Otak di Balik Perusakan Kebun Teh PTPN Malabar Dikantongi Polisi, Dedi Mulyadi: Segera Ditahan - Tribunjabar
Otak di Balik Perusakan Kebun Teh PTPN Malabar Dikantongi Polisi, Dedi Mulyadi: Segera Ditahan - Tribunjabar.id
Penulis: Adi Ramadhan Pratama | Editor: Ravianto
Tribun Jabar/Adi Ramadhan Pratama
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Kasus perusakan massal tanaman teh seluas lebih dari 14,25 hektar di area Perkebunan PTPN 1 Regional 2 Malabar, Pangalengan, Kabupaten Bandung, memasuki babak baru.
Polresta Bandung mengumumkan bahwa kasus tersebut telah naik ke tahap penyidikan dan sejumlah nama pelaku di lapangan sudah teridentifikasi.
Namun, fokus utama penyelidikan saat ini adalah memburu otak intelektual atau dalang utama yang diduga mendanai dan membayar warga untuk merusak kebun teh tersebut.
Polisi bertekad mengungkap siapa aktor di balik pengerusakan yang berpotensi memicu bencana alam di Pangalengan.
Kapolresta Bandung, Kombes Pol Aldi Subartono, menyatakan bahwa pihaknya telah bergerak cepat dalam menangani kasus pengrusakan yang mencakup Blok Bojong Waru, Cipicung I, dan Cipicung II.
Total area yang dirusak mencapai 14,25 hektar.
"Kami sudah memeriksa beberapa saksi-saksi, sudah olah tempat kejadian perkara (TKP), dan sudah teridentifikasi orang-orang yang melakukan penebangan," ujar Kombes Pol Aldi Subartono pada Sabtu (29/11/2025).
Dalang Utama adalah Pemasok Dana

Kombes Aldi menegaskan bahwa pengejaran saat ini difokuskan pada sosok di balik layar.

Dalang utama ini diyakini sebagai pihak yang menyediakan dana kepada masyarakat sekitar untuk melakukan pengerusakan tanaman teh.
"Kami akan mengejar orang yang mendanai atau sebagai donatur, yang memberikan uang kepada masyarakat untuk melakukan penebangan atau pengerusakan terhadap pohon-pohon teh ini," tegasnya, berdasarkan keterangan saksi yang menyebut adanya pembayaran kepada para perusak.
Meskipun sudah mengantongi beberapa nama, Polresta Bandung belum bisa merinci jumlah tersangka yang akan ditetapkan, sebab penyelidikan masih berlanjut untuk menangkap donatur atau aktor intelektual.
Ancaman Bencana Alam
Selain kerugian materiel, Aldi Subartono menyoroti ancaman ekologis akibat perusakan ini.
Tanaman teh yang dirusak diketahui telah berusia sekitar 30 tahun dengan akar yang sangat kuat dan berfungsi penting sebagai penahan air saat hujan deras.
"Kita tahu ini tanamannya sudah 30 tahun, akarnya ini sudah sangat kuat. Sehingga kalau hujan deras, ini bisa menahan air."
"Nah, kalau nanti ini dialihkansikan, dibongkar, maka tidak menahan air hujan. Pangalengan bisa tenggelam," jelasnya.
Polresta Bandung berkomitmen untuk terus mengungkap kasus ini sesuai SOP yang berlaku demi mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.
Dedi Mulyadi: Pelaku Segera Ditahan
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyatakan pengungkapan kasus pengrusakan perkebunan teh di Pangalengan, Kabupaten Bandung, semakin mendekati titik terang.
Dalam waktu dekat, katanya, pihak kepolisian segera mengungkap pelaku pengrusakan ratusan hektare lahan perkebunan teh tersebut.
"Pangalengan kini mengalami perkembangan. Polda Jabar, Polresta Bandung, telah melakukan langkah penanganan. Dan mungkin dalam waktu tidak terlalu lama, pelaku dan otak pelakunya akan segera ditahan," kata Dedi Mulyadi melalui akun Instagram dan TikTok pribadinya, Minggu (30/11/2025).
Dalam kesempatan itu, ia pun menyentil jajaran PTPN atau PT Perkebunan Nusantara yang merupakan badan usaha milik negara (BUMN) di Indonesia yang bergerak di bidang pengelolaan, pengolahan, dan pemasaran hasil perkebunan.
"Selanjutnya, saya meminta kepada jajaran PTPN, hentikan berbagai kegiatan yang mengalih fungsikan lahan, menyewakan areal PTPN ke berbagai pihak yang peruntukannya bukan untuk kepentingan perkebunan," katanya.
Dedi Mulyadi mengatakan langkah-langkah itulah yang memicu para pihak memanfaatkan areal-areal PTPN untuk diubah peruntukannya menjadi kepentingan-kepentingan lain.
"Kalau menjadi pimpinan PTPN, jajaran direksi PTPN, maka usahanya di bidang perkebunan, bukan di bidang properti, bukan di bidang-bidang lainnya yang bertentangan dengan prinsip-prinsip pengelolaan lahan." katanya.
Ia mengatakan PTPN harus menjadikan kembali areal-areal perkebunan teh dan karet, menjadi perkebunan teh dan karet. Jangan pula dibiarkan kosong tak terawat.
"Apabila areal-areal itu kosong dan PTPN tidak memiliki kesanggupan untuk melakukan penanaman, mari kita bekerja sama, hijaukan kembali seluruh areal perkebunan di Jawa Barat sesuai dengan jenis tanaman yang layak untuk lingkungannya dan libatkan masyarakat untuk menjadi pekerja atau pengelola atau penggarap dan mendapat upah yang layak. Inilah arah dan kebijakan yang akan kami tempuh," katanya.
Berdasarkan informasi yang diterima Tribun Jabar, setidaknya sekitar 150 hektare lahan perkebunan teh dirusak di Pangalengan. Pengerusakan tersebut dilakukan dalam waktu periode 2024 hingga November 2025.
Pengerusakan itu dilakukan secara masif di beberapa lokasi berbeda, seperti di Blok Pahlawan, Blok Bojong Waru, Blok Cipicung I, Blok Cipicung II dan beberapa blok lainnya yang ada di sekitar Pangalengan.
Para oknum pengerusakan tersebut, melakukan pemotongan kepada pohon teh secara "kucing-kucing" dengan petugas. Yang mana, lahan gundul itu nantinya akan digunakan menjadi perkebunan sayuran.
Terpantau Tribun Jabar di lokasi pengerusakan, memang banyak sekali pohon teh yang sudah ditebang.
Pohon teh itu ditebang dalam skala besar dan masif di beberapa daerah di Pangalengan.
Di mana pohon-pohon teh itu ditebang dengan menggunakan alat, potongannya pun terbilang rapi.
Bahkan pohon-pohon teh yang sudah dipotong, dikumpulkan di satu tempat seperti nantinya akan dibakar.
Di beberapa lokasi, malah, sudah ada yang beralihfungsi dari yang sebelumnya lahan perkebunan teh menjadi perkebunan sayuran.
Rata-rata, banyak ditanami sayuran umbi-umbian, seperti kentang.(*)