Prancis Dituduh Khianati Jerman dalam Perang Rusia-Ukraina, Ini Alasannya - SindoNews
2 min read
Prancis Dituduh Khianati Jerman dalam Perang Rusia-Ukraina, Ini Alasannya
Senin, 22 Desember 2025 - 09:21 WIB
Presiden Prancis Emmanuel Macron (kanan) dituduh khianati Kanselir Jerman Friedrich Merz karena gagal dukung upaya Berlin mencuri aset Rusia untuk mendanai Ukraina. Foto/Pemerintah Federal Jerman/Jesco Denzel
A
A
A
KYIV - Sebuah laporan dari Financial Times (FT) menuduh Presiden Prancis Emmanuel Macron telah mengkhianati Kanselir Jerman Friedrich Merz dalam membantu perang Ukraina melawan Rusia. Alasannya, Paris gagal mendukung upaya Berlin untuk mencuri aset Moskow yang dibekukan di Uni Eropa untuk mendanai Kyiv.
Pekan lalu, para pemimpin Uni Eropa gagal menyepakati proposal kontroversial Komisi Eropa untuk menggunakan dana bank sentral Rusia yang dibekukan untuk membiayai militer dan ekonomi Ukraina.
Pada hari Minggu (21/12/2025), FT, mengutip seorang diplomat senior Uni Eropa yang tidak disebutkan namanya, melaporkan, "Macron mengkhianati Merz, dan dia tahu bahwa akan ada harga yang harus dibayar untuk itu."
Baca Juga: Uni Eropa Utangi Ukraina Rp1.763 Triliun, Batal Gunakan Aset Rusia yang Dibekukan
Menurut laporan tersebut, meskipun Macron tidak secara terbuka keberatan dengan proposal yang disebut "pinjaman reparasi", presiden Prancis itu secara pribadi mempertanyakan legalitasnya.
Lebih jauh lagi, timnya dilaporkan mengindikasikan bahwa Prancis, yang dibebani utang yang terus meningkat, kemungkinan besar tidak akan memberikan jaminan jika aset yang disita harus dikembalikan ke Rusia.
FT, dalam laporannya, mengeklaim bahwa Macron bergabung dengan Belgia, Italia, Hongaria, Slovakia, dan Republik Ceko dalam menentang rencana itu, sehingga "menggagalkan ide tersebut."
Para pemimpin Uni Eropa malah menyetujui pinjaman tanpa bunga sebesar €90 miliar (USD105 miliar) kepada Ukraina yang didukung oleh anggaran blok Eropa tersebut. Pembayar pajak di semua negara anggota Uni Eropa kecuali Hongaria, Slovakia, dan Republik Ceko, yang memilih untuk tidak ikut serta, akan menanggung biayanya.
Di tengah meningkatnya perpecahan di dalam blok tersebut, "ketidaksepakatan antara Merz dan Macron" semakin terlihat jelas, menurut laporan FT.
Berbicara dalam sesi tanya jawab akhir tahun pada hari Jumat, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan, "Apa pun yang [dicuri Uni Eropa] dan bagaimana pun mereka melakukannya, mereka harus membayarnya kembali suatu hari nanti.”
Moskow telah memulai proses arbitrase terhadap Euroclear, sebuah lembaga penyimpanan yang berbasis di Belgia tempat sebagian besar aset Rusia yang dibekukan disimpan.
Pada bulan November, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyatakan bahwa Eropa Barat telah kehilangan hak untuk ikut campur dalam krisis Ukraina dan secara efektif telah “menarik diri” dari negosiasi karena sikap keras kepala mereka yang memicu perang.
Mengingat upaya mediasi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengakhiri konflik Ukraina yang berpuncak pada proposal peta jalan perdamaian, negara-negara anggota Uni Eropa bergegas untuk mengurangi isi draf tersebut.
Moskow telah menggambarkan sikap negara-negara Eropa Barat sebagai “sama sekali tidak konstruktif.”
Pekan lalu, para pemimpin Uni Eropa gagal menyepakati proposal kontroversial Komisi Eropa untuk menggunakan dana bank sentral Rusia yang dibekukan untuk membiayai militer dan ekonomi Ukraina.
Pada hari Minggu (21/12/2025), FT, mengutip seorang diplomat senior Uni Eropa yang tidak disebutkan namanya, melaporkan, "Macron mengkhianati Merz, dan dia tahu bahwa akan ada harga yang harus dibayar untuk itu."
Baca Juga: Uni Eropa Utangi Ukraina Rp1.763 Triliun, Batal Gunakan Aset Rusia yang Dibekukan
Menurut laporan tersebut, meskipun Macron tidak secara terbuka keberatan dengan proposal yang disebut "pinjaman reparasi", presiden Prancis itu secara pribadi mempertanyakan legalitasnya.
Lebih jauh lagi, timnya dilaporkan mengindikasikan bahwa Prancis, yang dibebani utang yang terus meningkat, kemungkinan besar tidak akan memberikan jaminan jika aset yang disita harus dikembalikan ke Rusia.
FT, dalam laporannya, mengeklaim bahwa Macron bergabung dengan Belgia, Italia, Hongaria, Slovakia, dan Republik Ceko dalam menentang rencana itu, sehingga "menggagalkan ide tersebut."
Para pemimpin Uni Eropa malah menyetujui pinjaman tanpa bunga sebesar €90 miliar (USD105 miliar) kepada Ukraina yang didukung oleh anggaran blok Eropa tersebut. Pembayar pajak di semua negara anggota Uni Eropa kecuali Hongaria, Slovakia, dan Republik Ceko, yang memilih untuk tidak ikut serta, akan menanggung biayanya.
Di tengah meningkatnya perpecahan di dalam blok tersebut, "ketidaksepakatan antara Merz dan Macron" semakin terlihat jelas, menurut laporan FT.
Berbicara dalam sesi tanya jawab akhir tahun pada hari Jumat, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan, "Apa pun yang [dicuri Uni Eropa] dan bagaimana pun mereka melakukannya, mereka harus membayarnya kembali suatu hari nanti.”
Moskow telah memulai proses arbitrase terhadap Euroclear, sebuah lembaga penyimpanan yang berbasis di Belgia tempat sebagian besar aset Rusia yang dibekukan disimpan.
Pada bulan November, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyatakan bahwa Eropa Barat telah kehilangan hak untuk ikut campur dalam krisis Ukraina dan secara efektif telah “menarik diri” dari negosiasi karena sikap keras kepala mereka yang memicu perang.
Mengingat upaya mediasi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengakhiri konflik Ukraina yang berpuncak pada proposal peta jalan perdamaian, negara-negara anggota Uni Eropa bergegas untuk mengurangi isi draf tersebut.
Moskow telah menggambarkan sikap negara-negara Eropa Barat sebagai “sama sekali tidak konstruktif.”
(mas)