Rusia Klaim Filipina Kirim Tentara ke Ukraina, Manila Tegas Bantah dan Sebut Berita Palsu - Tribunnews
Rusia Klaim Filipina Kirim Tentara ke Ukraina, Manila Tegas Bantah dan Sebut Berita Palsu - Tribunnews.com
Ringkasan Berita:
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Filipina menepis tuduhan Rusia yang menyebut warga negara Filipina direkrut untuk berperang di Ukraina.
Klaim tersebut dinilai tidak berdasar dan bagian dari disinformasi Moskow yang menyasar Asia Tenggara.
Klaim pertama kali disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova.
Kantor berita pemerintah Rusia, Tass memberitakan, Zakharova menuduh “perwakilan Amerika Serikat” merekrut orang Filipina melalui sebuah perusahaan keamanan untuk ditempatkan di Ukraina.
Namun Istana Kepresidenan Filipina, Departemen Luar Negeri (DFA), serta Kedutaan Besar Ukraina di Manila menegaskan tuduhan itu adalah berita palsu, tanpa satu pun bukti yang dapat diverifikasi.
Asian Journal melaporkan seluruh lembaga tersebut telah menyampaikan bantahan resmi.
Wakil Sekretaris Pers Istana, Claire Castro, mengatakan bahwa DFA sudah menerima penolakan tegas dari Kedutaan Besar Ukraina, yang memastikan tidak pernah ada program perekrutan warga Filipina untuk perang.

Castro menegaskan informasi yang beredar hanyalah unggahan daring yang tidak memiliki dasar fakta.
Menurut laporan Inquirer, pihak Ukraina menilai klaim Rusia sebagai bagian dari pola disinformasi berulang yang ditujukan untuk merusak hubungan internasional Kyiv.
Narasi serupa juga pernah muncul di Korea Selatan dan telah dibantah secara resmi.
Kedutaan Ukraina di Manila menyebut tuduhan tersebut sebagai “rekayasa tak berdasar”.
DFA menambahkan bahwa laporan viral terkait “rekrutmen untuk perang” kerap dimanfaatkan kelompok tak bertanggung jawab.
Pemerintah mengingatkan warga Filipina agar mewaspadai tawaran kerja di luar negeri yang menjanjikan gaji tinggi, terutama yang berkaitan dengan wilayah konflik.
“Semua pekerjaan di luar negeri harus melalui agen resmi,” tegas DFA.
Kedutaan Besar Jerman di Manila juga ikut membantah tuduhan Rusia bahwa visa Schengen dikeluarkan untuk memfasilitasi rekrutan ke Ukraina.
Duta Besar Jerman, Andreas Michael Pfaffernoschke, menegaskan bahwa visa Schengen tidak mengizinkan pekerjaan dan proses penerbitannya melalui pemeriksaan ketat.
Ia menyebut klaim Rusia sebagai “tuduhan tak berdasar”.
Hingga kini, tidak ada bukti independen yang menunjukkan adanya jalur rekrutmen warga Filipina menuju Ukraina, baik oleh AS, Jerman, maupun Ukraina.
Laporan dari sejumlah media internasional juga tidak menemukan fakta yang mendukung tuduhan Rusia.
Kedutaan Ukraina menegaskan bahwa hubungan Filipina–Ukraina tetap kuat dan dibangun atas dasar rasa saling percaya.
Mereka juga menyebut penyebaran klaim palsu ini menunjukkan adanya “fokus propaganda Rusia terhadap negara-negara Asia Tenggara”.
Perkembangan Terbaru dalam Perang Rusia-Ukraina
Dilansir dari Suspilne, berikut ini rangkuman perkembangan terkini yang terjadi dalam perang Rusia-Ukraina.
1. Putin Akan Temui Witkoff
Kremlin mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin akan bertemu dengan Steve Witkoff pada Selasa (2/12/2025).
Witkoff adalah perwakilan khusus Presiden AS Donald Trump.
Pertemuan dijadwalkan berlangsung pada sore hari di Moskow, kata Kremlin.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyampaikan hal ini kepada wartawan, dikutip dari TASS.
Peskov menambahkan bahwa Rusia ingin melihat keberhasilan perundingan damai dengan Ukraina.
Oleh karena itu, detail negosiasi tidak akan diumumkan secara gamblang kepada wartawan.
Sebelumnya, Peskov menyebut pertemuan Witkoff-Putin akan berlangsung pada 4-5 Desember, yang kemudian dikonfirmasi oleh perwakilan khusus Trump.
Kepala Gedung Putih juga memastikan bahwa Witkoff akan pergi ke Moskow.
2. Kallas: Rusia Juga Harus Kurangi Tentara
Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri, Kaia Kallas, menilai jika Ukraina harus mengurangi jumlah tentaranya, Rusia juga seharusnya melakukan hal serupa.
Pernyataan ini disampaikan sebelum pertemuan Dewan Uni Eropa tingkat menteri pertahanan di Brussels, dilaporkan Suspilne.
Kallas menekankan minggu ini bisa menjadi penentu jalannya negosiasi perdamaian di Ukraina.
Dia menyebut negosiasi di Amerika Serikat berlangsung sulit tetapi produktif.
Hari ini, Kallas akan berbicara dengan Menteri Pertahanan dan Menteri Luar Negeri Ukraina.
Kallas mengkritik gagasan mengurangi tentara Rusia, menilai tekanan harus seimbang.
“Jika ada tekanan terhadap tentara Ukraina, yang belum menginvasi siapa pun, maka harus ada tekanan terhadap tentara Rusia,” ujarnya.
Kallas menekankan Rusia telah menginvasi 19 negara selama 100 tahun terakhir, bukan hanya di Eropa.
Menurutnya, tentara Rusia yang besar dan anggaran militernya tinggi meningkatkan risiko konflik.
Dia menegaskan pandangannya bahwa Rusia tidak tertarik pada perdamaian.
3. Zelensky Koordinasi dengan Presiden Finlandia
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky melakukan percakapan telepon dengan Presiden Finlandia Alexander Stubb.
Tujuan percakapan adalah melanjutkan koordinasi posisi Ukraina.
Layanan pers kepresidenan melaporkan Zelensky menyampaikan perkembangan delegasi Ukraina di Amerika kemarin.
Dia menekankan masih ada hal-hal sulit yang perlu diselesaikan.
Perwakilan Ukraina akan kembali ke Eropa hari ini.
Setelah laporan lengkap tentang negosiasi, tindakan Ukraina selanjutnya akan ditentukan.
Zelensky mengatakan pembicaraan dengan mitra Eropa dijadwalkan berlangsung pada 1 Desember.
Prioritas utama hari ini adalah diplomasi, pertahanan, dan energi.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)