Suami dari Wanita Pertama China yang Dibekukan Temukan Pasangan Baru, Picu Kontroversi - SindoNews
3 min read
Suami dari Wanita Pertama China yang Dibekukan Temukan Pasangan Baru, Picu Kontroversi
Minggu, 16 November 2025 - 06:36 WIB
Seorang suami setuju membekukan istrinya yang menderita kanker sejak 2017 dan awalnya komitmen setia. Namun, sekarang dia memulai hubungan baru dengan perempuan lain. Foto/infzm.com via SCMP
A
A
A
BEIJING - Suami dari wanita pertama China yang dibekukan secara kriogenik (cryogenically)—yang menderita kanker paru-paru—telah memicu perdebatan moral. Musababnya, dia memulai hubungan baru dengan perempuan lain sementara istrinya terbaring di ruang pendingin.
Gui Junmin (57), seorang profesional industri olahraga, memutuskan untuk membekukan istrinya, Zhan Wenlian, pada tahun 2017 setelah dokter memvonisnya hanya beberapa bulan untuk hidup.
Dia memandang hal itu sebagai satu-satunya cara untuk menghindari kehilangan istrinya, dengan harapan istrinya akan siuman jika obat kanker ditemukan.
Baca Juga: Mobil China Ini Mencoba Mendaki 'Tangga Surga' 300 Meter, tapi Gagal Total
Zhan (48) menjadi orang pertama di China yang diawetkan secara kriogenik setelah suaminya menandatangani perjanjian 30 tahun dengan Shandong Yinfeng Life Science Research Institute (Institut Penelitian Ilmu Hayati Yinfeng Shandong).
Lembaga yang didirikan pada tahun 2015 ini pada saat itu bermitra dengan Rumah Sakit Qilu Universitas Shandong untuk melakukan uji coba kriopreservasi eksperimental pada manusia, dengan menawarkan prosedur gratis kepada para relawan awal.
Dalam dua tahun setelah prosedur tersebut, Gui berkomitmen penuh untuk tetap melajang sebagai bentuk kesetiaan pada sang istri.
Namun pada tahun 2020, dia mengalami serangan asam urat yang parah pada suatu pagi dan ponselnya tidak dapat dihubungi. Dia terbaring tak berdaya selama dua hari hingga kerabatnya mendobrak pintu dan menemukannya.
“Jika sesuatu benar-benar terjadi pada seseorang saat mereka sendirian, mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Anda bisa meninggal di rumah dan tidak seorang pun akan tahu,” ujarnya kepada Southern Weekly, yang dikutip South China Morning Post, Minggu (16/11/2025).
Kemudian, dia diperkenalkan kepada pasangan barunya saat ini, Wang Chunxia, melalui seorang teman bersama.
Saat itu, Wang bekerja di bagian penjualan asuransi dan awalnya menganggap Gui sebagai klien kelas atas. Akhirnya, dia menjadi mitranya.
Gui menggambarkan Wang sebagai sosok yang baik dan sederhana, seperti istrinya, dan mengatakan dia menghargai ketulusan dan sifatnya yang terus terang.
Wang merawatnya dengan penuh perhatian, membawakannya teh, mengingatkannya untuk minum obat, dan dengan sabar terus merawatnya.
Namun, Gui merasa ada kesenjangan dalam pengalaman hidup dan status keuangan mereka.
Dia mengakui bahwa pilihannya untuk bersama Wang bersifat "utilitarian".
“Dia belum masuk ke dalam hati saya. Saya merasa bertanggung jawab terhadapnya, tapi ini masalah yang rumit,” ujarnya.
“Dia tidak akan pernah bisa menggantikan istri saya. Saya tidak bisa melupakan masa lalu, tapi saya tetap harus melanjutkan hidup,” imbuh dia.
Gui menganggap dirinya sebagai orang yang sering bepergian, stabil secara finansial, dan bergaul dalam lingkungan sosial yang terhormat.
Sedangkan Wang berasal dari pedesaan, putus sekolah saat kelas tujuh. Dia pernah bekerja di pabrik, sebagai pelayan, dan kemudian mengelola salon rambut.
Gui bergulat dengan pertanyaan yang lebih mendalam: jika dia menikahi Wang, bisakah itu dianggap bigami di masa depan? Jika Zhan "dihidupkan kembali", bagaimana aset mereka seharusnya ditangani?
Meskipun Gui bersikeras Zhan tak tergantikan, dia tidak bisa lagi hidup tanpa Wang.
Setelah menjalani operasi stent koroner, dia menjadi goyah dan sekarang membutuhkan bantuan Wang untuk menyeberang jalan.
Kisah Gui ini telah memicu gelombang kontroversi daring.
Seorang pengguna media sosial berkomentar: "Sekarang dia memeluk seorang wanita sambil berharap untuk bersatu kembali dengan wanita lain dalam 30 tahun. Apa ini: poligami emosional?"
Pengguna media sosial lainnya berkomentar: "Gui mungkin tampak sangat berbakti, tetapi sebenarnya, ini adalah pelepasan emosi. Apa yang disebut cintanya kepada Zhan lebih seperti obsesi untuk memainkan peran sebagai 'suami yang berduka'. Lihat saja betapa dingin dan jauhnya dia terlihat dengan pasangannya saat ini."
"Jika demikian, mengapa memulai hubungan baru? Jika ya, mengapa tidak memperlakukan pasangan baru Anda dengan kasih sayang yang tulus? Apa yang disebut pengabdian seperti ini tidak mulia; itu egois."
Gui Junmin (57), seorang profesional industri olahraga, memutuskan untuk membekukan istrinya, Zhan Wenlian, pada tahun 2017 setelah dokter memvonisnya hanya beberapa bulan untuk hidup.
Dia memandang hal itu sebagai satu-satunya cara untuk menghindari kehilangan istrinya, dengan harapan istrinya akan siuman jika obat kanker ditemukan.
Baca Juga: Mobil China Ini Mencoba Mendaki 'Tangga Surga' 300 Meter, tapi Gagal Total
Zhan (48) menjadi orang pertama di China yang diawetkan secara kriogenik setelah suaminya menandatangani perjanjian 30 tahun dengan Shandong Yinfeng Life Science Research Institute (Institut Penelitian Ilmu Hayati Yinfeng Shandong).
Lembaga yang didirikan pada tahun 2015 ini pada saat itu bermitra dengan Rumah Sakit Qilu Universitas Shandong untuk melakukan uji coba kriopreservasi eksperimental pada manusia, dengan menawarkan prosedur gratis kepada para relawan awal.
Dalam dua tahun setelah prosedur tersebut, Gui berkomitmen penuh untuk tetap melajang sebagai bentuk kesetiaan pada sang istri.
Namun pada tahun 2020, dia mengalami serangan asam urat yang parah pada suatu pagi dan ponselnya tidak dapat dihubungi. Dia terbaring tak berdaya selama dua hari hingga kerabatnya mendobrak pintu dan menemukannya.
“Jika sesuatu benar-benar terjadi pada seseorang saat mereka sendirian, mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Anda bisa meninggal di rumah dan tidak seorang pun akan tahu,” ujarnya kepada Southern Weekly, yang dikutip South China Morning Post, Minggu (16/11/2025).
Kemudian, dia diperkenalkan kepada pasangan barunya saat ini, Wang Chunxia, melalui seorang teman bersama.
Saat itu, Wang bekerja di bagian penjualan asuransi dan awalnya menganggap Gui sebagai klien kelas atas. Akhirnya, dia menjadi mitranya.
Gui menggambarkan Wang sebagai sosok yang baik dan sederhana, seperti istrinya, dan mengatakan dia menghargai ketulusan dan sifatnya yang terus terang.
Wang merawatnya dengan penuh perhatian, membawakannya teh, mengingatkannya untuk minum obat, dan dengan sabar terus merawatnya.
Namun, Gui merasa ada kesenjangan dalam pengalaman hidup dan status keuangan mereka.
Dia mengakui bahwa pilihannya untuk bersama Wang bersifat "utilitarian".
“Dia belum masuk ke dalam hati saya. Saya merasa bertanggung jawab terhadapnya, tapi ini masalah yang rumit,” ujarnya.
“Dia tidak akan pernah bisa menggantikan istri saya. Saya tidak bisa melupakan masa lalu, tapi saya tetap harus melanjutkan hidup,” imbuh dia.
Gui menganggap dirinya sebagai orang yang sering bepergian, stabil secara finansial, dan bergaul dalam lingkungan sosial yang terhormat.
Sedangkan Wang berasal dari pedesaan, putus sekolah saat kelas tujuh. Dia pernah bekerja di pabrik, sebagai pelayan, dan kemudian mengelola salon rambut.
Gui bergulat dengan pertanyaan yang lebih mendalam: jika dia menikahi Wang, bisakah itu dianggap bigami di masa depan? Jika Zhan "dihidupkan kembali", bagaimana aset mereka seharusnya ditangani?
Meskipun Gui bersikeras Zhan tak tergantikan, dia tidak bisa lagi hidup tanpa Wang.
Setelah menjalani operasi stent koroner, dia menjadi goyah dan sekarang membutuhkan bantuan Wang untuk menyeberang jalan.
Kisah Gui ini telah memicu gelombang kontroversi daring.
Seorang pengguna media sosial berkomentar: "Sekarang dia memeluk seorang wanita sambil berharap untuk bersatu kembali dengan wanita lain dalam 30 tahun. Apa ini: poligami emosional?"
Pengguna media sosial lainnya berkomentar: "Gui mungkin tampak sangat berbakti, tetapi sebenarnya, ini adalah pelepasan emosi. Apa yang disebut cintanya kepada Zhan lebih seperti obsesi untuk memainkan peran sebagai 'suami yang berduka'. Lihat saja betapa dingin dan jauhnya dia terlihat dengan pasangannya saat ini."
"Jika demikian, mengapa memulai hubungan baru? Jika ya, mengapa tidak memperlakukan pasangan baru Anda dengan kasih sayang yang tulus? Apa yang disebut pengabdian seperti ini tidak mulia; itu egois."
(mas)