Kabasarnas soal Penanganan Bencana di Sumatra: Tim SAR Ekstra Kelelahan - Tribunnews
Kabasarnas soal Penanganan Bencana di Sumatra: Tim SAR Ekstra Kelelahan - Tribunnews.com
Ringkasan Berita:
TRIBUNNEWS.COM - Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii mengungkapkan tantangan dalam melakukan operasi pencarian dan pertolongan terkait bencana yang melanda 3 provinsi di Sumatra, yakni Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara.
Syafii menyatakan, banjir bandang dan longsor membuat tim SAR harus bekerja ekstra melakukan evakuasi.
Ia menyebut, wilayah terdampak bencana tersebar di banyak titik.
Hal itu disampaikan Kabasarnas dalam Rapat Kerja dengan Komisi V DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (1/12/2025).
"Karena secara spesifik kami sampaikan bahwa kondisi bencana yang terjadi ini sebenarnya diawali dari hidrometeorologi ini sebenarnya memerlukan effort atau tenaga yang agak ekstra."
"Di mana tidak seperti kalau misalkan kita mengalami kedaruratan di gedung atau di titik khusus. Misalkan longsor di satu titik," ujar Syafii.
Menurutnya, anggota SAR sudah kelelahan pada hari ketiga pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan.

"Namun pada saat bencana banjir kemudian diikuti banjir bandang, lumpur, longsor. "
"Jadi anggota SAR mengalami tantangan tersendiri. Pada saat mereka disebar dalam satu titik, mereka harus berjalan di situasi kondisi terisolir, tidak bisa komunikasi."
"Dan di situ sehingga memungkinkan bahwa pada saat 3 hari mereka sebenarnya sudah mengalami ekstra kelelahan," ujarnya.
Oleh sebab itu, pihaknya menambah kekuatan dengan mengirimkan Kapal Ganesha untuk membawa logistik bantuan.
"Jadi ini yang terjadi sehingga kami menambah kekuatan dengan Kapal Ganesha yang kami kirim ke sana dengan membawa logistik bantuan," ucapnya.
Syafii menyebut, jumlah warga yang terdampak bencana di tiga provinsi di Sumatra mencapai 33.620 orang.
“Secara umum kami sampaikan bahwa update hari ini bahwa operasi yang dilaksanakan oleh Badan SAR Nasional selaku leading sector terhadap tindakan kedaruratan operasi SAR."
"Kami laporkan bahwa jumlah warga yang terdampak dari bencana yang ada di Aceh, Sumatra Barat, dan juga Sumatra Utara mencapai 33.620,” kata Syafii.
Dari jumlah tersebut, Basarnas telah mengevakuasi 447 korban dalam kondisi meninggal dunia.
Sementara 399 orang masih dilaporkan hilang dan terus dalam proses pencarian.
“Dari jumlah yang terdampak, kami telah mengevakuasi 447 jiwa dalam kondisi meninggal dan yang terlaporkan masih dalam pencarian 399 jiwa,” ucapnya.
Kemudian, jumlah korban selamat yang berhasil dievakuasi mencapai 33.173 orang.
Syafii mengatakan hal ini merupakan hasil kerja sama tim Basarnas dengan seluruh potensi SAR di wilayah terdampak.
“Untuk jumlah korban selamat yang dievakuasi oleh Badan SAR Nasional dan juga beserta seluruh potensi SAR yang terdata ada 33.173,” pungkasnya.
Usulan Penetapan Status Bencana Nasional
Terpisah, Ketua MPR RI Ahmad Muzani menanggapi usulan untuk menetapkan bencana banjir bandang di sejumlah wilayah Sumatra sebagai bencana nasional.
Ia menegaskan keputusan tersebut merupakan kewenangan penuh Presiden Prabowo Subianto.
Muzani menyebut pemerintah daerah dan pemerintah provinsi hingga kini masih menunjukkan kemampuan menangani situasi secara bersinergi.
"Kalau lihat dari kemampuan pemerintah daerah, pemerintah provinsi yang bersinergi, saya kira ini hari ke berapa sudah bisa ditangani," kata Muzani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin.
Meski demikian, ia menekankan bahwa langkah penetapan status bencana nasional tetap bergantung pada keputusan Kepala Negara.
"Tapi semua itu akan bergantung kepada keputusan presiden karena penetapan bencana nasional sepenuhnya menjadi kewenangan presiden melalui keputusan presiden," ujarnya.
Muzani juga menyampaikan bahwa Presiden Prabowo Subianto hari ini meninjau wilayah terdampak bencana di Sumatra.
"Tapi saya lihat presiden hari ini sedang berada di Sumatra Utara dan jam ini sedang ada di Aceh. Beliau pasti lihat langsung keadaan ini. Mudah-mudahan semuanya bisa segera ditangani,” ucapnya.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menyebutkan penanganan bencana banjir dan longsor yang melanda kawasan Aceh serta sejumlah kawasan di Sumatra sudah diberlakukan layaknya bencana nasional.
Meski begitu, sepanjang yang ia tahu, status bencana itu tidak naik ke level nasional.
“Kemudian kalau untuk penetapan bencana nasional sementara belum setahu saya mohon maaf, kalau saya nanti mau dikoreksi. Tapi perlakuannya adalah perlakuan nasional,” kata Tito di Kantor Kemendagri, Jakarta.
(Tribunnews.com/Deni/Chaerul)