikenal sebagai jurnalis asal Italia yang menjadi koresponden Brussels untuk kantor berita Agenzia Nova yang berbasis di Italia. Wilayah liputannya mencakup Uni Eropa.
Kasus Nunziati memicu gelombang reaksi di Italia dan dunia internasional terkait kebebasan pers, independensi jurnalis, dan tekanan terhadap media yang menyinggung topik sensitif.
International Federation of Journalists (IFJ) dan European Federation of Journalists (EFJ) menyerukan agar Nunziati dipekerjakan kembali dan mengutuk tindakan pemecatan sebagai pelanggaran kebebasan pers.
Di Italia, asosiasi wartawan nasional menyatakan “Anda tidak bisa dipecat karena menanyakan sebuah pertanyaan" dalam pernyataan publiknya.
Komisi Eropa berdalih bahwa mereka tidak memiliki keterlibatan dalam pemecatan Nunziati dan menegaskan komitmennya terhadap kebebasan pers.
Sedangkan Nova, pihak majikan, mengeklaim bahwa pertanyaan tersebut menyebabkan rasa malu pada media tersebut karena tersebar di saluran-saluran yang dihubungkan dengan media nasionalis Rusia maupun Islamis anti-Eropa—yang menambah dimensi politis dalam pemecatan Nunziati.
Buntut pemecatan Nunziati, para jurnalis di kantor berita Nova mendapat penghinaan dan ancaman pembunuhan dari pihak-pihak yang membela Nunziati.
Dalam sebuah pernyataan kepada Arab News, beberapa mantan rekan kerja Nunziati mengungkapkan bahwa mereka telah menjadi sasaran intimidasi sejak insiden pemecatan tersebut viral.
"Kami, para jurnalis Agenzia Nova, turutsedih atas situasi yang menimpa rekan kami, Gabriele Nunziati. Namun, kami ingin menyampaikan pandangan kami. Untuk membela diri dari serangan yang tidak beralasan dan tidak berdasar dalam beberapa hari terakhir, dari ancaman, dan hinaan. Kami tidak bisa menerimanya," ujar para jurnalis tersebut dalam sebuah pernyataan.
Mereka mengeklaim bahwa tidak ada satu pun anggota staf yang pernah menerima tekanan politik atau merasa disensor.
"Kami selalu bebas mengajukan pertanyaan yang kami anggap tepat, sebagai alat untuk memahami dan membantu memahami perkembangan terkini serta kompleksitas skenario nasional dan internasional," kata mereka.
Para jurnalis mengakui bahwa banyak ketidakakuratan telah menyelimuti kasus Nunziati, tetapi bersikeras bahwa hanya fakta yang berhak muncul dalam laporan sebuah kantor berita.
Nunziati tetap pada pertanyaannya, berargumen di Instagram bahwa pertanyaan yang dia ajukan berdasarkan fakta.
“Pertanyaan saya hanya dapat dianggap bias jika seseorang harus menyangkal kenyataan. Adalah fakta bahwa Israel telah hampir meratakan Gaza dengan tanah. Adalah fakta bahwa Mahkamah Pidana Internasional telah mengeluarkan surat perintah penangkapan atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan terhadap Benjamin Netanyahu dan beberapa menterinya. Akan bias jika menyangkalnya," katanya.
Anna Laura Orrico, anggota Parlemen Italia yang mewakili Gerakan Bintang Lima, mengecam pemecatan Nunziati sebagai "tindakan memalukan bagi sebuah media", jika laporan tersebut terbukti benar.
Federasi Pers Nasional Italia, bersama Federasi Jurnalis Internasional dan Eropa, juga mengecam pemecatan tersebut dan mengkritik Nova atas penyensoran.
Dewan Nasional Ordo Jurnalis menyatakan keterkejutannya dan menyerukan agar Nunziati segera dipekerjakan kembali, menekankan bahwa "peran jurnalis adalah mengajukan pertanyaan yang mungkin tidak nyaman atau tidak diinginkan."
Pemecatan Nunziati terjadi di tengah kekhawatiran atas terkikisnya kebebasan pers di Italia sejak 7 Oktober 2023. Italia turun tiga peringkat ke posisi ke-49 dalam indeks kebebasan pers tahun ini oleh Reporters Without Borders, di tengah skandal-skandal termasuk pengawasan terhadap jurnalis yang meliput ekstremisme sayap kanan.
Investigasi oleh The Guardian mengungkapkan bahwa direktur Fanpage, Francesco Cancellato, dimata-matai menggunakan spyware yang dipasok oleh Israel kepada badan-badan pemerintah setelah mengungkap perilaku fasis dan anti-semit dalam sayap pemuda sayap kanan Italia.
Pemerintah Italia saat ini, yang dipimpin oleh Giorgia Meloni, membantah terlibat dalam kasus ini.
(mas)