31 Rumah Sakit dan 156 Puskesmas Terdampak Bencana, Wamenkes Sebut Kondisi Terparah di Langkat Sumut - Tribunnews
31 Rumah Sakit dan 156 Puskesmas Terdampak Bencana, Wamenkes Sebut Kondisi Terparah di Langkat Sumut - Tribunnews.com
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/tribunnews/foto/bank/originals/Kerusakan-di-Tapanuli-Tengah-Akibat-Banjir-dan-Longsor_20251205_053259.jpg)
Ringkasan Berita:
- Data per 4 Desember 2025 mencatat 31 rumah sakit dan 156 puskesmas terdampak
- Wamenkes menyoroti kondisi paling berat di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Kesehatan memastikan pemulihan layanan kesehatan pascabencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat terus dipercepat.
Fokus utama diarahkan pada pembukaan kembali fasilitas kesehatan terdampak, penjangkauan wilayah terisolasi, serta distribusi logistik medis lintas moda.
Wakil Menteri Kesehatan RI dr. Benyamin Paulus Octavianus menjelaskan bahwa peninjauan lapangan telah dilakukan sejak Selasa (3/12/2035), melanjutkan kerja tim Pusat Krisis Kesehatan yang lebih dulu berada di lokasi.
Data per 4 Desember 2025 mencatat 31 rumah sakit dan 156 puskesmas terdampak, dengan Aceh sebagai wilayah paling terdampak.
Di Aceh, 13 rumah sakit dan 122 puskesmas mengalami dampak.
Sebanyak 3 rumah sakit dan 55 puskesmas kini kembali beroperasi, sementara 10 rumah sakit dan 65 puskesmas belum dapat melayani pasien.
Enam di antaranya mengalami kerusakan berat.
Di Sumatera Utara, 18 rumah sakit dan 25 puskesmas terdampak, dengan 15 rumah sakit dan seluruh 25 puskesmas sudah kembali buka.
Tiga rumah sakit masih belum dapat beroperasi.
Sementara itu, seluruh fasilitas kesehatan di Sumatera Barat telah kembali normal.
Wamenkes menyoroti kondisi paling berat di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, yang masih terendam banjir hingga sembilan hari. Seluruh peralatan medis di lantai satu rumah sakit rusak total.
“Kami bersyukur ada rumah sakit swasta di dataran lebih tinggi dan tidak terdampak, sehingga pasien dapat dialihkan ke RS Putri Bidadari,” ungkap dr. Benny.
Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan, Sumarjaya, memastikan semua wilayah terdampak kini sudah terjangkau melalui jalur laut, udara, dan darat.
Jalur laut digunakan untuk pengiriman logistik dan tenaga kesehatan, jalur udara untuk menjangkau daerah terisolasi, sementara akses darat mulai terbuka seiring surutnya banjir.
Akses layanan di Aceh Tamiang yang sempat terputus kini juga telah dibuka kembali.
Tim Kemenkes bergerak pagi hari membawa tenaga medis dan dua kendaraan logistik setelah menerima laporan warga.
“Sejak kemarin, daerah-daerah yang sebelumnya belum tersentuh kini sudah terlayani, baik melalui udara maupun jalur yang baru terbuka,” jelasnya.
Kemenkes terus mengoordinasikan distribusi obat-obatan, layanan darurat, hingga pembersihan fasilitas dengan dinas kesehatan daerah.
Penguatan layanan dilakukan dengan bantuan tenaga kesehatan dari RSUD, relawan, serta tim dari Jawa Timur dan RSCM yang menjalankan pelayanan kesehatan bergerak dan membersihkan fasilitas yang terdampak lumpur serta banjir.
Pemulihan di tiga provinsi berlangsung dengan dinamika berbeda.
Di Aceh, sebagian besar fasilitas hanya terdampak lumpur sehingga proses pembersihan lebih cepat.
Di Langkat dan Medan, banjir masih tinggi sehingga layanan belum dapat kembali dibuka.
Sementara itu, pemulihan di Sumatera Barat berjalan lebih gesit karena air cepat surut dan tidak ada infrastruktur kesehatan yang mengalami kerusakan berat.