Terungkap, AS Batal Kirim Rudal Canggih Tomahawk ke Ukraina karena Ditekan Rusia - SindoNews
3 min read
Terungkap, AS Batal Kirim Rudal Canggih Tomahawk ke Ukraina karena Ditekan Rusia
Kamis, 27 November 2025 - 11:53 WIB
Bocoran telepon AS-Rusia mengungkap bahwa Presiden Donald Trump batal kirim rudal Tomahawk ke Ukraina karena ditekan Presiden Vladimir Putin. Foto/Britannica
A
A
A
MOSKOW - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memutuskan untuk tidak mengirim rudal jarak jauh Tomahawk ke Ukraina setelah panggilan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada bulan Oktober. Demikian diungkap The Wall Street Journal (WSJ), mengutip para pejabat Amerika.
Meskipun Trump sebelumnya telah menyuarakan kekhawatiran tentang menipisnya persediaan rudal Tomahawk AS, percakapan dengan Putin meyakinkannya untuk secara definitif menahan senjata tersebut. Panggilan telepon tersebut terjadi pada 16 Oktober —satu hari sebelum kunjungan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ke Gedung Putih.
Transkrip panggilan telepon pada 14 Oktober antara utusan khusus Trump; Steve Witkoff, dan ajudan Putin; Yuri Ushakov, yang dipublikasikan oleh Bloomberg, menunjukkan bahwa keduanya mengatur percakapan kedua pemimpin. Dalam percakapan tersebut, Witkoff menyarankan agar Putin menelepon Trump sesaat sebelum kedatangan Zelensky.
Baca Juga: Trump Marahi Zelensky Lagi: Tak Ada Rasa Terima Kasih atas Bantuan AS
Zelensky pergi ke Washington, berharap Trump akan menyetujui pengiriman rudal canggih tersebut, tetapi upaya tersebut gagal.
“Saya [sarankan] telepon dan tegaskan kembali bahwa Anda memberi selamat kepada presiden [Trump] atas pencapaian ini, bahwa Anda mendukungnya, Anda mendukungnya, bahwa Anda menghormati bahwa dia adalah seorang yang cinta damai dan Anda sangat senang telah menyaksikannya. Jadi, saya akan mengatakan itu,” saran Witkoff kepada Putin melalui Ushakov.
“Saya pikir dari situ, ini akan menjadi panggilan telepon yang sangat bagus," lanjut Witkoff.
Ushakov menjawab: “Baiklah, temanku. Saya rasa poin itu bisa dibahas oleh para pemimpin kita. Hei Steve, saya setuju dengan Anda bahwa dia akan memberi selamat, dia akan mengatakan bahwa Trump adalah pejuang perdamaian sejati, dan sebagainya. Itu yang akan dia katakan.”
Sebuah pernyataan dari panggilan telepon 16 Oktober dari Rusia menyatakan bahwa Putin memang memberi selamat kepada Trump atas "upaya suksesnya" di Gaza dan mengatakan bahwa upaya perdamaian Trump telah diapresiasi di seluruh dunia.
Putin kemudian memperingatkan Trump bahwa mempersenjatai Ukraina dengan rudal Tomahawk akan menimbulkan kerusakan substansial pada hubungan kedua negara, belum lagi prospek penyelesaian damai, menurut keterangan resmi Rusia mengenai panggilan telepon tersebut.
Witkoff tidak meminta Kremlin untuk mengancam Trump—dan tidak menyebutkan rudal Tomahawk dalam percakapan tersebut, tetapi mengatakan dia yakin Rusia siap untuk mencapai kesepakatan damai.
Putin berhasil memanfaatkan panggilan telepon tersebut untuk berhasil membujuk Trump agar tidak mengirimkan senjata jarak jauh—setelah Witkoff melatih Ushakov tentang apa yang harus dikatakan Putin kepada presiden AS untuk meyakinkannya bahwa Rusia siap mengakhiri perangnya dengan Ukraina, meskipun Moskow enggan memberikan konsesi apa pun.
"Mungkin dia berkata kepada Presiden Trump: Anda tahu, Steve dan Yuri membahas rencana 20 poin yang sangat mirip tentang perdamaian dan itu bisa menjadi sesuatu yang kami pikir dapat sedikit menggerakkan situasi, kami terbuka untuk hal-hal semacam itu — untuk menjajaki apa yang diperlukan untuk mencapai kesepakatan damai," kata utusan Trump tersebut.
Menurut laporan WSJ, Kamis (27/11/2025), dalam panggilan telepon pada 16 Oktober, Putin menekan Trump dengan memperingatkan bahwa pengiriman rudal tersebut akan "memperburuk perang" dan merusak hubungan AS-Rusia.
Pada 7 November, Duta Besar AS untuk Ukraina, Olga Stefanishyna, mengatakan bahwa Kyiv dan Washington sedang mengadakan pembicaraan "positif" mengenai pembelian rudal Tomahawk dan senjata jarak jauh lainnya.
Sebelumnya, pada 3 November, Trump mengatakan bahwa dia tidak berencana untuk menyediakan rudal jelajah Tomahawk kepada Ukraina.
Zelensky telah berulang kali mengatakan bahwa Ukraina menginginkan rudal tersebut, yang memiliki jangkauan serang yang jauh dan dapat memperkuat pertahanan.
Setelah pertemuan Zelensky dengan Trump pada 17 Oktober, presiden AS tersebut dilaporkan menolak permintaan Ukraina. Zelensky mengatakan bahwa Trump tidak langsung setuju maupun menolak, dan isu senjata jarak jauh tidak akan lagi dibahas secara publik.
Trump menyebut penyediaan rudal Tomahawk sebagai "masalah", dan menyatakan bahwa pasukan Ukraina akan membutuhkan waktu enam hingga 12 bulan untuk berlatih menggunakannya.
Meskipun Trump sebelumnya telah menyuarakan kekhawatiran tentang menipisnya persediaan rudal Tomahawk AS, percakapan dengan Putin meyakinkannya untuk secara definitif menahan senjata tersebut. Panggilan telepon tersebut terjadi pada 16 Oktober —satu hari sebelum kunjungan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ke Gedung Putih.
Transkrip panggilan telepon pada 14 Oktober antara utusan khusus Trump; Steve Witkoff, dan ajudan Putin; Yuri Ushakov, yang dipublikasikan oleh Bloomberg, menunjukkan bahwa keduanya mengatur percakapan kedua pemimpin. Dalam percakapan tersebut, Witkoff menyarankan agar Putin menelepon Trump sesaat sebelum kedatangan Zelensky.
Baca Juga: Trump Marahi Zelensky Lagi: Tak Ada Rasa Terima Kasih atas Bantuan AS
Zelensky pergi ke Washington, berharap Trump akan menyetujui pengiriman rudal canggih tersebut, tetapi upaya tersebut gagal.
“Saya [sarankan] telepon dan tegaskan kembali bahwa Anda memberi selamat kepada presiden [Trump] atas pencapaian ini, bahwa Anda mendukungnya, Anda mendukungnya, bahwa Anda menghormati bahwa dia adalah seorang yang cinta damai dan Anda sangat senang telah menyaksikannya. Jadi, saya akan mengatakan itu,” saran Witkoff kepada Putin melalui Ushakov.
“Saya pikir dari situ, ini akan menjadi panggilan telepon yang sangat bagus," lanjut Witkoff.
Ushakov menjawab: “Baiklah, temanku. Saya rasa poin itu bisa dibahas oleh para pemimpin kita. Hei Steve, saya setuju dengan Anda bahwa dia akan memberi selamat, dia akan mengatakan bahwa Trump adalah pejuang perdamaian sejati, dan sebagainya. Itu yang akan dia katakan.”
Sebuah pernyataan dari panggilan telepon 16 Oktober dari Rusia menyatakan bahwa Putin memang memberi selamat kepada Trump atas "upaya suksesnya" di Gaza dan mengatakan bahwa upaya perdamaian Trump telah diapresiasi di seluruh dunia.
Putin kemudian memperingatkan Trump bahwa mempersenjatai Ukraina dengan rudal Tomahawk akan menimbulkan kerusakan substansial pada hubungan kedua negara, belum lagi prospek penyelesaian damai, menurut keterangan resmi Rusia mengenai panggilan telepon tersebut.
Witkoff tidak meminta Kremlin untuk mengancam Trump—dan tidak menyebutkan rudal Tomahawk dalam percakapan tersebut, tetapi mengatakan dia yakin Rusia siap untuk mencapai kesepakatan damai.
Putin berhasil memanfaatkan panggilan telepon tersebut untuk berhasil membujuk Trump agar tidak mengirimkan senjata jarak jauh—setelah Witkoff melatih Ushakov tentang apa yang harus dikatakan Putin kepada presiden AS untuk meyakinkannya bahwa Rusia siap mengakhiri perangnya dengan Ukraina, meskipun Moskow enggan memberikan konsesi apa pun.
"Mungkin dia berkata kepada Presiden Trump: Anda tahu, Steve dan Yuri membahas rencana 20 poin yang sangat mirip tentang perdamaian dan itu bisa menjadi sesuatu yang kami pikir dapat sedikit menggerakkan situasi, kami terbuka untuk hal-hal semacam itu — untuk menjajaki apa yang diperlukan untuk mencapai kesepakatan damai," kata utusan Trump tersebut.
Menurut laporan WSJ, Kamis (27/11/2025), dalam panggilan telepon pada 16 Oktober, Putin menekan Trump dengan memperingatkan bahwa pengiriman rudal tersebut akan "memperburuk perang" dan merusak hubungan AS-Rusia.
Pada 7 November, Duta Besar AS untuk Ukraina, Olga Stefanishyna, mengatakan bahwa Kyiv dan Washington sedang mengadakan pembicaraan "positif" mengenai pembelian rudal Tomahawk dan senjata jarak jauh lainnya.
Sebelumnya, pada 3 November, Trump mengatakan bahwa dia tidak berencana untuk menyediakan rudal jelajah Tomahawk kepada Ukraina.
Zelensky telah berulang kali mengatakan bahwa Ukraina menginginkan rudal tersebut, yang memiliki jangkauan serang yang jauh dan dapat memperkuat pertahanan.
Setelah pertemuan Zelensky dengan Trump pada 17 Oktober, presiden AS tersebut dilaporkan menolak permintaan Ukraina. Zelensky mengatakan bahwa Trump tidak langsung setuju maupun menolak, dan isu senjata jarak jauh tidak akan lagi dibahas secara publik.
Trump menyebut penyediaan rudal Tomahawk sebagai "masalah", dan menyatakan bahwa pasukan Ukraina akan membutuhkan waktu enam hingga 12 bulan untuk berlatih menggunakannya.
(mas)