Trump Marahi Zelensky Lagi: Tak Ada Rasa Terima Kasih atas Bantuan AS - SindoNews
2 min read
Trump Marahi Zelensky Lagi: Tak Ada Rasa Terima Kasih atas Bantuan AS
Senin, 24 November 2025 - 11:03 WIB
Presiden AS Donald Trump memarahi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky via media sosial, yang menurutnya tidak menunjukkan terima kasih atas upaya AS akhiri perang Rusia-Ukraina. Foto/White House
A
A
A
KYIV - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali memarahi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang menurutnya tidak menunjukkan rasa terima kasih atas upaya Amerika untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina. Ini menjadi yang kedua kalinya pemimpin Ukraina itu jadi sasaran kemarahan Trump setelah insiden di Gedung Putih Februari lalu.
Trump menulis di Truth Social tentang kekesalannya kepada Zelensky. "Saya mewarisi perang yang seharusnya tidak pernah terjadi, perang yang merugikan semua orang, terutama jutaan orang yang telah mati dengan sengaja," bunyi unggahan Trump, yang versi aslinya bertuliskan huruf kapital seperti gaya khasnya.
"Kepemimpinan Ukraina tidak menunjukkan rasa terima kasih atas upaya kami, dan Eropa terus membeli minyak dari Rusia," lanjut unggahan Trump.
Baca Juga: Menlu AS Disebut Keceplosan Proposal 28 Poin Perdamaian Ukraina Adalah Pesanan Rusia
"AS terus menjual senjata dalam jumlah besar kepada NATO, untuk didistribusikan ke Ukraina (Joe yang takut memberikan semuanya, gratis, gratis, gratis, termasuk uang 'besar'!). Tuhan memberkati semua nyawa yang telah hilang dalam bencana kemanusiaan ini!" imbuh unggahan Trump.
Tak lama kemudian, Zelensky menulis di X untuk berterima kasih kepada Trump atas segalanya yang telah dia lakukan untuk Ukraina.
"Kepemimpinan Amerika Serikat itu penting, kami berterima kasih atas semua yang telah dilakukan Amerika dan Presiden Trump untuk keamanan, dan kami terus bekerja sekonstruktif mungkin," tulisnya, seperti dikutip AFP, Senin (24/11/2025).
Di Jenewa, para pejabat tinggi AS dan Ukraina sibuk membuat perubahan pada rancangan proposal perdamaian berisi 28 poin, di mana Ukraina mengatakan versi terbaru memuat beberapa poin pembicaraan Kyiv-Washington.
"Versi dokumen saat ini, meskipun masih dalam tahap akhir persetujuan, sudah mencerminkan sebagian besar prioritas utama Ukraina," ujar negosiator Rustem Umerov, yang juga sekretaris dewan keamanan Ukraina.
Dokumen awal AS mengindahkan beberapa tuntutan garis keras Moskow, yang mengharuskan negara yang diinvasi untuk menyerahkan wilayah, memangkas militernya, dan berjanji untuk tidak pernah bergabung dengan NATO. Dokumen itu juga memberikan beberapa jaminan keamanan yang samar dan penggunaan aset Rusia yang dibekukan untuk membangun kembali Ukraina yang dilanda perang.
Trump telah memberi Ukraina waktu hingga 27 November, saat AS merayakan Thanksgiving, untuk menyetujuinya, tetapi juga mengisyaratkan kemungkinan adanya fleksibilitas terkait tenggat waktu tersebut.
Sejak awal masa jabatan keduanya, posisi Presiden Trump terkait perang Rusia-Ukraina telah berubah drastis.
Presiden yang juga miliarder dari Partai Republik ini, yang awalnya berjanji untuk mengakhiri perang dalam 24 jam, berubah dari mengagumi Presiden Rusia Putin dan menyebut Zelensky sebagai diktator, menjadi menjatuhkan sanksi berat kepada Moskow dan mengisyaratkan Ukraina akan mengambil kembali wilayahnya.
Trump menulis di Truth Social tentang kekesalannya kepada Zelensky. "Saya mewarisi perang yang seharusnya tidak pernah terjadi, perang yang merugikan semua orang, terutama jutaan orang yang telah mati dengan sengaja," bunyi unggahan Trump, yang versi aslinya bertuliskan huruf kapital seperti gaya khasnya.
"Kepemimpinan Ukraina tidak menunjukkan rasa terima kasih atas upaya kami, dan Eropa terus membeli minyak dari Rusia," lanjut unggahan Trump.
Baca Juga: Menlu AS Disebut Keceplosan Proposal 28 Poin Perdamaian Ukraina Adalah Pesanan Rusia
"AS terus menjual senjata dalam jumlah besar kepada NATO, untuk didistribusikan ke Ukraina (Joe yang takut memberikan semuanya, gratis, gratis, gratis, termasuk uang 'besar'!). Tuhan memberkati semua nyawa yang telah hilang dalam bencana kemanusiaan ini!" imbuh unggahan Trump.
Tak lama kemudian, Zelensky menulis di X untuk berterima kasih kepada Trump atas segalanya yang telah dia lakukan untuk Ukraina.
"Kepemimpinan Amerika Serikat itu penting, kami berterima kasih atas semua yang telah dilakukan Amerika dan Presiden Trump untuk keamanan, dan kami terus bekerja sekonstruktif mungkin," tulisnya, seperti dikutip AFP, Senin (24/11/2025).
Di Jenewa, para pejabat tinggi AS dan Ukraina sibuk membuat perubahan pada rancangan proposal perdamaian berisi 28 poin, di mana Ukraina mengatakan versi terbaru memuat beberapa poin pembicaraan Kyiv-Washington.
"Versi dokumen saat ini, meskipun masih dalam tahap akhir persetujuan, sudah mencerminkan sebagian besar prioritas utama Ukraina," ujar negosiator Rustem Umerov, yang juga sekretaris dewan keamanan Ukraina.
Dokumen awal AS mengindahkan beberapa tuntutan garis keras Moskow, yang mengharuskan negara yang diinvasi untuk menyerahkan wilayah, memangkas militernya, dan berjanji untuk tidak pernah bergabung dengan NATO. Dokumen itu juga memberikan beberapa jaminan keamanan yang samar dan penggunaan aset Rusia yang dibekukan untuk membangun kembali Ukraina yang dilanda perang.
Trump telah memberi Ukraina waktu hingga 27 November, saat AS merayakan Thanksgiving, untuk menyetujuinya, tetapi juga mengisyaratkan kemungkinan adanya fleksibilitas terkait tenggat waktu tersebut.
Sejak awal masa jabatan keduanya, posisi Presiden Trump terkait perang Rusia-Ukraina telah berubah drastis.
Presiden yang juga miliarder dari Partai Republik ini, yang awalnya berjanji untuk mengakhiri perang dalam 24 jam, berubah dari mengagumi Presiden Rusia Putin dan menyebut Zelensky sebagai diktator, menjadi menjatuhkan sanksi berat kepada Moskow dan mengisyaratkan Ukraina akan mengambil kembali wilayahnya.
(mas)