Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Bencana Featured Lintas Peristiwa Spesial Sumatera

    Kerugian Bencana di Sumbar Capai Rp2,55 Triliun, Agam Daerah Terdampak Paling Parah - NU Online

    4 min read

     

    Kerugian Bencana di Sumbar Capai Rp2,55 Triliun, Agam Daerah Terdampak Paling Parah

    NU Online  ·  Kamis, 11 Desember 2025 | 15:00 WIB

    Sejumlah rumah warga porak-poranda diterjang banjir bandang di Kabupaten Agam, Sumatra Barat. (Foto: dok PCNU Agam)

    Rikhul Jannah

    Jakarta, NU Online

    Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatra Barat (Sumbar) mencatat kerugian sementara akibat banjir bandang dan tanah longsor yang melanda akhir November 2025 mencapai Rp2,55 triliun.

    Hingga Selasa (9/11/2025) pukul 20.00 WIB, Kabupaten Agam menjadi wilayah dengan dampak paling parah, dengan 183 jiwa meninggal dunia, 60 orang masih hilang, dan sekitar 5.300 warga mengungsi.


    Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Agam, Akmal Hadi, menjelaskan bahwa dari 16 kecamatan di wilayahnya, empat kecamatan mengalami kerusakan terberat.

    Baca Juga

    Akses Darat Lumpuh, PCNU Agam Gunakan Kapal untuk Salurkan Bantuan ke Warga


    “Ada Kecamatan Palembayan, Tanjung Raya, Matur, dan Malalak. Untuk Tanjung Raya dan Malalak, banyak akses yang terputus,” ujarnya kepada NU Online, Kamis (11/12/2025).


    Menurutnya, kerusakan infrastruktur terjadi secara masif, meliputi jalan, jembatan, jaringan listrik, hingga bangunan rumah warga. Keterbatasan tenaga di lapangan membuat pembukaan akses jalan baru berlangsung lambat.


    “Jembatan banyak yang rusak. Aliran banjir bandang meluluhlantakkan fasilitas infrastruktur jalan. Kondisinya cukup berat. Di Kecamatan Malalak bahkan putus total. Dari arah Bukittinggi ke Malalak putus total dan sampai hari ini belum terjamah,” jelasnya.


    Ia menambahkan, jarak tempuh yang biasanya hanya 1,5 jam kini melonjak drastis. “Dari Malalak ke Palembayan sekarang 4,5 jam pakai motor dan sembilan jam pakai mobil karena harus memutar jauh dan aksesnya sempit, sehingga harus lewat satu-satu,” katanya.


    Akmal juga menuturkan bahwa banjir bandang membawa material kayu berukuran besar yang diduga berasal dari luar wilayah Agam. “Kalau di daerah Agam itu tidak ada penebangan. Ada kayu dari longsor, tapi kayu gelondongan itu terbawa arus banjir,” tegasnya.

    Baca Juga

    Rumah Hancur dan Akses Terisolasi, Warga Tapanuli Selatan Menanti Bantuan Pemulihan


    Pada sisi lain, suplai listrik belum sepenuhnya pulih. PLN baru berhasil menyalakan listrik di beberapa kecamatan, sementara wilayah lainnya masih bergantung pada genset yang disediakan relawan. “Listrik dan jaringan internet baru aktif tiga hari ini. Internet dari pusat, pakai Starlink,” ucapnya.


    Ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) juga menjadi kendala serius. “Masih sulit, untuk menyalakan genset harus menunggu relawan membawa BBM,” katanya.


    Meski BBM tersedia di Agam, antrean di SPBU mengular panjang. “Antreannya panjang, bahkan sampai satu kilometer. Sejauh ini tidak dibatasi, tapi memang sangat ramai,” ujar Akmal.


    ============

    Para dermawan bisa donasi lewat NU Online Super App dengan mengklik banner "Darurat Bencana" yang ada di halaman Beranda atau via web filantropi di tautan berikut: filantropi.nu.or.id

    Komentar
    Additional JS